38. Tari (2)

1.3K 172 9
                                    

Episode ini mengandung unsur pelecehan yang mungkin menimbulkan perasaan tidak nyaman bagi beberapa orang. Kalian bisa melewatkan episode ini tanpa mengganggu jalan cerita jika itu mengganggu kesejahteraan emosional kalian.

Kalau kamu adalah korban, atau kamu mengenal orang yang menjadi korban, segera hubungi Komnas Perempuan.

Lembaga ini akan membantu korban kekerasan dan pelecehan seksual dalam menyelesaikan kasus tersebut. Korban dapat melaporkan kekerasan seksual melalui call center Sahabat Perempuan dan Anak yang dibuat oleh KemenPPA yaitu SAPA129 atau WhatsApp 08211-129-129.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Menjadi dompet untuk memenuhi keinginan orang lain itu sungguh melelahkan, terlebih mereka adalah orang yang menyiksa secara fisik dan batin. Tidak bisa lepas, tidak bisa lari. Terjerat di sana sini. Jika berusaha melawan maka harus siap dengan resiko yang besar pun sadar tidak akan ada yang membela.

Itulah yang sekarang Tari rasakan. Ia baru saja menguras uang gajiannya untuk membelikan empat bungkus rokok serta mentraktir makanan untuk orang-orang yang ia benci sepenuh hati.

Sudah begitu, Tari juga diseret paksa. Kurang lebih, gadis itu tahu apa yang akan terjadi padanya. Mereka akan menyiksa dengan menjadikan perutnya sebagai samsak tinju, menjambak, dan memaksa memakan rokok bekas hisapan salah satunya yang tinggal sedikit. Itu hanya sebagian kecil.

Tidak ada yang bisa Tari lakukan selain menurut. Jika menolak, maka foto aibnya akan disebar ke media sosial khususnya kontak keluarga. Keluarga .... Andai keluarganya adalah keluarga yang penuh kasih maka akan tak akan sesulit ini. Mereka pasti akan menguatkan dan membelanya.

"Kak, gimana kalo kita ke karaoke dulu? Duit masih ada, kan?" tanya Fara, gadis yang sedang merangkulnya saat gadis itu melihat tempat karaoke kecil di sebuah gang sepi.

Karaoke. Kegiatan itu hanya akan menyisakan seperempat gajinya. Seperempat dari uang yang ia kumpulkan dari kerja keras selama seminggu di sebuah rumah makan kecil milik salah satu tetangga.

"Budek, ya?"

Tari sontak menahan lengan Fara yang mencekik lehernya, napasnya sesak oleh tekanan yang tidak main-main. Gadis yang lebih muda tapi lebih tinggi darinya itu terus menekan tenggorokan hingga Tari membelalak, memohon dari tatapan mata untuk segera dilepaskan.

"Makanya dengerin orang ngomong!" serunya pelan penuh penekanan sebelum melepas lengannya dari leher Tari yang langsung terbatuk-batuk.

"Tau, tuh! Bengong mulu! Pantes nggak ada yang mau!" timpal Gaga sambil mendorong belakang kepala Tari hingga wajahnya terhempas ke depan.

"Kamu aja, Ga. Kasian dia," balas Bima cekikikan.

"Najis! Dibayar sejuta sama Bos pun tetep najis. Tapi boleh juga buat seneng-seneng. Mau, Kak? Dijamin bakal ketagihan!"

Tari langsung bergidik saat sebuah benda lunak menyapu daun telinga, meninggalkan rasa basah dan dingin setelahnya. Ini pelecehan, ini jelas pelecahan tapi Tari terlalu takut untuk melawan. Netranya yang gemetar mengedar, melihat beberapa orang lewat. Berharap salah satu dari mereka menyadari ada seorang gadis yang sedang tertekan di antara empat tubuh yang mengelilinginya.

Tidak ada. Orang yang lewat hanya peduli pada urusan masing-masing, adapun hanya melirik lantas melangkah pergi. Tidak ada yang mengulurkan tangan seperti beberapa hari yang lalu, saat Dante secara tidak sengaja berpapasan dengannya bersama anak-anak biadab ini. Lelaki itu dengan baik hatinya menarik Tari dari tekanan yang menghimpitnya.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now