14. Tentang uang

3.3K 297 2
                                    

Sembilan juta mendekati sepuluh atau Rp 9.999.000 jelas merupakan nominal yang besar untuk sehelai kaos bagi orang biasa. Perlu diakui memang bahannya sejuk, tidak gampang lecek, jahitannya rapi, dan meski tampak sederhana, bordir yang menghias membuat kesan tidak murahan. Yang lebih penting, memakai baju itu bisa menaikkan nilai sosial di mata orang-orang karena berasal dari brand besar. Itulah poin-poin yang disampaikan Jessie.

Namun, bagi Jessie sendiri hadiah seharga itu di luar event seperti ulang tahun juga agak berlebihan untuk pelajar. Sisi negatifnya mengatakan, Bianca menggunakan itu untuk mendapat simpati Mayuno dan suatu hari anaknya akan mudah disetir dengan mengungkit hadiah yang diberikan.

Mendiang Nenek Mayuno pernah berkata, "Materi adalah hadiah yang paling dihargai mayoritas orang."

Tidak semua tapi kebanyakan begitu. Sebagai contoh, seorang anak yang mengurus orang tuanya dengan ikhlas tapi jarang memberi uang dengan nominal banyak, akan kalah dengan anak yang hanya berkunjung sesekali dan memberi uang banyak.

Karena itu, Jessie menyarankan Mayuno untuk mengembalikannya secara halus. Wanita itu berharap, pemikirannya hanya sebuah pikiran negatif saja. Ia juga merasa bersalah sudah berpikiran buruk pada gadis remaja yang merupakan teman dekat anak gadisnya.

Jessie cukup bersyukur Mayuno tidak protes atau banyak bertanya mengenai tindakannya. Karena tidak mungkin prasangka buruk tentang bianca diutarakan begitu saja pada Mayuno yang belum bisa menalar sejauh itu. Masih jelas diingatan, seriang apa Mayuno menceritakan dia yang bisa berteman dan berkumpul dengan Bianca. Berbicara buruk akan menghasilkan sesuatu yang buruk, terlebih tanpa bukti dan hanya mengandalkan prasangka.

Keesokan harinya, Hildan datang menjemput seperti yang sudah dijanjikan. Ia datang tepat ketika Mayuno akan masuk ke dalam mobil Jessie. Keduanya sama-sama bingung, karena asumsi mereka berbeda dari kenyataan. Mayuno berpikir Hildan akan mengabaikannya, sementara Hildan yakin Mayuno menunggunya.

Kali ini Jessie tidak langsung mengizinkan melainkan bertanya lebih banyak pada Mayuno sebelum berangkat. Mayuno tak lagi memakai alasan 'cuma feeling' melainkan mengira tidak akan menjemput karena ada urusan yang ternyata dibatalkan. Mayuno tahu, Jessie tidak akan banyak bertanya tentang urusan orang lain, wanita itu memang tidak suka ikut campur selama tidak merugikannya.

Di perjalanan menuju sekolah pun Mayuno tidak luput dari pertanyaan Hildan mengenai keputusannya untuk menumpang Jessie.

"Kenapa mau bareng mama kamu? 'kan aku udah janji bakal jemput," tanya Hildan penasaran. Ia sudah menahan diri untuk bertanya sejak dari rumah Mayuno.

Mayuno yang lebih tertarik memandang pemandangan kota dari balik jendela mobil, menjawab tanpa melihat lawan bicara. "Kamu nggak ada kabar dari semalem. Makanya aku sedia payung sebelum hujan."

"Hah? Apa hubungannya sama peribahasa itu?"

"Ya ... karena nggak ada kabar, masuk akal, dong, kalo aku jadi mikir negatif. Bisa aja kamu nggak jadi jemput aku tapi nggak ngabarin juga. Daripada nunggu yang nggak pasti dan malah berangkat kesiangan mending bareng Mama."

Hildan diam. Itu alasan yang masuk akal jika diutarakan oleh orang lain, bukan Mayuno. Gadis yang jarang menggunakan akal sehat jika berkaitan dengan dirinya. Mayuno yang biasa akan sibuk mengirim pesan atau menelepon terlebih dahulu bahkan bisa jadi spam.

Ketidakpedulian itu bukan hanya dilakukannya pada gadis di sampingnya sekarang, mantan-mantan sebelumnya juga demikian dan itulah yang selalu menjadi masalah dalam hubungan percintaannya. Para gadis akan protes, mengatakan mereka seperti sedang mencintai sendirian dan sebagainya. Saat itu terjadi, Hildan akan menenangkan lalu tak lama mengulangi hal yang sama.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now