77. Mimpi atau Kenyataan?

173 41 21
                                    

Hei heiiii aku kembalii
Ni apdet lagi biar kalian ga pada misuh-misuhhhh. Ya semoga siap dengan part ini :')

Tidur Seje tampaknya begitu nyenyak, sehingga kini saat dia telah terbangun di pukul setengah enam pagi, ia merasa sekujur tubuhnya menjadi lebih segar dan ringan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tidur Seje tampaknya begitu nyenyak, sehingga kini saat dia telah terbangun di pukul setengah enam pagi, ia merasa sekujur tubuhnya menjadi lebih segar dan ringan.

Ia merasa tubuhnya sangat ringan sampai-sampai ia tak menyadari jika sebagian kepalanya tak menyentuh bantal sama sekali. Ia baru sadar akan hal itu sesaat kemudian ketika ia yang sempat melebarkan mata sebentar itu langsung menemui satu pemandangan tak biasa di depannya.

Pemandangan yang sama sekali tak pernah ia sangka.

Sean dengan dua mata terpejamnya yang kini tengah tidur menyamping menghadapnya.

Bahkan satu lengan laki-laki itu entah sudah sejak kapan menjadi bantal bagi kepalanya, sementara tangan satunya lagi terkulai lemah di atas pinggang Seje yang kini juga tengah tidur menyamping menghadap laki-laki itu.

Tunggu dulu!

Seje spontan membelalakkan kedua bola matanya kala menyadari kenyataan bahwa dirinya sedang berada di dalam pelukan Sean.

Gimana ceritanya gue—

Suara batin Seje terinterupsi oleh rasa syoknya yang berakhir membuatnya diam membatu di tempat seraya menatap tak percaya pada Sean yang masih nyenyak dalam tidurnya.

Seje yang begitu terkejut akhirnya berupaya menenangkan diri seraya membaca situasi. Ia memendarkan pandang berkeliling dalam posisi yang sangat tak nyaman itu, lalu meyakini bahwa ia tak berada di kamar yang salah. Ini memang kamarnya, tempat di mana ia merebahkan dirinya semalam.

Ya, Seje masih ingat betul bagaimana ia yang memutuskan untuk tidur sendirian di rumahnya yang baru selesai direnovasi ini. Ia izin dari rumah mertuanya sekitar pukul setengah tujuh malam, lalu begitu sampai, ia langsung bersih-bersih.

Ia yang merasa lelah selanjutnya memilih untuk langsung tidur saat waktu masih menunjukkan pukul sepuluh malam.

Lalu yang ia ingat, ia terbangun di tengah malam karena mendadak hujan lebat beserta guntur hadir. Saat itu, yang Seje tahu, ia hanya menutupi kedua telinganya sekuat mungkin sembari menahan tangisnya yang tak jua berhenti.

Sampai akhirnya, ia mendengar suara itu.

Suara Sean yang berselang diikuti oleh kehadiran laki-laki itu di hadapannya dan memeluknya erat.

Seje pikir, semua yang didengar dan dilihatnya semalam sebatas fatamorgana.

Seje kira, eksistensi Sean hanyalah ilusi.

Namun setelah memastikan bahwa sosok yang kini terbaring di sebelahnya itu benar-benar ada, Seje pun mengerti bahwa memang, apa yang terjadi semalam adalah kenyataan. Sean memang di sini bersamanya. Dan itu berarti, semua yang terjadi semalam juga bukan bagian dari potongan-potongan ingatan yang ia kira adalah mimpi.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now