72. Ciuman Persahabatan

1.2K 192 90
                                    

"Dia yang dari tadi kita bahas itu Freya." Mayuno memutuskan memberitahu langsung saja agar Niria bisa lebih waspada ke depannya dan menghindari memicu konflik dengan Freya yang suatu hari akan jadi kaki tangan Bianca dalam melakukan perundungan.

Dengan tidak menjegal Freya menuju kemenangannya, Mayuno berpikir akan ada kemungkinan Freya tidak akan mau menuruti perintah Bianca begitu saja. Karena menurutnya, meskipun Freya juga memuja Bianca, tetapi gadis itu tidak pernah ikut berbuat kasar pada siapapun selain hanya menjadi penonton, tidak seperti Sien yang mau melakukan ini-itu bahkan tindakan kriminal sekalipun. Bisa dibilang, Freya yang paling waras di antara mereka bertiga andai saja impiannya tidak direnggut.

"Freya?" Niria tampak berpikir sejenak setelah mendengar jawaban Mayuno. Nama gadis yang disebutkannya barusan entah bagaimana menghubungkan ingatan Niria pada orang pertama yang memotivasi dirinya untuk mengikuti kompetisi seni di sekolah. Bianca.

Gadis itulah yang menaikkan rasa percaya dirinya di tepi danau saat mereka secara tak sengaja bertemu di tepi danau. "Ah, kenapa aku jadi berburuk sangka?" Niria bergumam lalu menepuk kedua pipinya sendiri.

"Itu bukan buruk sangka. Aku dulu temenan sama Freya, jadi aku tau seberapa besar ambisi dia buat dapetin kesempatan itu," sahut Mayuno yang mendengar gumaman tetapi salah mengira isi kepala Niria saat ini.

"Bukan. Bukan itu maksud aku. Aku nggak tau ini ada hubungannya apa nggak sama Freya, tapi sekitar seminggu yang lalu Bianca yang nyaranin aku buat ikut kompetisi setelah ngeliat sketsaku. Menurut kamu gimana? Harusnya dia nggak ngelakuin itu kalau tau Freya ambisius, kan? Tapi May, aku 'kan belum tentu menang dan ngalahin Freya. Bisa aja aku yang kalah nanti. Terus gimana kalo anak lain yang menang?"

Mayuno tidak mungkin mengatakan kalau ia sudah tahu jika Niria pasti menang, itu hanya akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan tidak perlu nantinya. Di sisi lain, ia juga terkejut begitu mengetahui ternyata Bianca yang mendorong keikutsertaan Niria. Padahal menurut cerita novel, keikutsertaan Niria murni karena keinginan sendiri.

"Kamu percaya sama aku, kan? Aku ngelakuin ini karena kamu yang selalu mau temenan sama aku di saat yang lain nggak. Aku cuma nggak mau kamu senggolan sama Freya atau dua temennya yang lain. Pokoknya, jauhi mereka." Mayuno tahu jawabannya tidak terlalu memuaskan, jadi keraguan Niria nanti bisa dimengerti.

Namun, ternyata Niria dengan mudahnya mengangguk sambil berkata, "Aku percaya!"

Itu agak aneh, tapi ya sudahlah. Mayuno akhirnya meneruskan obrolan mereka, mengatakan pada Niria untuk membuat dua lukisan sesuai alirannya sendiri dan menyuruh gadis itu mengekspresikan dirinya dengan bebas. Nantinya, lukisan itu akan diperlihatkan kepada Candra dan meminta lelaki itu untuk menunjukkannya pada pemilik galeri Madanai. Candra telah berjanji akan mengabulkan satu permintaan Mayuno, ingat?

Keesokan harinya, Niria pulang ke rumah dengan menumpangi mobil Jessie yang juga berangkat bekerja di pagi hari. Wanita itu tampak sangat senang sampai-sampai Mayuno merasa agak cemburu melihat sang ibu yang begitu memperhatikan sang tokoh utama. Mayuno sampai protes, tapi malah mendapat hadiah berupa sentilan di dahi. Kejam sekali.

Lalu pada pukul sepuluh, gadis itu keluar membawa keranjang piknik yang telah diisi beberapa jenis makanan seperti sandwich isi daging, dimsum, dan lain-lain, yang telah disiapkan bersama Ita setelah kepergian Jessie.

Mayuno memanggil taksi online, berhenti di minimarket yang berada di dekat perumahan Hildan untuk membeli air minum, lalu melanjutkan perjalanan ke rumah lelaki itu untuk mengajaknya piknik ke tepi sungai. Ia merencanakan itu semua tanpa sepengetahuan Hildan. Setelah menolak ajakan lelaki itu semalam, Mayuno mendadak ingin sekali mengejutkannya dengan datang mendadak ke sana.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now