53. "Kesalahan"

122 34 8
                                    

Halowww, pendek dulu yaa

Satu harian kemarin, pasca insiden ciuman itu, Seje dan Sean sama sekali tak mengucapkan apapun satu sama lain

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu harian kemarin, pasca insiden ciuman itu, Seje dan Sean sama sekali tak mengucapkan apapun satu sama lain. Mereka hidup dan tinggal di dalam satu ruangan dengan hening, tanpa perbincangan atau sapaan apapun. Bahkan ketika makan siang dan makan malam datang ke kamar mereka, keduanya sama-sama memilih untuk bungkam dan menikmati kudapan mereka masing-masing. Tak duduk semeja.

Sebenarnya, awal mula silent treatment yang secara tak langsung berlaku itu adalah karena Seje yang lebih dulu memilih untuk menghindari Sean dan enggan mengatakan apa-apa selepas dari kamar mandi. Alhasil, Sean yang menyadarinya pun tak ingin mengusik Seje. Terlebih ketika laki-laki itu pun juga memerlukan space untuk menata hatinya sendiri.

Sama seperti Seje, pasca ciuman itu, Sean merasa ada yang tak beres dengan dirinya.

Akan tetapi, lepas satu hari berlalu. Sean yang lebih dulu merasa sudah membaik, agaknya mulai tak nyaman dengan keheningan yang tercipta di antara mereka. Alhasil, ia pun mengambil inisiatif untuk memulai pembicaraan lagi dengan Seje.

Niat Sean tersebut semakin yakin untuk ia lakukan kala dilihatnya Seje baru saja berjalan keluar dari kamar mandi. Dari rambut basahnya yang dibalut handuk hotel dan wajahnya yang segar, Sean bisa menebak bahwa gadis itu baru saja selesai mandi.

"Habis mandi lo?" tanya Sean impulsif.

Niat hati ingin mencari topik bahasan untuk mulai berbincang dengan Seje, tapi apalah daya, mulut Sean yang lebih cepat bereaksi dibanding otaknya yang berpikir, membuatnya mengucapkan tanya yang tak seharusnya.

Alhasil, alih-alih menjawab pertanyaan retorisnya tersebut, Seje justru melirik canggung pada Sean. Suasana di antara mereka pun otomatis menjadi semakin sulit untuk dijangkau oleh Sean yang ingin mencairkan suasana. Terlebih kala dilihatnya Seje telah mengambil posisi duduk di atas kasurnya, dengan sengaja menduduki sisi yang membuat gadis itu memunggungi Sean yang kini sedang duduk di meja kerja dekat kasurnya.

"Je..."

Sean yang tahu, mementingkan egonya tak akan membuat semuanya menjadi lebih baik pun memilih untuk membesarkan hatinya, memulai kembali perbincangan dengan memanggil gadis itu.

Namun Seje yang masih belum bisa berdamai dengan perasaannya yang tak menentu itu pun tak menyahut sama sekali. Hanya mengepal tangannya dengan bibir yang ia gigit pelan. Berharap Sean tak mengatakan apa-apa lagi karena jujur, Seje belum siap menanggapi laki-laki itu. Terlebih jika topik yang diangkat mengenai ciuman mereka kemarin.

"Mau sampai kapan lo diemin gue kaya gitu?"

Sesuai ekspektasi yang tak Seje ingini, Sean kembali bertanya dengan satu pertanyaannya yang sungguh demi apapun tak ingin Seje respon sama sekali.

"Lo ngehindarin gue karena ciuman kemarin?"

"Lo pikir cuma gue yang ngehindarin lo?" Seje tak terima.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now