27. Langkah Selanjutnya

2.2K 201 12
                                    

Sebuah pesan masuk, Mayuno yang baru selesai mengerjakan PR hari Rabu berbekal internet pun langsung membuka baris notifikasi yang tertera nama Freya di sana. Gadis itu mengirim pesan berupa rekaman audio. Mayuno langsung menggapai headset yang berada di atas kasur. Itu sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu, membuka pesan suara atau sejenisnya dengan headset. Jaga-jaga kalau itu merupakan sesuatu yang tidak seharusnya orang lain dengar juga.

Begitu sudah terpasang, tombol play ditekan.

"Kemaren kamu bilang Bianca pas SD kayak psikopat, sekarang bilang bokapnya gila. Jangan aneh-aneh, deh."

"Tau, tuh Neti. Ngomong sembarang itu bahaya, lho."

"Aku nggak ngomong sembarang, ya. Temenku sekolah di SD yang sama, sama Bianca dan soal bokapnya yang gila itu sumbernya dari Tantenya sendiri. Kalian tau Anjani Ledric, kan? Dia itu pelanggan Mama. Dia sendiri yang cerita."

"Eh? Seriusan?"

"Serius! Suer, deh! Kapan tu, ya? Lupa. Pokoknya Anjani lagi badmood 'lah. Katanya Kakek Bianca itu pilih kasih padahal bokapnya yang udah gila itu dulu bawa anak kesayangan Kakeknya kawin lari."

"Hah? Kawin lari?"

"Mereka nggak direstuin. Tau 'lah ... beda kasta gitu. Intinya Kakek Bianca nggak bisa maksa karena nyokapnya terlalu bucin sampe ngancem bundir kalo nggak direstuin. Eh, akhirnya nyokapnya kecelakaan, nggak selamet terus meninggal."

"Terus bokapnya jadi gila, gitu?"

"Iya."

"Kasian juga kalo gitu."

"Apa yang mau dikasianin? Privilage dia banyak. Udah cantik, pinter, baik, punya Kakek kaya pula. Nggak punya orang tua mah nggak ngaruh." Celotehan itu diakhiri oleh tawa kecil.

"Baik apanya? Dia itu lagi pake topeng. Kalian mikir nggak, sih? Masa orang baik malah temenan sama orang minus akhlak kayak Sien." Suara Neti menimpali.

"Wait, tadi kamu bilang pas SD dia kayak psikopat. Maksudnya apa?"

Rekaman yang memuat obrolan para gadis di tengah lantunan lagu santai dan keramaian itu berakhir di situ. Diikuti oleh pesan dari Freya yang menyuruh Mayuno segera menghubunginya setelah selesai mendengarkan. Mayuno menurut, menelpon sesuai keinginan Freya karena memang ini yang ia tunggu. Sebuah penjelasan.

Malam itu, Freya menjelaskan semuanya. Dari penyebab Bianca menargetkan Neti sampai akibat apa yang akan Neti tanggung seandainya video penganiayaan itu viral. Freya juga mengatakan kalau Mayuno tidak perlu khawatir karena Bianca menjamin akan melindunginya dan Sien dari dampak yang akan terjadi.

Namun, Mayuno tidak percaya dengan janji itu. Mungkin saja Bianca bisa melindungi mereka dari hukum, tapi bagaimana dengan sanksi sosial? Itu akan sangat mengancam tujuannya untuk hidup damai. Apalagi Mayuno bukan seperti Sien yang merupakan anak owner perusahaan farmasi, ia hanya anak dokter. Seorang dokter yang juga bekerja untuk perusahaan lain. Kuasanya tidak cukup kuat.

Mengenai masalah yang terjadi, itu dimulai sebulan yang lalu. Cukup jauh dari waktu sekarang. Saat itu, Bianca yang tengah duduk menyendiri di atap sekolah tidak sengaja mendengar ocehan Neti dan kawan-kawan yang baru datang mengenai dirinya. Neti memceritakan tentang kelakuan Bianca saat SD yang seperti psikopat.

Setelah hari itu, Bianca menyadari tatapan aneh dari teman-teman Neti padanya. Mereka juga saling melempar lirikan sebagai kode, melirik-lirik sambil mengernyit seolah sedang melihat sesuatu yang mengerikan. Bianca tidak suka. Jadi, ia mulai mengamati Neti. Bahkan sampai mendatangi salonnya, darisitu terlihat kalau Neti membenci Tari dan begitulah, Bianca membuat dua akun palsu yang saling bertukar pesan satu sama lain, kemudian men-screenshoot pesan itu.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now