32. Kebersamaan

1.8K 172 3
                                    

Lepas dari Bianca bukan berarti sepenuhnya bebas. Bisa saja suatu hari nanti gadis itu akan mengganggunya karena sesuatu atau bisa saja Mayuno melakukan hal yang mungkin saja membuatnya terlibat secara tidak sengaja dengan antagonis itu. Jadi, ia harus mempersiapkan diri.

Selama dua minggu menjadi pengamat sembari mengingat alur novel, Mayuno tahu, Bianca selalu menyimpan rahasia orang-orang untuk mengancam mereka dan memaksa menuruti keinginannya. Tidak mustahil Bianca juga menyimpan rahasia Mayuno. Rahasia yang disimpan tidak sebesar rahasia perselingkuhan. Sederhana saja, seperti membicarakan keburukan orang, mengejek, dan menghina mereka.

Mayuno tahu, tapi tidak bertindak. Bodoh sekali. Ia sibuk beradaptasi dengan kehidupan baru yang jauh dari hidupnya dulu, terlalu terlena ditambah pikirannya kacau oleh masalah yang ada di depan mata sehingga tidak mempersiapkan senjata lain untuk masalah mendatang. Karena itu sekarang, saat dirinya sudah sadar, Mayuno mulai melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Bianca. Menyimpan rahasia.

Menyimpan ejekan dan hinaan mereka pada orang lain untuk menjadi senjata Mayuno melindungi diri. Ia tidak tahu apakah nantinya akan berguna dengan baik, tapi melihat sifat Bianca yang selalu ingin dipandang bagai malaikat, bisa saja hal semacam ini berguna untuk meretakkan topeng yang selama ini terpasang di wajah cantik itu.

"Hey, menurut kalian siapa guru paling jelek di sekolah kita?" tanya Sien membuka percakapan saat mereka beristirahat dari kegiatan belajar.

"Jelas Bu Rina 'lah! No debat!" timpal Freya cepat sambil tertawa sumringah. "Makanya nggak kawin-kawin. Kalo kamu?" lanjutnya lalu berpaling pada Bianca.

Gadis berambut hitam yang dicepol asal itu diam sejenak, mengusap dagunya pelan dan bergumam, "Sama," jawabnya sama sumringahnya dengan Freya. "Tapi paling nggak dia jago masak?"

Pernyataan bernada pertanyaan itu disambut tawa oleh Sien dan Freya, serta Mayuno yang berpura-pura mengikuti arus candaan tidak lucu mereka untuk menghindari pertanyaan semacam, "kenapa kamu diem aja?" Meski rasanya risih sekali harus ikut tertawa merendahkan orang lain.

"Tapi jago masak juga nggak terlalu berguna, sih. Kalo fisiknya ancur." Bianca menyambung diakhiri tawa mengejek. "Hmm ... aku salah. Dia berguna banget buat jadi babu." Lagi-lagi kalimatnya disambut tawa oleh yang lain.

"Kalo menurut kamu, May?" Kini Freya berlatih bertanya pada Mayuno.

Tibalah gilirannya untuk ditanyai. Hal ini bukan yang pertama kali Mayuno terjerat pada acara pemilihan kecil-kecilan seperti sekarang. Dan tiap kali itu terjadi, Mayuno terpaksa ikut menjawab karena pernah satu kali Mayuno enggan ikut memberi pendapat, ia dicecar oleh pertanyaan penuh curiga dan tatapan sinis dari mereka.

"Lama banget jawabnya. Jangan bilang kamu nggak bisa milih. Jangan sok alim, deh!" cecar Sien yang langsung disahut Freya.

"Hus. Diem. Dia lagi mikir, tuh."

"Mikir apaan? Jelas-jelas wajahnya lagi mengkerut gitu. Kita tau kamu udah tobat, tapi nggak usah lebay, deh. Nggak bakal dosa kalo cuman ginian, mah."

Bahkan diam sejenak saja sudah dikatai seperti itu dan itulah yang membuat Mayuno tidak mau mendebat lebih jauh. Namun, untuk kali ini ia ingin menjawab bertentangan dari yang biasa, pandangan mereka tentang Mayuno yang sudah tobat bisa menjadi dasar atas perubahan sikapnya. Toh, ia yakin mereka bertiga juga pasti sudah menyadari kalau Mayuno agak berubah.

"Aku nggak ikutan. Kayak yang kalian bilang, aku udah tobat. Tobat 'kan harus totalitas biar masuk surga. Kalo masuk surga nanti bisa ketemu bidadari cowok yang gantengnya tiada tara. Kalian juga tobat, gih! Biar kita bisa sama-sama di surga terus nikah massal sama Mas Bidadari di sana." Mayuno menjawab dengan tenang tapi diiringi cengiran agar tidak terkesan canggung dan supaya mereka bisa menanggapi itu dengan santai.

Mayuno The FiguranTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon