78. Hubungan

1K 166 23
                                    

"Dasar anak plin-plan. Kemarin kamu bilang mau berhenti les dengan Enzi, sekarang tidak. Mau kamu apa sebenarnya? Untung Mama belum mendaftarkan kamu ke lembaga bimbel swasta."

Mayuno berdiri kaku sambil menundukkan kepala di hadapan Jessie, menggigiti bibir bawahnya gugup dan takut setelah tadi sore ketahuan pergi jauh dengan Hildan lalu berakhir dihukum. Mayuno tidak ingin diceramahi lagi, tetapi bagaimanapun ia mesti menyampaikan hal ini karena besok harus mulai les lagi.

"Muka Mama bukan di lantai, Mayuno," tegur Jessie setelah menunggu beberapa saat tanpa jawaban dari Mayuno yang masih menunduk.

Bukannya makin berani, teguran Jessie itu malah semakin menambah kadar kegugupan yang Mayuno rasakan, hingga beban berat terasa menekan kepalanya untuk tetap menatap lantai keramik rumah.

Padahal di dalam pikirannya kini, Mayuno tengah menimbang-nimbang apakah akan menggunakan alasan sesuai saran Dante atau membuat alasan lain. Jika memikirkan kejadian sore ini, rasanya alasan buatan Dante malah akan semakin merepotkan dirinya.

"Tatap lawan bicara kamu dan jangan mencoba memikirkan alasan yang tidak jelas atau hukuman pengurangan uang jajan dan penyitaan gadget akan diperpanjang."

Mendengar ancaman itu, Mayuno spontan mengangkat kepala dengan mata terbuka lebar lalu berkata dengan nada memohon. "Ma, jangan gitu, dong. Aku bisa mati kering kalo nggak ada HP. Mama tau 'kan, gimana anak sekarang? Aku juga perlu HP buat bikin tugas atau kalo nanti ada kabar dari sekolah dan aku nggak tau 'kan repot."

Jessie memiringkan kepala masih dengan wajah datar khasnya. Wanita yang duduk di atas sofa sambil menumpukan sebelah kaki ke kaki lainnya seraya memegang buku itu menatap Mayuno lurus dari balik kacamata berbingkai persegi panjang.

"Tidak ada sejarahnya manusia mati kering karena tidak bermain ponsel. Tolong jangan berlebihan. Dan Mama juga mengerti, secandu apa orang-orang modern sekarang pada benda itu. Tapi Mayuno, kamu ingat nasehat dari calon mertua kamu, kan? Orang dewasa memiliki tugas untuk membimbing dan mengarahkan remaja agar mereka tidak tersesat."

Seketika kedua pipi Mayuno memerah panas mendengar Jessie yang menyebut Darius sebagai calon mertua. Ketakutan yang semula gadis itu rasakan berganti dengan rasa malu yang membuatnya tanpa sadar merengek manja. "Mama apaan, sih? Jangan ngeledek kayak gitu, dong!"

"Hah? Apa yang salah dengan ucapan Mama? Kalian berpacaran dan sampai pergi sejauh itu, lalu selama ini juga Hildan selalu mengantar-jemput kamu seperti supir. Mama pikir kalian berdua sudah sangat serius untuk melanjutkan ke pernikahan." Jessie membalas tak acuh, mengedikkan bahunya pelan lalu meletakkan buku medis di atas meja untuk mengambil mug berisi kopi di sana. "Tapi seserius apapun kalian, jangan sampai ada seks di luar nikah. Resiko yang akan kamu tanggung akan jauh lebih besar," lanjutnya.

Lagi-lagi itu yang Jessie katakan. Ia memang terlihat cukup santai dalam menghadapi kenyataan bahwa putrinya telah memiliki pacar, tetapi di saat yang bersamaan juga mengatakan hal-hal memalukan. Parahnya bukan hanya kepada Mayuno, tapi juga kepada Hildan dan Darius.

Dan kenyataan itu membuat Mayuno merasa dia kali lipat lebih malu.

"Lupakan soal cinta monyet kalian. Sekarang jelaskan kenapa kamu berubah pikiran tentang les itu? Kemarin, kamu tidak bilang apapun dan hanya merengek minta pindah, tapi sekarang kamu harus memberikan penjelasan kepada Mama."

"Itu ...." Pupil mata Mayuno bergulir ke kiri yang spontan membuat Jessie menyipit curiga. Namun, wanita itu tidak mengatakan apapun dan memilih untuk menunggu. "K-kalo dipikir lagi, les dengan murid sedikit itu lebih bisa bikin fokus. Terus aku juga udah deket sama Enzi, jadi lebih nyaman? Em, gi-gitu ...," jelas Mayuno ragu seraya menggulirkan pupil mata perlahan ke arah Jessie. Ia memutuskan untuk tidak menyebut nama Dante dalam hal ini untuk menghindari interogasi lebih lanjut.

Mayuno The FiguranWhere stories live. Discover now