Pusaran Perseteruan

6.6K 950 57
                                    

Dua minggu yang lalu, setelah pemakaman sepupu Ranu, Embun.

Tanpa sengaja Kania mendengar pembicaraan Ranu dengan suami mendiang Embun yang membahas tentang keinginan Ranu yang ingin mengambil alih hak asuh Archa setelah Embun tiada. Ranu beralasan Yudhis suami mendiang sepupunya itu tidak akan mampu merawat Archa karena Yudhis sebenarnya telah menikah lagi sejak lima tahun yang lalu dan juga telah memiliki seorang anak laki-laki yang merupakan darah dagingnya sendiri.

Kania yang telah mendengar semua itu lantas menarik Ranu dan mengajaknya ke sebuah ruangan tertutup untuk membicarakannya.

"Aku sudah dengar soal rencana kamu tadi." Kania menatap serius Ranu yang juga tidak kalah serius darinya.

"Apa saja yang sudah kamu dengar?"

"Semuanya." Kania menyibak rambut panjangnya ke belakang dengan gelisah.

"Jadi?"

"Sayang, aku nggak mengerti. Tolong jelaskan kenapa kamu ingin mengambil alih hak asuh Archa?" Sambil melipat kedua tangannya di dada, Kania yang tampak kesal mempertanyakannya tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

"Kebetulan, aku juga nggak ingin menutupi rencana ini dari kamu." Tak disangka Ranu malah menanggapi reaksi Kania dengan santai.

"Aku nggak setuju." Kania menolak dengan keras. "Sayang, Archa masih punya papanya. Meski pun hanya bang Yudhis hanya Papa angkatnya, kehidupan Archa akan tetap terjamin dan nggak akan pernah kurang kasih sayang. Aku bener-bener nggak mengerti dengan jalan pikiranmu?"

"Tapi aku nggak butuh persetujuan kamu, Kania." Jawaban Ranu membuat Kania terperangah.

"Kenapa kamu nggak perlu aku setuju?" Kania mulai tidak nyaman dengan sikap Ranu. "Sudah jelas dia akan menjadi masalah bagi kita berdua. Aku nggak mengerti dengan jalan pikiranmu."

"Archa adalah masalahku, bukan masalahmu. Kamu nggak perlu repot untuk mengerti." Jawaban Ranu semakin membuat Kania terpana. Selama ini mereka jarang berdebat karena selama ini Kania lah yang sering mendominasi dan Ranu lebih banyak menuruti permintaannya.

Namun kali ini, lelaki itu tampak begitu berbeda dari biasanya dan penyebabnya adalah Archa, anak perempuan sepuluh tahun yang selama ini ia kira hanyalah keponakan kesayangannya.

"Nu, jangan bilang kamu terobsesi dengan anak itu?" Kania beralih menatap Ranu dengan curiga. Ia tahu sejak dahulu Ranu begitu menyayangi anak itu seperti anaknya sendiri. Tetapi Ranu tidak perlu bersikap overprotektif seolah-olah hanya dia yang bisa menjaga anak itu dan mengabaikan peran Yudhis sebagai Papa angkat Archa yang sudah jelas ikut merawatnya sejak bayi.

"Bukan karena obsesi. Aku memang sangat menyayangi Archa."

"Aku tahu kamu sayang dengan anak itu. Tapi..." Kania menghela nafas ketika ia mulai akan kehilangan kesabarannya sebelum melanjutkan kata-katanya, "Kalau kamu ingin anak, setelah menikah aku nggak keberatan kok melahirkan selusin anak yang nggak kalah cantik seperti dia untuk kamu, Nu." Kania berusaha meyakinkan dengan begitu naif. Padahal yang sebenarnya ia tidak pernah memikirkan sebelumnya bahwa mungkin saja ia benar-benar akan melahirkan banyak anak. Ide itu tercetus begitu saja karena ia tidak ingin kehilangan lelaki itu hanya karena soal anak.

"Kalo kamu nggak setuju aku juga nggak akan memaksa. Karena..."

"Karena apa?" 

"Karena aku sebenarnya ingin membatalkan rencana pernikahan kita," ungkap Ranu tiba-tiba membuat Kania seolah baru saja disambar petir.

"Kamu jangan bercanda, Nu!" Kania berteriak histeris. Beruntung ruangan tempat mereka berbicara berada jauh dari tempat di mana beberapa kerabat masih berkumpul di rumah mendiang Embun.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang