48. Lembar Baru

1.3K 192 15
                                    

Seharusnya Mayuno tidak langsung mengiyakan perintah Jessie untuk ikut les privat atau setidaknya sedikit bertanya di mana dan dengan siapa dia akan mengikuti les. Harusmya begitu tetapi karena terlalu abai, saat ini ia terjebak di apartemen Dante.

Terlebih lagi, lelaki itu nampaknya tak menyangka sekaligus tidak menyukai kehadiran Mayuno. Melihat raut kagetnya yang hanya sekilas berganti dengan tatapan dingin ketika mendapati Mayuno berdiri di depan apartemennya.

Sepuluh menit yang lalu, Ketus sekali sambutan yang Dante berikan. "Kamu murid barunya?" Ia mendengus geli lalu mengumpat pelan bahkan sebelum Mayuno mengatakan apapun. "Masuk."

Dante berbalik, melangkah ke dalam tanpa menunggu. "Tutup pintunya," suruhnya. Namun, karena tak mendapat jawaban apapun, Dante sedikit melirik dari balik bahu. Melirik gadis yang mematung di depan pintu dengan mulut menganga. "Terserah."

Mengedikkan bahu tak peduli, Dante membiarkan Mayuno diam di depan apartemennya, memilih duduk santai di sofa sambil menjulurkan kaki ke atas meja. Terlalu malas meladeni. Ia sudah biasa menghadapi berbagai jenis perempuan yang kebanyakan selalu ingin mencari perhatian dengan tingkah aneh dan kadang dramatis seperti berpura-pura pingsan di depannya agar bisa dipeluk. Mengabaikan mereka merupakan pilihan terbaik.

"Permisi," ucap Mayuno pelan memasuki ruangan itu setelah menimbang-nimbang sejenak, tak lupa juga menutup pintu sesuai perintah tuan rumah. Tadi ia terdiam karena kaget, lalu berubah menjadi khawatir hingga berdiri di depan pintu selama beberapa menit untuk berpikir. Inginnya kabur saja, tapi Jessie bilang ia sudah membayar penuh untuk sebulan.

"Duduk di sana. Enzi bilang kamu mulai duluan. Sekarang dia lagi di toilet." Dante memberitahu dari rumah tengah. "Dan jangan sentuh apapun di rumah ini."

Peringatan itu masuk akal, tapi tetap saja menyebalkan untuk didengar seolah Mayuno dituding akan merusak barang di rumah ini padahal belum terjadi apapun. Keduanya pun saling diam sampai Enzi muncul dan menyapa Mayuno ramah.

"Kamu mau bicara santai atau formal? Saya, sih, sukanya santai."

"Santai aja, Kak." Mayuno tertawa kaku sambil matanya sesekali melirik pada lelaki berambut hitam yang duduk setengah berbaring di sofa di ruang tengah. Bukan tanpa alasan, sedari tadi gadis itu tahu Dante sesekali menyorotnya tajam dari sana sambil menonton televisi. Sorot matanya sudah seperti laser yang membakar target, membuat yang ditatap menjadi resah karena mengandung kebencian di sana.

Sedangkan Mayuno dan guru les perempuan yang diketahui bernama Enzi ini duduk di ruangan lain yang katanya memang dikhususkan untuk belajar. Tidak ada pembatas ruangan selain pintu besar tanpa daun pintu.

"Sip 'lah kalo gitu. Kemaren sebelum kamu mulai les, aku minta Dokter Jessie buat ngirim daftar nilai kamu sama beberapa foto di buku latihan dan ulangan. Tapi dari situ aja aku baru bisa mengetahui setengah dari kemampuan kamu. Jadi hari ini coba kerjain soal-soal ini tanpa liat internet." Enzi yang merupakan sepupu Dante itu menyodorkan setumpuk tipis kertas pada Mayuno.

"Soal di sini random. Campuran dari banyak mata pelajaran. Waktu kamu dua jam untuk mengerjakan 100 soal ini. Biar lebih fokus, jangan terus-terusan ngelirik dia. Aku tau dia ganteng, tapi jangan sampe ganggu belajar kamu. Dan juga, dia galak." Pada kalimat terakhir, Enzi berbisik di balik tangan yang seolah menjadi penghalang suaranya terdengar.

Mayuno langsung cegukan mendapat teguran halus dari Enzi, ia segera menunduk, tidak lagi melirik ke arah Dante. Rupanya gadis berusia 23 tahun itu menyadari gerak-geriknya. Untung saja Enzi mengingatkan dengan berbisik, kalau suaranya sampai didengar Dante, Mayuno bisa malu.

"Ahh~~" Suara manja mendesah terdengar. Spontan kedua gadis itu menoleh ke ruang tengah di mana Dante berada. "Enaknya~~" Lagi, suara yang membuat otak tercemar terdengar dari sana. Lebih tepatnya dari speaker televisi yang ditonton Dante.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now