1. Mayuno?

14.6K 688 15
                                    

"K-kalau kalian mendekat, aku bakalan lompat!" ancam seorang gadis pada sekumpulan pria yang berjarak lima meter di depannya. Saat ini, ia sedang berdiri di bagian luar pembatas sembari berpegangan pada pagar besi di rooftop bangunan enam lantai.

Bukannya goyah, salah satu pria yang botak justru tertawa meremehkan. "Udahlah, bocah. Nggak usah sok jual mahal. Kalo lo setuju sama tawaran ini, hidup lo bakal berubah. Semua hutang bakalan lunas dan lo juga bisa foya-foya!"

Kalimat itu disambut tertawaan oleh yang lainnya. "Apalagi lo masih perawan, 'kan? Bayarannya mahal, lho," ujar pria itu sembari melangkah mendekat diikuti pria yang lainnya. "Jadi, ayo sini."

Gadis itu menggeleng keras. Air mata telah mengalir, membasahi kedua pipinya. Ia sudah terpojok, tidak tahu bagaimana caranya kabur dari situasi yang menjepitnya selain dari mengancam akan bunuh diri.

Namun, sekarang seluruh tubuhnya gemetar, termasuk tangan yang memegang pagar. Angin malam yang berhembus di tempat yang tinggi itu membuat tubuhnya goyah.

Ia takut. Takut jatuh lalu mati betulan, tapi ia juga takut tertangkap dan harus melakoni pekerjaan haram.

Padahal dirinya sudah bertekad, biarlah menghabiskan waktu belasan tahun bekerja keras untuk membayar hutang asal bukan dengan cara menjual diri.

Para pria itu makin dekat, dengan panik, ia menyapukan pandangan ke daerah sekitar untuk mencari tempat kabur. Ada! Harapannya muncul saat dilihatnya ada pipa panjang ke bawah di sebelah kiri. Dengan hati-hati, gadis itu mulai melangkah ke samping.

"Eit! Mau kabur ke mana?"

Napasnya tercekat, matanya membelalak menatap tangan besar pria botak yang berhasil menggapainya lengannya. Reflek, gadis itu mengayunkan lengannya liar guna melepaskan cengkeraman pria itu.

"Kalian tetep di situ! Gue bisa narik dia sendiri!" kata pria itu tegas pada rekannya yang ingin membantu. "Badan kurus kayak gini bukan apa-apa."

Mendengarnya, gerakan gadis itu makin liar, seluruh tubuhnya ikut bergerak tanpa sadar hingga kehilangan keseimbangan dan terpeleset.

"Ah!" Semua terjadi begitu cepat.
Kini gadis itu sedang berayun dengan satu lengan masih dipegang si pria botak. Ia meringis sakit merasakan sendinya yang nyeri akibat menahan bobot tubuh yang jatuh secara mendadak.

Ia menunduk, melihat pemandangan di bawah yang terlihat amat menakutkan. Jika jatuh, sudah dipastikan tidak akan selamat. Ia mendongak. "Di atas juga menakutkan," gumamnya menatap pria botak yang masih memegangi lengannya.

Apa yang harus ia lakukan? Jika di pikir lagi, kenapa hidupnya jadi berantakan begini? Sejak kapan? Dosa apa yang membuatnya sengsara seperti ini?

Orang tua bercerai, tinggal bersama ayah yang abusive, putus sekolah, dipaksa membantu bekerja untuk membayar hutang, terpaksa mengurus orang tua sakit-sakitan yang dulunya selalu menyiksa, dan sekarang ... bahkan setelah si berengsek itu sudah meninggal, hidupnya tidak bisa tenang karena hutang.

Mengingat semua hal menyakitkan itu, membuat airmatanya mengalir makin deras. Memang benar kalau dunia tidak adil, di saat ia berada di situasi antara hidup dan mati ini, pasti ada sebuah keluarga utuh yang tengah menikmati makan malam hangat mereka bersama.

Hidup memang seperti itu. Karena itu, ia akan melepaskan kehidupan penuh penderitaan ini untuk mengakhiri semuanya.

"Arggghhh!!" Pria botak meringis, spontan melepaskan pegangannya ketika sebuah pisau kecil menancap dalam di punggung tangan, membiarkan tubuh kurus seorang gadis jatuh menghantam tanah.

Sekumpulan pria itu berkumpul di tepi pagar, menatap ngeri pada sesosok tubuh kaku yang posisi kakinya tertekuk tidak manusiawi dan tergeletak di atas genangan darah.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now