Tersenyum Tanpa Beban

5.9K 709 14
                                    

"Tadi siapa, Pak?" Memastikan dugaannya benar, Bhiru bertanya sambil mengikuti pak Ranu yang melangkah lebih cepat dari sebelumnya.

Tapi pak Ranu tidak menjawabnya dan Bhiru juga tidak ingin bertanya lagi. Bhiru malah memilih main tebak-tebakan dengan Jono.

"Kalau dibilang adik atau abangnya, tapi kok lebih mirip kayak Tom and Jerry, ya Bhi?" komentar Jono masih saja membahasnya ketika mereka bertiga memutuskan pergi jalan-jalan melepas stress setelah meeting yang cukup menegangkan dan sempat membuat Bhiru panas dingin karena berhadapan dengan para petinggi perusahaan dari berbagai cabang.

"Tapi menurutku, lebih mirip werewolf versus vampire sih. Bhiru menimpali sambil membayangkan apa yang telah terjadi sebelumnya. "Ada keren-kerennya gitu."

"Laki-laki tadi itu siapa, Pak?" Bhiru kembali memberanikan diri bertanya pada pak Ranu ketika mereka bertiga telah berada di salah satu toko cinderamata di kawasan Asiatique The Riverfront yang merupakan salah satu pusat rekreasi dan perbelanjaan di Bangkok yang terletak di dekat sungai Chao Phraya yang merupakan urat nadi Thailand. Mereka hendak berbelanja oleh-oleh dan pak Ranu sudah tampak lebih tenang dari sebelumnya.

"Ramon, adik tiri saya." Pak Ranu menjawab suram sambil menatap souvenir patung gajah di seukuran buah kelapa di tangannya.

"Wow..." Bhiru lumayan tercengang mendengarnya. Lelaki itu ternyata adik tiri pak Ranu dan sudah jelas mereka saling bermusuhan. Entah apa masalahnya yang membuat mereka berdua bermusuhan. Meski Bhiru merasa penasaran, ia tidak ingin mencari tahu lebih banyak kecuali pak Ranu menceritakannya tanpa ia minta.

"Kamu pasti heran ya? Bagaimana kami bisa bermusuhan?"

Bhiru menatap pak Ranu yang tampak menghela nafas samar dengan wajah merenung.

"Di dunia ini harta, tahta dan kekuasaan bisa memisahkan dua saudara kandung. Apalagi kami berdua yang hanya sebatas saudara tiri?" lanjut pak Ranu membuat Bhiru cukup terkejut.

"Jadi karena itu, bapak dan lelaki itu bermusuhan?"

Pak Ranu mengangguk. Sorot matanya yang biasanya tajam kini terlihat sendu saat mengingat hubungannya dengan Ramon yang dahulu pernah sangat baik di masa mereka masih kanak-kanak. Namun karena keserakahan Ramon, hubungan mereka menjadi hancur. Bahkan Papa kandungnya pun ikut membencinya. Semua itu disebabkan oleh karena kelicikan lelaki bernama Ramon yang telah menyingkirkannya dengan cara yang kotor. Ramon bukan hanya telah mencuri kasih sayang Papanya, tetapi juga telah membuatnya didepak dari daftar penerus kerajaan bisnis Papanya.

Melihat bosnya terlihat sedih, Bhiru tiba-tiba berinisiatif mengusap punggungnya dengan lembut. Bermaksud untuk menghiburnya namun malah membuat Jono pura-pura batuk untuk menggodanya.

"Aku bilangin Langit nih," bisik Jono hanya untuk menggoda namun memancing reaksi Bhiru yang langsung membalasnya dengan keplakan keras di lengannya.

"Ngomong-omong, penjepit dasi ini bagus nggak, Pak?" Bhiru sengaja mengalihkan obrolan dengan menunjukan penjepit dasi berwarna perak berbentuk gajah pada bosnya. Saat melihat benda itu tiba-tiba Bhiru merasa Langit akan menyukainya. Makanya ia ingin memastikannya dengan menanyakan pendapat pak Ranu sebagai lelaki dengan selera yang tinggi. Bhiru tahu pak Ranu punya selera yang bagus, dilihat dari caranya lelaki itu memilih atau pun mengenakan sesuatu di badannya.

"Lumayan." Pak Ranu menjawab datar dan membuat Bhiru kurang puas mendengarnya dan beralih bertanya pada Jono.

"Kalo menurut kamu, Jon? Bagus yang bentuk gajah, jangkar atau ikan paus? Bagusan mana?" Bhiru menunjukan tiga macam penjepit dasi dengan bentuk yang unik. Ia senang telah menemukan hadiah yang tepat untuk Langit di Bangkok.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICWhere stories live. Discover now