43. Kebun Binatang

1.4K 222 31
                                    

Kejadian pagi tadi, saat Sien menyenggol dan meneriaki Mayuno tersebar dengan sangat cepat. Selama jam pelajaran pun Mayuno sesekali mendengar bisikan-bisikan dan merasakan lirikan tak enak dari beberapa orang.

Ini memang bukan yang pertama kalinya Mayuno menghadapi ledekan dari siswa lain, karena semenjak masuk ke dalam raga bermasalah ini dirinya memang sudah sering dicemooh. Namun, ini yang paling parah.

Yang bisa Mayuno lakukan hanya menulikan pendengaran, berpura-pura tidak mendengar perkataan menohok yang ditujukan padanya. Mengatupkan bibir agar tidak keceplosan menjawab, dan menganggap orang-orang itu batu.

Istirahat pertama, seperti biasa dengan Hildan. Di kantin pun ia tidak luput dari gunjingan orang-orang selain dari gosip kalau Niria itu penggoda pacar orang. Rupanya keirian para gadis mulai timbul pada tokoh utama. Penderitaan gadis itu baru dimulai. Dimulai dari gosip yang tidak mengenakkan.

Bel istirahat kedua berbunyi. Mayuno memutuskan untuk diam di kelas saja karena sudah tidak berkumpul dengan Bianca dan Hildan pun punya waktu sendiri bersama teman-temannya. Ia pikir akan menghabiskan waktu dengan tidur, tapi tak disangka, Dara memanggil namanya.

"Mau gabung sama kita?" Gadis itu bertanya ragu, menunjuk ke arah tiga gadis lain yang duduk bersama di sudut lain di kelas ini.

Hampir saja Mayuno setuju, tapi kemudian ia ingat sedang dalam masa murung pasca dibuang. Terlebih, secara kebetulan matanya sempat bersirobok dengan milik Freya yang melewati kelasnya sendirian. Hanya lewat tanpa menyapa. Malah, wajahnya tampak masam.

"Maaf. Aku lagi mau sendiri dulu." Mayuno terdiam sejenak mendengar jawabannya sendiri yang lebih terdengar seperti menolak seorang lelaki. Lucu sekali.

Jawaban Mayuno mendapat reaksi canggung dari Dara yang memang pemalu. Kedua tangannya yang saling bertaut meremas satu sama lain. "G-gitu, ya? Oke," katanya lalu hendak beranjak dari samping Mayuno.

"Bukannya aku nggak mau." Cepat-cepat Mayuno menyambung sebelum mereka salah paham. Gea, Dara, dan Niria jelas orang yang baik. Menjadi teman mereka tidak ada ruginya sama sekali. "Lain kali. Lain kali aku bakal gabung sama kalian." Kesempatan memiliki teman baru tidak boleh disia-siakan.

Dara tersenyum simpul oleh kalimat itu, merasa lega ajakannya mungkin diterima dengan baik. Walaupun sebenarnya yang mengusulkan adalah Niria, tapi menurutnya sendiri Mayuno memang bukan orang yang sombong sehingga patut dibenci. Berbeda dengan yang dulu.

"Oh, iya. Buku Tari. Tapi aku nggak mungkin balikin ini di depan orang-orang. Sien juga bisa maksa dia ngasih bukunya lagi." Mayuno bergumam sendiri saat ia merogoh tas untuk mengeluarkan buku dan pensil untuk coret-coret menghilangkan bosan. Berpikir sejenak, sebuah ide muncul di otaknya, ide untuk menghubungi Tari dari media sosial sebagai akun tidak dikenal dan menyuruhnya mengambil buku itu di suatu tempat yang Mayuno titipkan. "Oho? Aku pinter juga!"

"Kalo pinter nggak bakal full remedial, Sayang."

Sebuah suara yang sangat Mayuno kenal terdengar berbarengan dengan lengan yang melingkari leher. Ia kaget, tapi setelah itu enggan menoleh untuk melihat.

"Kok ke sini?" Hildan menemuinya saat istirahat kedua itu belum pernah terjadi, jadi Mayuno merasa heran.

Hildan tertawa kecil, melepas lengannya dari leher Mayuno, beralih mengusak rambut merah jambu milik gadis itu sampai berantakan. "Nemuin pacar? Atau mungkin ngeliat calon istri idaman?"

Saat lelaki itu menyebut calon istri idaman, Mayuno spontan menoleh pada tempat Niria dan teman-temannya duduk karena candaan mereka pagi tadi, dan mereka ternyata juga sedang menatapnya, lebih tepatnya menatap ia dan Hildan.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now