5. Insiden Semalam

487 100 16
                                    

I believe you know how to appreciate this free work.

Happy reading!
💚💚💚
(Ps: foto nyusul karena sinyal lemah parah 😭👍)

■■■■

Pagi belum sepenuhnya terang-benderang ketika Sean mengerjapkan matanya pelan dan beranjak dari posisi tidurnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi belum sepenuhnya terang-benderang ketika Sean mengerjapkan matanya pelan dan beranjak dari posisi tidurnya. Begitu duduk, pandangannya memburam sebentar, sebelum akhirnya ia dapat melihat dengan jelas ke arah jendela yang salah satu sisi kotak kacanya bolong. Gorden biru muda terselampir di sisinya, memberi ruang pada udara segar beraroma sehabis hujan yang langsung menyapa penciuman Sean ramah.

Tapi, tunggu dulu.

Pagi ini memang terasa tenang tapi apa yang ia temui bukanlah sesuatu yang normal. Maksudnya, ruangan di mana ia berada sekarang. Jelas ini bukan kamarnya. Bagaimana mungkin seorang perfeksionis dan maha bersih sepertinya memiliki kamar seperti kapal pecah begini?

Sean memijit pelipisnya ketika pusing merambat terasa di sana. Ia lalu memendar pandang, menelisik tiap sudut ruangan seraya berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Sampai akhirnya sebuah suara pintu dibuka seketika menarik atensinya.

"Akhirnya lo bangun juga." Itu adalah Ilman, yang langsung menyapa Sean ramah sembari masuk ke dalam kamar.

Sean mengernyitkan dahi sebentar, sebelum akhirnya ia menghembuskan napas panjang karena sebagian ingatannya tentang semalam telah kembali.

"Jadi dari semalam, gue tidur di kamar lo?" Tanya Sean to the point.

Ilman tersenyum simpul sembari menggeleng. "Gimana ceritanya lo bisa menyimpulkan ini kamar gue dengan boneka segeda itu dan dinding yang heboh kaya gitu?" Ilman berujar seraya menunjuk ke arah sebuah dinding bercat hijau yang dihiasi lampu kerlap-kerlip, poster karakter anime dan segala macam pertetekbengekan hiasan yang tak dipahami dua laki-laki di ruangan tersebut.

"Jadi maksud lo ini kamar..."

Ilman mengangguk pelan.

"Oh my..."

"Lo gak ingat sama yang terjadi semalam?"

"Memangnya ada apa?" naturally, dua mata Sean membola. "Seriously gue cuma inget datang ke rumah lo buat makan, terus mati lampu, abis itu adek lo mukul kepala gue and I can't remember what happened after that."

"Lo muntah."

"Ha?!"

"Iya, lo muntah. Di sini. Di kamar Seje dan berhasil bikin anak itu ngamuk hebat bahkan sampai detik ini."

Sean terdiam sebentar.

"Lo kalau mabok tuh jangan ke mari. Kalau aja Seje gak ngamuk, maybe gue yang bakal habisin elo."

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now