56. Menembus Hujan

118 36 7
                                    

Haluwww rivalova is back!!

as always yaaa vote komen dong

as always yaaa vote komen dong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu oleh Seje datang juga. Hari terakhir liburan dirinya dan Sean di Jepang yang mana itu artinya, seharian penuh ini akan mereka habiskan di Disneyland sebelum akhirnya kembali ke Indonesia besok pagi.

Saking semangatnya, Seje bahkan sudah bangun dari pukul empat dini hari. Ia tak bisa tidur lagi kala tersentak dan memilih untuk menunggu waktu subuh lalu mandi dan bersiap-siap.

Sean yang menyadari antusiasme isteri sebatas statusnya itu pun sebenarnya juga sudah terbangun sedari sebelum subuh tadi. Ia tak ingin menangkap basah gadis yang terdengar memutar badannya berulang kali di atas kasur itu karena mungkin Seje akan tengsin. Jadilah Sean sejam sebelum subuh tadi tidur memunggungi Seje dengan sengaja, berpura-pura bahwa dirinya masih terlelap tidur.

Syukurnya, gadis itu tak menyadari bahwa Sean sudah terbangun dan mendengarkan segala pergerakannya. Karena kalau sampai Seje tahu, ia mungkin akan berupaya menghindari Sean akibat malu dan gengsinya yang lebih besar dari pada rumah opung yang katanya bisa muat dua puluh mobil itu.

"Semangat banget kayanya," ucap Sean yang baru saja keluar dari kamar mandi. Mata laki-laki itu langsung tertuju pada sosok Seje yang sudah tampil cantik dengan dress 3/4 selututnya. Rambut gadis itu tampak cantik tergerai bergelombang, menyisakan poni halus di bagian jidatnya yang tak begitu penuh.

"Eum, iya dong! Kan mau ke Disneyland!" balas Seje yang sudah menghentikan aktivitas make upnya itu. Ia memang tampak seantusias itu, padahal tadinya ia sedang fokus memakai maskara di bulu matanya dan ia sama sekali tak sewot ketika Sean menyelanya di tengah-tengah. Padahal biasanya, Seje bisa mengamuk kalau Sean mengetuk pintu kamarnya di saat dirinya sedang memakai eyeliner atau pun maskara yang memang sangat membutuhkan konsentrasi tingkat dewa.

"Ah begitu..." Sean lantas menyunggingkan satu senyum tipisnya seraya berjalan mendekat pada Seje.

Ia tadinya ingin sedikit menjahili gadis itu, tapi niatnya terinterupsi kala dilihatnya di bagian atas kelopak mata gadis itu ada noda dari maskara belum kering yang baru saja gadis itu pakai.

"Wait..."

Lantas, tanpa pikir panjang, Sean pun kian mendekat. Menjulurkan sebelah tangannya ke wajah Seje yang spontan sempat membuat gadis itu berjengit samar. Sebelum akhirnya tangan Sean yang satunya telah lebih dulu menjemput rahang gadis itu dan menahan kepalanya agar tak bergerak.

"Maskara lo cemong, tunggu sebentar."

Entah mengapa, Seje tak seperti biasanya. Ia menuruti kata-kata dari sosok di hadapannya itu dan membiarkan tangan Sean yang kini telah menyentuh wajahnya. Membersihkan bagian atas kelopak matanya dengan jempol laki-laki itu. Seje sama sekali tak berkomentar apalagi menolak.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now