57. Kenapa Dia Melakukan Semua Ini?

127 40 6
                                    

ueueu sean seje is backkk!

Bagai scene-scene film India yang romantis dan drama Korea yang estetiknya bukan main, Seje dan Sean yang tangannya saling menggenggam tampak berlarian menembus hujan lebat yang kini telah membuat pakaian mereka basah dalam sekejap

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Bagai scene-scene film India yang romantis dan drama Korea yang estetiknya bukan main, Seje dan Sean yang tangannya saling menggenggam tampak berlarian menembus hujan lebat yang kini telah membuat pakaian mereka basah dalam sekejap.

Tentu saja, tindakan gila mereka itu adalah hal yang cukup untuk mengundang beberapa pasang mata menatap dengan syok dan terheran-heran. Tapi tak banyak yang bisa dilakukan oleh orang-orang itu karena memang, mereka yang takut lebih mementingkan keselamatan mereka dengan berlindung alih-alih merepotkan diri dengan menegur dua orang gila yang sedang berlari seraya tertawa-tawa itu.

Ya, bagai tak ada beban serius dan seolah hujan lebat yang mengguyur keduanya bukanlah apa-apa, bisa-bisanya dua orang itu justru menembus jejeran air dari langit yang turun dengan gelak yang entah atas dasar apa. Tawa itu bermula ketika kaki Seje yang terjerembab ke dalam lubang becek di trotoar, membuatnya nayris limbung kalau bukan karena genggaman tangan Sean yang menahannya.

Alhasil, seterusnya dua orang itu pun tertawa-tawa pada hal yang sebenarnya tidak lucu.

Sampai akhirnya sebuah petir yang begitu besar mendadak hadir. Didahului oleh sebuah kilatan yang seketika itu pula membuat kedua kaki Seje berhenti. Ketakutan terbesar yang dimiliki gadis itu akhirnya muncul juga, padahal sedari tadi, hanya hujan dan langit menghitam yang tampak.

"Are you okay?" tanya Sean cemas kala dilihatnya gadis yang telah melepas genggaman mereka itu sudah menutupi kedua telinganya dengan sepasang tangannya.

"Je?! Hei!" Panggil Sean dengan suara yang agak ditinggikan. Bermaksud mengalahkan bisingnya gemuruh petir dan hujan yang begitu deras.

Berselang, Sean yang tahu bahwa ketakutan Seje akan petir bukanlah isapan jempol belaka lantas memajukan tubuhnya. Ia bisa menangkap sebanyak apa ketakutan yang diredam oleh gadis yang kini dua kakinya mulai goyah karena gemetar tersebut. Maka dari itu, Sean pun menggerakkan kedua tangannya menjemput sepasang tangan Seje yang dirapatkan di depan telinganya. Ia membungkukkan badannya, menjajarkan wajahnya tepat di hadapan wajah Seje yang sepasang matanya masih menutup rapat.

"Je, kita neduh dulu ya. Jangan di sini."

Sean tahu persis bahwa berdiri di trotoar jalan seperti yang mereka lakukan sekarang adalah sesuatu yang justru akan sangat berbahaya. Alhasil, tanpa menunggu gadis itu mengiyakan, Sean pun pelan-pelan mulai menarik lengan Seje yang syukurnya tak ditahan sama sekali, lalu membawa gadis itu untuk berteduh di sebuah mini swalayan yang berada tak begitu jauh dari mereka.

Setibanya di swalayan pun, Seje masih enggan untuk melebarkan kedua matanya. Dahinya juga masih terlihat berkerut dalam, bersamaan dengan dua tangannya yang berupaya ia dekatkan ke hadapan telinganya. Melawan dua tangan Sean yang berupaya menghalaunya.

"Je, lo aman sekarang."

Sayangnya ungkapan menenangkan dari Sean tersebut tak benar-benar berpengaruh pada Seje yang kadung ketakutan. Pengalaman traumatiknya mendadak hadir di ingatannya. Terlebih, kala sedetik kemudian kilat kembali menyambar dan suara gemuruh menggelegar di langit kelam.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu