81. Perjanjian Pernikahan

121 37 7
                                    

Halooooww kuapdet lagiiiii hihihi

Ayo vote dulu dong!!!

Sepanjang hidup Seje, baru kali tadi ia melihat pemandangan yang begitu haru sekaligus indah di antara dua orang yang merupakan ibu dan anak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sepanjang hidup Seje, baru kali tadi ia melihat pemandangan yang begitu haru sekaligus indah di antara dua orang yang merupakan ibu dan anak.

Pertemuan Juwanda dan mamanya, adalah sebuah pengalaman yang bukan hanya akan begitu membekas di benak teman laki-lakinya itu, tetapi juga akan menjadi suatu kenangan yang tak akan bisa Seje lupakan.

Terutama kala dilihatnya dua orang itu tampak saling berpeluk erat dalam kurun waktu yang lama. Juwanda yang sebelumnya sempat hanya bisa menangis, memandangi ibunya yang tak bisa bicara karena sakit yang dideritanya. Akhirnya bersimpuh, memeluki wanita paruh baya itu dengan isak halus yang dapat Seje dengar dengan begitu jelas.

Juwanda tak jua melepaskan peluk itu sampai di menit ke lima, ketika ia merasa cukup menumpahkan segala emosinya dan beralih menatap rindu pada sang ibu.

Saat itu Seje tahu, tangis yang dikeluarkan Juwanda adalah kebahagiaan tak terdefenisi.

Bahkan ketika dua orang itu tak mengucapkan apa-apa selama bermenit-menit. Hanya saling memandang. Dengan sebelah tangan si perempuan berumur itu yang tampak gemetar, menjengkali inci demi inci paras putranya.

Saat itu Seje dapat melihat, betapa sesal berpadu rindu teramat sangat terpatri jelas di sepasang mata kelabu itu.

Seje tidak tahu hal pelik apa yang membuat seorang ibu yang tampak begitu menyayangi anaknya itu memutuskan untuk memilih jalan yang menyakiti keduanya. Baik bagi dirinya sendiri, maupun anaknya yang kini telah beranjak dewasa.

Anak yang tak sempat ia lihat pertumbuhannya.

Anak yang kini tampak begitu sehat dan merindukannya.

Anak yang tanpa dibilang pun, ia langsung tahu, bahwa sosok terkesan asing yang sedang menangis di hadapannya itu adalah putra kecilnya yang dulu sekali pernah ia timang dengan penuh kasih sayang.

Dan Seje yang mengetahui segala emosi tersebut, cuma bisa berdiri memandangi dari jarak yang tak begitu jauh, seraya mengusapi air matanya yang ikut tumpah.

Bahkan kini pun, ketika mobil yang ia tumpangi telah melesat jauh dari tempat tadi, Seje masih tak bisa melenyapkan rona kelabu di sepasang irisnya ketika ingatan tentang pertemuan tadi kembali muncul di kepalanya.

Seje pun menyeka ekor matanya yang mulai basah. Berhasil menarik atensi Juwanda yang sedari tadi menyetir di sebelahnya.

"Lo... kenapa?" tanya laki-laki itu akhirnya,

"Ha, gue? Gapapa," dusta Seje seraya tertawa pelan.

Mendengarnya, Juwanda yang sempat menoleh sekilas tadi dan langsung mengerti apa yang sebenarnya sedang disembunyikan Seje tersebut pun lantas tersenyum tipis.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now