72. Gossip

104 31 4
                                    

I'm back xixixixix

as usual yaa  tak tunggu vote commentsnyaaaa

Jujur, sungguh merupakan hal yang begitu aneh bagi Seje untuk terbiasa dengan hari-hari di rumah mertuanya, di mana ia harus tidur sekasur dengan Sean, tanpa adanya komunikasi yang lumrah sebagaimana layaknya dua orang yang saling mengenal hidup b...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jujur, sungguh merupakan hal yang begitu aneh bagi Seje untuk terbiasa dengan hari-hari di rumah mertuanya, di mana ia harus tidur sekasur dengan Sean, tanpa adanya komunikasi yang lumrah sebagaimana layaknya dua orang yang saling mengenal hidup bersama dalam satu atap.

Sean yang lebih sering diam semenjak malam itu, mau tak mau membuat Seje tak memiliki pilihan selain ikut diam dan tak berupaya untuk memulai pembicaraan apapun. Terkecuali hal penting.

Bagaimana tidak, pernah satu momen ketika Seje berniat untuk mengajak laki-laki itu berbasa-basi, tapi saat Seje melihat bagaimana air muka Sean yang sedang serius menatap layar laptopnya itu, membuat Seje mengurungkan niatnya.

Pernah juga sekali ia berniat baik dengan menyediakan segelas air putih di meja kerja tepat di sebelah laptop Sean. Niatnya, segelas air itu memang ia tujukan untuk Sean. Tapi besoknya, yang Seje temui adalah segelas air putih yang masih utuh. Padahal ia tahu semalaman laki-laki itu sedang bergadang, menyelesaikan pekerjaannya.

Tapi, Sean sama sekali tak menyentuh pemberiannya tersebut.

Bahkan ketika Seje hendak berangkat kampus besoknya dan berbasa-basi dengan menanyakan mengapa ia tak meminum air tersebut.

Sean justru merespon, "gue gak tahu kalau itu untuk gue. Gue udah sediain minum sendiri."

Sungguh sebuah respon maha dingin yang langsung membuat Seje diam tak berkutik.

Alhasil, semenjak hari itu pun, Seje mulai ikut membatasi diri. Tak lagi ia sibuk menerka-nerka dan mencari-cari cara agar membangun komunikasi yang hangat dengan Sean, sebagaimana yang sempat mereka lakukan sebelumnya. Tak ada lagi tindakan-tindakan baik yang ia tujukan pada laki-laki itu untuk sekedar menarik atensinya agar mau bersikap sebiasa sebelumnya.

Ya, Seje pun tak tahu maksud kata biasa yang ia sebutkan di sini.

Yang ia tahu, Sean tak sedingin ini sebelumnya.

"Woy, Je! Bengong terus lo kaya orang tua anak sepuluh?!"

Satu celetukan yang disertai dengan senggolan maha brutal dari Yudhistira yang duduk di sebelahnya telah berhasil membuat Seje terbangun dari segala lamunannya. Ia dan teman-temannya sedang ada di satu birthday party teman seangkatannya bernama Vanya yang terkenal sebagai anak konglomerat. Meski Seje tak begitu dekat dengan Vanya, namun karena gadis itu anak orang kaya, mereka seangkatan diundang, dan itulah mengapa kini Seje ada bersama mereka. Di tengah-tengah keramaian pada malam Minggu yang semarak dan maha berisik, tapi entah mengapa sedari tadi ia justru banyak merenung.

Merenungi hubungannya yang perlahan mundur ke titik di mana ia dan Sean kembali menjadi rival yang hanya tahu saling menatap dingin dan berdebat tak penting.

RIVALOVA: Should I Marry My Fabulous Rival?Where stories live. Discover now