12. Teman (2)

3.2K 294 10
                                    

Semua terjadi begitu saja. Bianca menelepon, mengatakan kalau ia dalam perjalanan ke rumah Mayuno dan tanpa penjelasan apa pun meminta gadis itu untuk bersiap dengan atribut penyamaran. Setelah itu langsung menutup telepon.

Bianca mengenakan rambut palsu warna coklat, kacamata berbingkai kotak, dan jaket hitam. Sementara dirinya sendiri memakai rambut palsu biru tua, kacamata bingkai bulat, dan jaket biru. Keduanya sama-sama menggunakan topi atas paksaan Bianca. Ya, paksaan. Ia bahkan memelototi Mayuno yang sebelumnya berniat membuka topi karena berpikir mereka sedang berada di dalam ruangan.

Sekarang, mereka berdua sudah berada di dalam sebuah restoran cepat saji yang sepertinya cukup terkenal dilihat dari besar dan banyaknya kursi tersedia, terisi hampir semuanya. Sangat ramai. Nama restoran ini adalah DFC, singkatan dari Delicious Fried Chicken. Nama itu mengingatkan Mayuno dengan sebuah restoran cepat saji yang sangat terkenal di dunianya.

Menu mereka pun mirip. Ada ayam goreng berbagai rasa, kentang goreng, dan soda. Selain itu, ada juga udang goreng, cumi goreng, onion ring, dan berbagai menu gorengan lainnya. Minumannya pun ada soda, es teh, es kopi, jus jeruk dingin, dan lain-lain. Namun, yang paling menarik perhatian Mayuno adalah susu goreng.

Bianca memilih duduk di kursi kosong tepi jendela, sejajar dengan pintu masuk restoran. Tempat yang memang sudah ia pesan pagi tadi entah untuk apa. Yang pasti bukan untuk makan malam karena sejak mereka datang, Bianca hanya memakan dua kentang goreng.

Tentu saja, Mayuno tahu mereka sedang menyamar, tapi dengan tujuan yang belum diketahui.

"Sebenernya aku ngajak Sien, tapi mendadak dia ada urusan keluarga, terus Freya lagi karaokean. Ini pertama kalinya kamu kuajak 'kan? Aku harap kamu jangan banyak tanya, jaga mulut juga," jelas Bianca tanpa di minta disertai peringatan. Matanya menatap tajam, menegaskan ucapannya yang serius.

Mayuno yang sedang mengunyah susu goreng segera menelan makanannya. "I-iya," jawabnya gugup. Tindakan tergesa itu menyebabkan ia tersedak dan terbatuk-batuk. Disambarnya cup berisi es teh, lantas minum sambil mengelus dada perlahan hingga terasa lega. Tidak lupa pula mengutuk Bianca sebagai penyebab utama dirinya tersedak.

"Pelan-pelan, dong, makannya," tegur Bianca dengan nada khawatir setelah batuk Mayuno reda. "Kan jadi keselek."

Mayuno berdehem. "Iya." Ia tersenyum miris.

Meski pun mengatakan itu, Bianca lebih seperti menghakimi daripada khawatir. Raut wajahnya yang tak acuh menunjukkan betapa ia tak peduli sama sekali. Hanya melirik sekilas, lalu kembali menatap ponsel. Tidak ada gestur ingin menolong sedikit pun.

Mengesalkan. Namun, begitulah Bianca. Apa yang bisa diharapkan? Kebaikannya hanyalah untuk suatu tujuan.

Mengesampingkan itu, daripada penjelasan mengapa Bianca mengajaknya, Mayuno lebih penasaran dengan tujuan mereka datang ke tempat ini. Ingin bertanya, tetapi tidak tahu mengapa mulutnya seperti tertahan. Berbeda dengan Freya, Bianca terasa seperti orang yang sangat asing di mana membuat Mayuno segan untuk bertanya bahkan sebelum Bianca berbicara. Ia bersyukur tidak menanyakan apa pun sebelum itu.

"Dia datang!" Bianca reflek menurunkan topinya lebih rendah.

Mayuno yang duduk membelakangi pintu masuk memutar tubuh untuk melihat siapa yang dimaksud. Di meja kasir, berdiri beberapa lelaki, jumlahnya empat orang dan satu di antaranya adalah sang tokoh utama lelaki, Dante. Lelaki itu mengenakan jaket yang sangat mirip dengan milik Bianca saat ini. Tanpa sadar ia terus menatap mereka hingga punggung tangannya di tampar Bianca. Mayuno spontan berbalik, mengelus punggung tangan yang terasa cukup perih.

"Jangan diliatin terus!" sentak Bianca kesal. "Bisa-bisa nanti kita ketahuan," lanjutnya kembali fokus pada ponsel. Bianca tampak berbeda dari sebelumnya yang terlihat bosan. Setelah kedatangan Dante, wajahnya berseri dan pandangannya berbinar.

Mayuno The FiguranDonde viven las historias. Descúbrelo ahora