58. Kendali (2)

1.1K 187 12
                                    

Cuaca hari ini agak mendung, tetapi tidak menyurutkan keinginan orang-orang yang ingin bersantai di tepi danau. Justru cuaca seperti inilah yang paling menyenangkan karena matahari tidak bersinar terik membakar kulit dan tidak pula beresiko turun hujan.

Beberapa orang bahkan menggelar kain di rerumputan sambil menyantap hidangan yang dibawa dengan keranjang piknik. Riuh rendah suara tawa anak-anak yang menjerit dan tertawa menyatu dengan ciutan burung serta embusan udara yang terus bergerak menerbangkan dedaunan yang telah gugur. Mereka bermain, berlari ke sana-kemari dengan riang gembira.

Pemandangan yang bagus ditambah aktivitas di dalamnya itu menjadi model gambar Niria yang duduk di suatu bangku memegang buku sketsa dan pensil. Tangannya begitu cekatan menciptakan goresan-goresan yang membentuk satu-kesatuan gambar sambil sesekali memerhatikan modelnya.

"Gambarnya bagus, unik."

Gadis bermata langit itu langsung menyembunyikan hasil gambarnya yang belum jadi di dalam pelukan ketika sebuah suara yang lembut tapi jelas menegur secara tiba-tiba. Itu adalah gerakan refleks tiap kali seseorang mendekati dirinya yang sedang menggambar dan berkomentar. Takut dikomentari buruk akan gambarnya yang tidak biasa.

Niria terbiasa melakukan itu karena dulu saat di panti asuhan tidak ada yang memuji karyanya. Malah, mereka selalu memasang wajah tak suka dan mengejeknya sebagai anak aneh setiap melihat hasil goresan tangan gadis itu. Niria jadi merasa rendah diri dan memilih melakukan hobinya semata untuk kesenangan pribadi.

Ia pernah dipuji, tetapi ternyata orang yang memuji malah mengejeknya di belakang. Pengalaman itu membuat Niria tidak percaya lagi pada pujian. Meski begitu, akan sangat tidak sopan untuk mengabaikan orang lain.

"Makasih." Niria menjawab sembari menoleh ke samping. Ia tertegun mendapati orang yang barusaja memujinya itu ternyata salah satu siswa beken di sekolah. Gadis berambut hitam panjang berkilau bak iklan shampo, berwajah dingin layaknya ratu es, dan pupil mata kelam berkilat layaknya obsidian. Bianca.

"Kenapa nggak dilanjut? Aku gangguin kamu, ya?" Ia bertanya sembari menatap lurus mata jernih Niria yang tak juga berkedip, menopang dagu dengan tangan yang bertumpu pada lengan kursi. "Maaf, ya. Soalnya jarang-jarang aku nemu pelukis aliran surealis kayak kamu."

Niria mengerjapkan mata, kembali pada kenyataan setelah dibuat kaget dan bingung oleh kedatangan mendadak orang yang tidak disangkanya. Gea bilang, Bianca itu tak tersentuh walaupun terkadang ramah. Dipuji dan diajak bicara oleh orang se-eksklusif itu tentu saja membuat Niria bingung harus bertindak seperti apa.

Terlebih, beberapa hari lalu ia secara tidak sengaja melakukan sesuatu yang sangat menyebalkan pada Dante, cowok populer yang dipasangkan dengan Bianca. Karena lupa siapa itu Dante dan terlanjur kesal gaun pemberian ibu angkatnya kotor. Sudah begitu, tidak ada permintaan maaf. Namun, Niria menyesali sikap impulsifnya saat itu dan memilih selalu menghindar dari sekitar Dante.

Kali ini jangan sampai Niria membuat masalah lagi. Saat itu untung saja Dante tidak lagi mempermasalahkan perdebatan kecil mereka, tapi siapa yang tahu ke depannya? Niria harus berhati-hati.

Ngomong-ngomong, Bianca tadi mengatakan sesuatu tentang pelukis dan aliran. Niria jadi penasaran mengenai hal itu.

"Maaf, tadi kamu bilang soal aliran?" Niria bertanya sangat hati-hati sampai suaranya sangat lirih hampir tidak terdengar.

Bianca tak langsung menjawab alih-alih diam sejenak tetap menatap Niria, bedanya kali ini sudut-sudut bibirnya tertarik membentuk senyum simpul, menikmati reaksi takut-takut yang ditunjukkan gadis itu. Lucu dan menggemaskan sekali.

"H-halo?" Niria mulai tidak nyaman ditatapi terus menerus.

"Surealis. Itu salah satu aliran lukis yang menurut aku unik dalam menyampaikan makna di balik lukisan itu. Beberapanya memang terkesan serem, sih," jelas Bianca mengungkapkan pendapatnya sambil duduk tegak mengalihkan pandangan ke arah danau.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now