3. Sikap Hildan

6.7K 488 7
                                    

Jam pelajaran pertama dan kedua telah usai. Namun kepala Mayuno yang penuh dengan banyak hal tidak mampu lagi menampung materi yang disampaikan oleh Pak Husein, guru matematika. Setelah guru yang ternyata sangat baik hati itu sudah keluar, Mayuno merebahkan kepalanya di meja.

Beruntung tempat duduknya berada di paling pojok dan belakang.

Tempat duduk pojok, masuk ke dunia novel, dan punya pacar yang merupakan sahabat salah satu tokoh penting. Dari semua ciri-ciri itu, Mayuno mulai berpikir bahwa dialah yang menjadi tokoh utama sekarang. Bisa jadi, genre telah berubah dari romantis, menjadi fantasi isekai. Karena dalam hukum genre isekai, ia sudah memenuhi syarat, yaitu terlempar ke dunia lain. Walaupun bukan dunia sihir abad pertengahan.

"Hm ... Kalau gitu, alurnya tergantung aku, dong. OMG! Aku yang bakal jadi rebutan para cogan, kah? Akyu nggak syiap!" bisiknya heboh sendiri sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Membuat ikatan rambut yang memang tidak rapi makin acak-acakan.

"Ngapain masih di sini? Bianca udah ke kantin duluan."

Kegilaannya terhenti, dengan malas Mayuno mengangkat wajah begitu mendengar nama Bianca. Di hadapannya berdiri seorang gadis berambut sebahu yang berkacak pinggang. Gadis berambut kelabu itu memutar bola mata beriris coklatnya lalu menarik tangan Mayuno untuk memaksa gadis itu bangun.

Gadis itu mengernyit kala melihat penampilan Mayuno. "Rambut kamu kenapa berantakan, gitu?"

"May! Jadi 'kan makan bareng?" Di saat yang sama, Hildan muncul di ambang pintu dengan senyum lebarnya yang terlihat cerah. Senyumnya turun sebentar ketika bersitatap dengan gadis berambut kelabu, tapi terbit lagi lebih tipis. "Maaf, Frey. Mayuno makan sama aku hari ini," ujarnya seraya berjalan mendekat ke meja Mayuno.

"Frey? Berarti dia Freya. Salah satu sahabat Bianca," batin Mayuno.

"Liat, deh! Manis banget si Hildan!"

"Jarang-jarang, lho. Hildan ngajakin makan bareng sampe jemput ke kelas gini. Apalagi mereka baru jadian dua hari."

"Alah! Paling juga itu May yang minta jemput ke kelas."

"Jadi iri ...."

"Paling juga cuma tahan sebulan itu."

"Nggak masalah sebulan, atau seminggu. Yang penting udah ngerasain jadi pacar Hildan!"

Bisik-bisik murid yang berada di kelas mulai terdengar oleh pendengaran Mayuno yang standar itu. Ia harus mengiyakan ucapan salah satu dari mereka.

"Jarang-jarang, lho. Hildan ngajakin makan bareng sampe jemput ke kelas gini. Apalagi mereka baru jadian dua hari."

Mengajak melakukan suatu hal duluan kepada pasangannya bukanlah hal biasa yang dilakukan Hildan. Lelaki itu menjadi pihak yang diajak. Tapi bukannya tidak pernah, hanya sangat jarang. Terlebih dengan waktu jadian yang masih sangat baru. Mayuno pun sempat berpikir jika jemputannya hari ini ke rumah merupakan hasil dari paksaan Mayuno asli. Ah! Mayuno berterima-kasih dalam hati pada entah siapa itu yang menyebutkan waktu jadian mereka.

"Kamu makan sama dia, May?"

Mayuno mengangguk. "Iya," jawabnya singkat. Bagaimanapun ia sudah menerima ajakan Hildan pagi tadi.

"Ya udah kalau gitu." Freya mengedikkan bahu. "Puas-puasin, deh," godanya sambil mengedipkan mata kemudian berlalu dari kelas.

Sudah bertemu Freya yang centil, Mayuno penasaran pada Bianca. Antagonis yang digambarkan sebagai gadis cantik berwajah galak, sifatnya pun galak, seorang perokok, dan menjalani kehidupan yang bebas. Gaya hidupnya hedon dan sangat royal kepada teman dekatnya seperti Freya, Sien, dan Mayuno sendiri. Teman dekat, tidak. Tiga tokoh itu lebih seperti penjilat daripada teman.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now