20. Something Wrong With Him

156 46 7
                                    

Vote dulu sebelum bacaaaaaa!

Vote dulu sebelum bacaaaaaa!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhir-akhir ini Seje memulai kembali hobi lamanya, menulis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Akhir-akhir ini Seje memulai kembali hobi lamanya, menulis. Ia biasa melakukannya di masa-masa senggang, terutama akhir pekan, ketika ia sudah begitu lelah hanya rebahan dan scrolling media sosial.

Minggu pagi ini pun, ia melakukan hal yang sama. Duduk di hadapan laptopnya dengan sepasang mata yang dilapisi kacamata bening berukuran cukup besar. Satu cup kopi yang dipesannya melalui ojek online kini telah berdiri tegak di atas meja, tepat samping laptopnya. Tak lupa sekaleng pringles dan sebungkus ciki berukuran sedang yang sudah dibukanya ia letakkan pula di samping laptopnya. Semua itu kian lengkap dengan pemandangan langit kebiruan dan tiupan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.

Ah, agaknya Seje tak salah pilih ketika ia memutuskan untuk menulis di balkon atap rumahnya. Ini memang kali pertama, dan sepertinya Seje akan mulai sering melakukan hobinya itu secara rutin di tempat ini.

Karena semua hal yang ia butuhkan telah tersedia, dan suasana juga telah berhasil membangkitkan moodnya, maka ritual menulisnya pun sudah bisa dimulai. Ia hanya perlu menjauhkan ponselnya agar tidak terdistraksi dan bisa tetap fokus dalam jangka waktu yang lama.

Tapi baru juga ia memulai, tak sampai sepuluh menit, sesuatu yang lain justru menginterupsi atensinya. Siapa lagi kalau bukan Sean Solihun.

"Hhhh!"

Seje membuang napasnya jengah saat dilihatnya laki-laki itu muncul dari arah tangga. Entah dengan maksud apa, cowok yang terlihat santai dengan setelan celana pendek dan kaos oblongnya itu, membawa dua jinjing plastik putih berukuran lumayan besar yang Seje tebak berisi bahan-bahan belanjaan seperti sayur, daging, cabai dan teman-temannya.

Seje pun berhenti memainkan jemarinya di atas keyboard laptop. Matanya fokus memandangi Sean yang kini telah berjalan mendekati satu dipan kayu yang masih baru di tengah-tengah rooftop, lalu meletakkan barang bawaannya di sana.

Setelah berupaya mencerna dan menganalisis, Seje akhirnya sampai pada satu kesimpulan. Asumsinya tersebut kian kuat kala dilihatnya Sean telah menggeser panggangan besi berwarna hitam ke arah yang agak menjauhi tembok. Sungguh sebuah pergerakan yang sejujurnya tak diharapkan oleh Seje sama sekali.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now