Tentang Jawaban

6.5K 728 24
                                    

Menelan salivanya dengan susah payah, Bhiru menatap Pandu yang tampak sabar menunggunya bersuara. 

"Bicaralah, Bhi. Apa yang mau kamu sampaikan, aku sudah siap mendengar dan menerimanya..." Pandu menyentuh punggung tangan Bhiru untuk meyakinkannya agar tidak ragu-ragu mengatakannya.

Menghela nafas sekali lagi, Bhiru menatap tangan Pandu yang terasa hangat menyentuh punggung tangannya. Pandu sejak dahulu selalu baik padanya, manis dan ternyata tak pernah melupakannya selama ini. Namun ia tetap harus menentukan pilihannya, meski akan melukainya.

Maka dengan berat hati Bhiru pun mengatakan, "sebelumnya aku minta maaf sebanyak-banyaknya, ya Ndu..."

"Lalu?" 

"Aku...aku...nggak bisa menerima lamaran kamu." Bhiru memberi kesan tegas di akhir kalimatnya.

Setelah mendengarnya, perlahan wajah optimis Pandu pun memudar dan berganti raut wajah terpukul nan sendu. 

Bhiru tahu keputusannya tadi telah melukai hatinya. Namun Bhiru optimis luka hati Pandu akan segera membaik seiring dengan berjalannya waktu dan Pandu segera akan melupakannya.

Memaksakan diri untuk tersenyum walau getir, Pandu berkata, "aku ingin tahu alasan kamu, Bhi." 

Dan inilah pertanyakan yang sudah Bhiru perkirakan sejak awal. Pandu pasti akan menanyakan perihal alasannya.

"Apakah harus ada alasannya?" Bhiru menimpali dan tetap berusaha tenang. Jangan sampai ia menyebut nama Ranu sebagai penyebabnya.

"Apakah aku nggak cukup baik untuk kamu?" Pandu menanyakan perihal dirinya dengan nada sendu. Padahal sebelumnya ia begitu optimis Bhiru akan menerima lamarannya dengan mudah. Mengingat hubungan mereka berdua yang selama ini begitu baik dan mulus-mulus saja meski pun hanya sebagai teman sejak SMA.

"Kata siapa kamu nggak cukup baik? Kamu baik kok. Bahkan salah satu yang terbaik―di antara teman-temanku." Bhiru dengan jujur mengungkapkannya.

Pandu tertunduk lemas menatap punggung tangan Bhiru. Memikirkan jika alasannya bukan karena ia tak cukup baik untuk Bhiru, lantas apa alasan Bhiru yang sebenarnya? Apakah karena ada lelaki lain di dalam hatinya?

"Sorry ya aku udah buat kamu kecewa." Bhiru kembali melanjutkan kata-katanya sambil menarik tangannya. Ia tak ingin Pandu terus menyentuh tangannya.

"Nggak apa-apa, Bhi. Aku akan tetap menunggu kamu kok," ujar Pandu tak terduga dan membuat Bhiru terperangah. "Siapa tahu besok kamu berubah pikiran," lanjut Pandu sambil tertawa bermaksud bercanda untuk mencairkan ketegangan dan berusaha menutupi kepedihan di hatinya.

Entah lelaki itu serius atau hanya bercanda. Bhiru tetap ingin menegaskan pendiriannya.

"Tapi aku sudah memiliki seseorang, Ndu." Pengakuan Bhiru selanjutnya membuat tawa Pandu pudar. Ia tidak ingin Pandu terus berharap.

"Jangan bilang kamu balikan sama mantan?" terka Pandu cepat dengan nada sedikit emosi. 

Bhiru menggeleng keras.

"Bukan, Ndu."

"Lalu siapa dia, Bhi?" Pandu tampak kian penasaran. Meski ia harus menerima kenyataan Bhiru telah menolak lamarannya, namun ia harus tahu siapa lelaki yang telah membuatnya tersingkir di jelang garis finish.

Bhiru tidak langsung menjawab. Bahkan ia tidak ingin menjawab pertanyaan itu karena dapat membahayakan posisi Ranu yang saat ini masih saja menjadi target pemberitaan di media sosial.

"Dia...lelaki yang juga sudah lama aku kenal," jawab Bhiru sedikit memberi petunjuk dan tanpa menyadari Pandu menangkap sorot matanya yang berbinar-binar karena membayangkan sosok lelaki yang ia sukai.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICWhere stories live. Discover now