45. Kebun Binatang (3)

1.3K 208 28
                                    

Mayuno tercekat mendengar penuturan Theo yang mengatakan sebentar lagi Hildan akan datang. Dalam hati bertanya-tanya, apakah lelaki itu tau tadi ia menelpon Hildan? Tidak mungkin. Mayuno berjalan cukup jauh dan yakin kalau tidak melihat Theo mengikuti di belakang.

"Tadi waktu kamu ke toilet, aku ngabarin dia." Theo berujar seolah tau pikiran Mayuno yang dipenuhi tanda tanya. "Gimanapun kamu pacarnya. Walaupun aku udah terlanjur maksa ikut kamu, tapi rasanya nggak etis berduaan sama pacar orang, kan?" Ia mengambil alih jajan di tangan Shin dan membukakan bungkusnya sebelum diserahkan kembali pada bocah itu.

Mayuno membisu sesaat sebelum meralat, "Kita bertiga, bukan berdua." Dan bicara soal tidak etis, perlakuan Theo selama ini sangat kontradiktif dengan yang katanya tidak etis itu. Mayuno ingin berkata begitu, tapi tidak jadi.

"Ya. Bertiga sama anak kecil sampe dikira keluarga." Theo terkikik geli mengingat wajah pasangan suami-isteri yang salah paham. "Well, i don't hate it, tho. In fact, i like it."

Harus diingat, Mayuno tidak bisa bahasa inggris. Jadi, ia hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai tanggapan dari kalimat bahasa asing yang diucapkan Theo. Menyedihkan. Saat mulai les nanti, Mayuno akan belajar keras sampai ia fasih berbahasa asing seperti di dalam film.

"How about you? Do you like it too?"

"Uh ... like?" Mayuno menjawab ragu dengan suara lirih. Tidak mengerti maksud suka yang Theo ucapkan, ditambah cengiran canggung yang kaku. "I ... like?" ulangnya berharap tidak salah menjawab, berpikir mungkin Theo bertanya apakah ia suka jalan-jalan ini.

Melihat ekspresi itu Theo mendengus geli. Ia jadi paham kalau gadis di depannya ini tidak mengerti. Namun, memilih tidak bertanya dan lanjut menggodanya. "You like it? I am glad!"

Mayuno hanya tertawa patah-patah.

"Apalagi kalo Hildan ngeliat. Bakal boom! Tantrum kayak di gym kemaren. He is cute, right?" Theo menyambung diiringi kekehan kecil. Jemarinya sibuk memainkan ponsel.

Kejadian di gym kembali berputar di kepala Mayuno. Keributan yang membuat mereka akhirnya ditegur dua kali sampai diancam akan diusir kalau terjadi untuk yang ketiga kalinya. Keributan yang diawali dengan Theo membawanya seperti karung beras hingga Hildan yang marah-marah tidak jelas.

Mayuno tidak ingin besar kepala, mengira perilaku Hildan yang begitu karena cemburu. Setelah kejadian itu, Mayuno selalu meyakinkan diri kalau lelaki itu hanya sedang mendalami sandiwara karena logikanya, pasti seseorang akan marah kalau pacarnya diganggu tapi melihat konsekuensinya, Mayuno rasa Hildan tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu lagi mengingat betapa rasionalnya dia.

"Dibilang cute sama cowok itu nggak banget, Theo." Hildan menimpali secara tiba-tiba, membuat dua orang yang tengah berbincang di bawah jamur palsu itu sontak menoleh ke belakang, menatap lelaki jangkung yang memakai kemeja denim dan celana jeans hitam.

Theo tersenyum miring menanggapi. "Kenapa? Di mataku kamu emang cute, kok, waktu marah-marah karena Pinky."

Kening Hildan berkerut tak suka. "Jijik."

"Hildan? Kok, kamu tau kami di sini?" Mayuno bertanya bingung, buru-buru memeriksa ponsel kalau-kalau Hildan sudah sudah mengirim pesan atau menghubunginya. Tidak ada. Tidak ada satu pun. "Pake GPS?"

Hildan yang berwajah cemberut menunjuk Theo dengan dagu sekilas kemudian manatap Mayuno tajam. "Jangan ngeliatin kayak gitu! Kamu jadi kayak kepergok lagi selingkuh aja," ujarnya ketus.

Mayuno mulai berubah pikiran. Sepertinya Hildan sudah terlalu mendalami peran hingga lelaki itu akan memulai keributan lagi layaknya kemarin. Tidak boleh. Itu tidak boleh terjadi di tempat yang terbuka dan ramai ini.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now