48. Tumben Nurut?

126 38 12
                                    

As usual, give vote and comments yaaaa

Extra bed yang dipesan sudah ditata sedemikian rupa ke dalam kamar hotel Sean dan Seje

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Extra bed yang dipesan sudah ditata sedemikian rupa ke dalam kamar hotel Sean dan Seje. Kamar mereka memang cukup luas, namun sisi yang cukup untuk diisi oleh sebuah extra bed hanyalah sisi yang berada tepat di sebelah kasur utama. Alhasil, mau tak mau, Seje yang semula sempat keberatan itu pun menurut saja kala staf hotel menjelaskan dan menyatakan bahwa kasur tambahan yang mereka bawa tidak bisa diletakkan di tempat lain selain di situ.

Karena itulah, Seje yang kini tampak sibuk membongkari barang-barang bawaannya itu tak henti-hentingnya memberi peringatan pada Sean yang sedang rebahan di atas extra bed yang berukuran pas-pasan badannya tersebut.

"Pokoknya gue peringatin ya, lo jangan lewatin batas itu!" tegas Seje untuk ke sekian kali, seraya mengarahkan telunjuknya pada sebuah scarf panjang miliknya yang ia jadikan pembatas di lantai yang membelah kasurnya dan kasur Sean seluas tak lebih dari 20 senti meter tersebut.

Sean yang mendengarnya lantas menghela napas panjang. Lalu ia bergerak meletakkan ponselnya dan bergerak bangkit dari baringannya. Berjalan ke arah lemari pakaian yang ada di depan kasur Seje.

"Tenang aja, gue gak sebrengsek itu kok buat ngapain-ngapainin lo," ucapnya sembari melepaskan jaket yang sedari tadi masih dipakainya itu.

Melihat gerak-gerik Sean tersebut, Seje pun spontan salah fokus.

"Itu lo mau ngapain?!" tanyanya galak.

"Buka jaket."

Seje mengerutkan dahinya dalam-dalam.

"Tenang aja. Gue gak mungkin telanjang di sini."

"Of course not! Gue teriakin lo kalau sampai—"

"Pssttt! Lo lupa kita di mana? Udah. Gue gak mungkin ganti baju di sini."

Seje diam seketika. Merasa aman setelah mendengar jawaban Sean tersebut.

"Lo makanya jangan kebanyakan baca komik. Imajinasi lo jadinya liar banget kan."

Dikomentari demikian, tentu saja Seje agak tak terima. Menurutnya, tak ada korelasi antara apa yang menjadi bacaannya dengan sikapnya. Membaca komik tak membuatnya jadi seperti yang Sean bilang. Situasi barusan memang terlihat ambigu, makanya wajar jika Seje bereaksi demikian. Setidaknya itu yang diyakini gadis itu.

"Dih, apaan sih." Seje pun merespon sewot.

"Ya kan bener. Lo mikirin apaan tadi coba? Lo pasti ngira gue mau shirtless di sini sekaya karakter-karakter yang sering lo baca di komik itu kan?" Sean tanpa ragu-ragu langsung menyeringai. Tampak begitu menyebalkan di mata Seje.

"Sorry, tapi gue gak semurah itu untuk ngumbar badan bagus gue di hadapan sembarang orang."

Sumpah demi apapun, Seje tak bisa percaya pada kepercayaan diri seorang Sean yang selangit itu. Dih, boro-boro memikirkan hal semacam itu benar-benar akan terjadi, membayangkannya saja Seje tak ingin.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now