75. Kesepakatan

1.2K 174 58
                                    

"Rekaman ini lebih baik digunain buat serangan balik seandainya dia nyerang kamu duluan. Kalo dia ngancem kamu, ancem balik. Tapi buat menghindari konflik yang nggak perlu, jangan pernah kamu sebarin rekaman itu lebih dulu."

"Tapi aku harus apa kalo dia maksa aku buat lakuin sesuatu?"

"Buat kesepakatan yang sekiranya nggak merugikan kamu."

"Contohnya?"

"Jangan sampe dia nyerang kamu secara fisik maupun verbal, jangan ada tindakan manipulatif yang mengarah ke pembulian, fitnah dan lain-lain."

"Bukannya ancaman pake rekaman kayak gini terlalu ringan buat dia? Bianca 'kan dari kalangan old money kayak yang kamu bilang."

"Emang. Tapi Bianca itu orang yang peduli sama imej. Dia nggak akan tenang kalo ada secuil aja sesuatu yang bakal ngerusak imej baik yang udah dia bangun. Selain itu, dia juga bisa dapet hukuman dari Martin. Hukuman yang nggak main-main."

"Tunggu, maksud kamu apa? Bukannya dia punya bekingan keluarga?"

"Bener. Em ... gini, dulu papaku pernah kerja sebagai CMO di Elese Beauty, salah satu anak perusahaan Ledric yang bergerak di bidang kecantikan dan dia lumayan deket sama Bridjet, CEO di sana. Bridjet pernah bilang, Martin itu orang yang keras, paling keras ke Bianca yang dianggap sebagai produk gagal keluarga. Dia nggak akan segan ngehukum anak atau cucunya sendiri kalo kelakuan mereka berpotensi bikin opini publik buruk dan berdampak ke harga saham perusahaan. Tapi, dia juga nggak segan ngancurin orang yang nyenggol keluarga dia duluan. Nah, di sini kamu paham maksud aku, kan?"

"Jadi kalo aku nyebarin rekaman itu duluan, aku yang bakal kena, tapi kalo aku pake itu sengaja serangan balasan, Bianca juga bakal kena? Tapi Martin bakal nyerang aku nggak?"

"Aku yakin nggak. Karena kalo masalah ini viral dan perhatian publik condong ke Bianca, perhatian Martin juga condong ke sana buat ngatur media. Kamu yang nggak penting, nggak bakal dipeduliin."

Obrolan dengan Hildan di kereta setelah Mayuno menceritakan pertemuannya dengan Bianca di kafe semalam kembali terngiang di telinga. Obrolan yang membuat gadis itu lebih terarah. Memang rasanya sangat menegangkan dipeluk oleh Bianca dari belakang seperti ini, tapi Mayuno harus memberanikan diri untuk membuka suara.

"Aku juga punya rekaman yang mirip, rekaman suara kamu yang ngerendahin orang lain," ucap Mayuno dengan suara yang berusaha dibuat setenang mungkin.

"Aku bakal sebarin itu juga di internet." Ia melepaskan lengan Bianca dan segera menjauhkan diri dari gadis yang mematung dengan mata terbuka lebar itu. "Kita bakal sama-sama dihujat nanti. Tapi, ngeliat popularitas sama personal branding yang udah kamu bentuk, orang-orang akan lebih condong ke kamu, kan?"

"Dasar pembohong. Kamu segitu putus asa, ya, sampe bikin kebohongan nggak masuk akal itu." Senyum congkak terpatri di bibir Bianca yang kini melipat lengan di depan dada. "Kasihan banget. Orang berotak kecil kayak kamu nggak mungkin kepikiran buat nyimpen bukti."

Dia direndahkan lagi untuk yang kesekian kali. Namun, daripada sakit hati, Mayuno lebih merasa lucu saat melihat tokoh antagonis yang selama ini dia takuti tampak terpicu, terlihat dari kepalan tangan yang mengeras hingga terlihat samar urat-urat di balik kulit putih bersih itu. Meskipun Bianca sekarang tersenyum, tetapi senyumannya lebih seperti topeng untuk menyembunyikan kecemasan.

"Otak kecil? Dalam pelajaran IPA, otak kecil itu fungsinya untuk menjaga keseimbangan dan postur tubuh, mengatur koordinasi dan gerakan tubuh, mengatur proses pembelajaran gerakan dan fungsi kognitif. Sebagian penelitian juga menunjukkan kalau otak kecil turut andil dalam menjaga kesehatan mental. Nah, jadi secara sains, seluruh manusia di muka bumi ini termasuk aku dan kamu punya otak kecil. Heh," jelas Mayuno diakhiri dengan kekehan pelan.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now