30. Manisnya Persahabatan

1.7K 166 6
                                    

Hildan menjemput Mayuno begitu pembicaraan dengan Sien selesai. Pembicaraan itu sendiri berakhir dengan Sien yang setuju untuk menyuruh Meyra menghapus video itu besok di depannya, sebersih-bersihnya tanpa memberitahu pada Bianca.

Sejujurnya, Mayuno merasa agak khawatir tentang respon yang akan ditunjukkan Bianca kalau ia tahu rencananya gagal dan juga khawatir Sien akan keceplosan menyebut namanya. Jika itu terjadi, semua tidak akan berakhir baik.

"Kamu masih tegang aja. Bukannya udah selesai?" tegur Hildan setelah cukup lama saling berdiam diri.

"Setengah selesai," jawab Mayuno pelan, menghembuskan napas lelah untuk yang kesekian kali.

Hildan mengangguk paham.

"Hildan," panggil Mayuno.

"Hm?"

"Makasih untuk bantuan dan sarannya. Tapi ..." Kalimatnya menggantung.

"Tapi?"

"Aku harap jangan lagi ngelakuin itu. Maksud aku yang melanggar privasi." Mayuno berkata dengan ragu. Ia sangat menghargai bantuan Hildan, tapi cara yang lelaki itu gunakan agak membuatnya tidak nyaman.

"If you say so," jawab Hildan santai. "Tapi aku nggak janji. Kalo kamu nggak mau aku ngelakuin hal semacam itu lagi, tolong cerita. Aku bukan dukun yang tau permasalahan orang kalo mereka nggak mau cerita. Bakal kubantu selama itu masih dalam kapasitasku. Ngerti?"

"Iya, ngerti."

Keheningan kembali melingkupi keduanya, tetapi Hildan memilih untuk tidak bersuara lagi, hanya sesekali melirik gadis yang duduk melamun di kursi penumpang. Hembusan napas yang entah ke berapa kali kembali terdengar. Ia paham, Mayuno masih mencoba menenangkan diri setelah perbincangan itu.

Beberapa hari yang lalu, Hildan menyadari sikap Mayuno yang berbeda, dia memang sudah berbeda, tapi yang ini lebih berbeda. Gadis itu sering kehilangan fokus, terkadang menggerutu sendiri tanpa sebab, dan terlihat sebal saat melihat gengnya sendiri. Mulanya Hildan ingin mengabaikan karena itu mungkin hanya masalah pertemanan biasa, sebab nyatanya Mayuno masih sering bergabung dengan mereka.

Akan tetapi, setelah kejadian pertemuannya dengan sang ibu dan Hildan memaksa Mayuno menjadi sandarannya, saat itulah ia mulai serius memikirkan hal yang berhubungan dengan gadis itu. Haruskah ia mengakhiri hubungan ini tanpa meninggalkan luka atau tetap melakukan kebiasaannya?

Dan ia pun memilih untuk mengamati terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan, dan pengamatan itu dimulai dengan memasukkan alat perekam berbentuk pulpen yang selalu ia bawa ke dalam tas Mayuno, saat gadis itu mengatakan ingin bermain dengan Freya terlebih dahulu. Hildan tahu perbuatannya melanggar privasi, tapi rasa penasaran mengalahkan moralitasnya.

Akhirnya terkuaklah permasalahan yang tengah melanda gadis itu. Masalah rencana penyebaran video yang didalangi oleh anggota terkuat di sirkel pertemanan Mayuno. Di sini, Hildan kembali menimbang tentang apa yang akan ia lakukan. Pura-pura tidak tahu atau menjadi pahlawan kesiangan?

Tidak keduanya. Hildan yang masih ingin mengamati Mayuno tidak mau pacarnya itu menjadi bahan hujatan online dalam waktu dekat. Terserah nanti. Hildan juga tidak ingin jadi pahlawan yang sepenuhnya melindungi karena itu tidak ingin ikut campur terlalu dalam. Jadi jalan tengahnya, Hildan memberikan saran setelah bertanya pada sang ayah mengenai beberapa hal. Pengalaman orang dewasa lebih banyak.

Hildan hanya memberi saran serta mengajari Mayuno cara bersikap, memberitahu kemungkinan dialog yang akan terjadi, dan Mayuno harus mengeksekusi saran itu dengan kemampuannya sendiri. Sebenarnya Hildan agak pesimis karena sifat Mayuno yang gampang berubah alias plin-plan dan mudah dibaca, tapi diluar dugaan, dua perundingan yang dilakukannya berhasil.

Mayuno The FiguranDove le storie prendono vita. Scoprilo ora