18. Terciduk

164 38 6
                                    

Vote dulu sebelum baca yegeyeeee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote dulu sebelum baca yegeyeeee

Lelah berkejar-kejaran dan unboxing kado, Seje akhirnya memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di lantai keramik rumah dengan dua tangan yang terkulai ke atas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelah berkejar-kejaran dan unboxing kado, Seje akhirnya memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di lantai keramik rumah dengan dua tangan yang terkulai ke atas. Tubuhnya sudah dipenuhi peluh, dengan rambut lepek yang tak lagi tertata dan wajah yang pucat karena lipsticknya sudat lenyap.

Toh, Seje tak peduli.

Selama di rumah ini tak ada mas crush atau Jacob Elordi, ia tak perlu merasa malu atau jaga image. Apalagi cuma Sean yang kini memandanginya dari samping itu, Seje bahkan tak menganggapnya sebagai satu orang yang layak untuk menerima rasa malunya. Walau yaa, dia sudah cukup sering didera malu setiap kali berhadapan dengan Sean.

"80 persen dari keseluruhan kado yang dibuka, semuanya buat lo doang."

Sean yang baru saja ikut merebahkan tubuhnya di lantai itu berujar tanpa dosa. Berhasil memancing atensi Seje untuk menolehkan kepalanya ke samping, melirik pada Sean sebentar dengan bola mata yang diputar malas.

"Makanya, besok-besok tuh undang temen lo lebih banyak." Seje menanggapi santai. Tak bisa mengulum senyum kemenangannya kala menyadari bahwa ungkapan Sean barusan justru menunjukkan bahwa laki-laki itu sedang mengakui keunggulannya.

Lihat, sudah menikah pun, nuansa rivalitas di antara mereka masih begitu kentara.

"Ngapain punya banyak teman tapi gak bermutu. Gue prefer kualitas dibanding kuantitas," celetuk Sean sombong. Berhasil memicu decihan sarkas dari mulut Seje yang seketika itu pula memiringkan tubuhnya, menghadap Sean.

Gadis itu tidak peduli dengan bentukan dirinya yang kini telah tidur menyamping dengan sebelah tangan yang ia jadikan sandaran kepala dan satu tangan lagi yang bertolak di pinggang. Yang ia pedulikan hanyalah bagaimana caranya untuk memberantas mulut sombong Sean yang tak jua berhenti mengeluarkan kata-kata yang tak pernah gagal membuatnya naik pitam.

 Yang ia pedulikan hanyalah bagaimana caranya untuk memberantas mulut sombong Sean yang tak jua berhenti mengeluarkan kata-kata yang tak pernah gagal membuatnya naik pitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang