Lagi Pada Ngetawain Apa Nih?

4.9K 680 34
                                    

“PAGIII !!!” Bhiru menyapa Kumala yang terlihat langsung menegakkan postur tubuhnya begitu mendengar suara Bhiru yang terdengar jauh lebih riang dari biasanya.

Dan hal pertama yang Kumala perhatikan adalah poni Bhiru yang tampak tidak seperti biasanya.

“Poni kamu…” Kumala tidak melanjutkan kata-katanya.  

“Oh, kemarin aku potong poni.” Bhiru menjawab dengan riang lalu menyelipkan sejumput rambut di telinganya dengan bangga sembari menyalakan laptopnya. “Menurut kamu gimana? Suka?” Dengan penuh percaya diri Bhiru menanyakan pendapat Kumala sambil menggaruk ringan barisan poninya. Pujian mengenai poni barunya yang berkali-kali ia dengar dari pak Ranu sejak kemarin terus terngiang-ngiang di telinganya.

“Kependekan,” jawab Kumala tak disangka-sangka dan langsung membuat Bhiru tercengang lalu bergegas mengambil cermin di laci untuk segera bercermin. 

Kumala memang benar. Poni hasil karya ‘mas’ Ranu memang sebenarnya kependekan dan kemarin ia sempat protes keras pada lelaki itu kemarin. Tetapi lelaki itu malah bersikeras mengatakan bahwa Bhiru justru tampak terlihat lebih manis dengan poni itu ketimbang harus memamerkan keningnya.

“Tapi kamu tetap manis kok,” tambah Kumala kali ini membuat Bhiru sedikit lega. “Alis kamu jadi nggak ngumpet lagi.”

Bhiru mengusap-usap alisnya, teringat lagi ketika semalam lelaki itu mengecup singkat alisnya sebelum berpamitan pulang dan membuatnya sulit tidur setelahnya karena terus membayangkan adegan itu berkali-kali.

“Ciyeee poni baruuu!!!” tiba-tiba terdengar suara Jono yang sontak menghapus senyum Bhiru karena nada suara Jono terdengar seperti sedang mencibir poninya.

“Apaan sih!” Bhiru melemparkan wajah masam ke arah Jono yang cengar-cengir memandangnya dengan jahil sambil bersandar di kubikel Bhiru.
 
“Kependekan tahu, Bhi!” Jono kali ini terang-terangan mengejek poni Bhiru yang merupakan maha karya tangan terampil pak Ranu. “Jadi mirip Jaiko!” lanjut Jono sambil menertawakannya.

“Enak aja Jaiko!!!” Suara Bhiru melengking kesal. Bhiru tidak bisa menerima jika ia disamakan dengan tokoh Jaiko adiknya Giant dalam film kartun berseri Doraemon. 

Penampilan wajahnya yang sekarang tidak mungkin sama dengan Jaiko adik perempuan Giant yang digambarkan bertubuh gemuk, pendek, berpipi bulat dan dengan potongan poninya sangat pendek.

“Tanya aja sama Kumala. Pasti dia juga sepemikiran denganku. Ya, nggak Kum?” Jono menimpali sambil memperlihatkan layar gawainya, menunjukkan gambar Jaiko yang barusan ia temukan di Google.

Bhiru lalu beralih menatap Kumala yang lebih memilih memasang wajah flat ketimbang membantu Jono mem-bully-nya.

“Nggak sama.” Kumala membela Bhiru. Bahkan ia meminta Jono berhenti meledek Bhiru sebelum temannya itu menangis kesal karenanya. Namun Jono tetaplah Jono. Tidak akan berhenti sebelum ia puas atau sampai kena batunya.

Sementara itu, mendengar tawa Jono yang tak berkesudahan, Ranu yang baru saja memasuki ruangan langsung menghampiri ketiganya. Bahkan bagai tiada angin dan tiada badai tiba-tiba saja lelaki itu dengan ramahnya bertanya dengan nada penasaran, “Lagi pada ngetawain apa nih?” Sambil melirik Bhiru yang tampak cemberut dan menatapnya dengan bola mata seolah-olah hendak mengadukan sesuatu padanya. 

Dan keramahan pak Ranu yang tidak seperti biasanya itu membuat Jono dan Kumala saling bertatapan heran.

“Tumben ramah…”

“Orang ini pasti bukan pak Ranu…” 

“Apakah pak Ranu yang asli sebenarnya sudah diculik dan digantikan oleh Alien yang sedang menyamar?”

LOVE WITH [ OUT ] LOGICWhere stories live. Discover now