Bertemu Calon Murid ( 2 )

7.7K 858 10
                                    

Setelah empat puluh menit perjalanan yang membosankan, mobil pak Ranu akhirnya memasuki sebuah kawasan perumahan elit lalu berhenti di depan sebuah rumah besar berpagar tinggi. Mengingatkan Bhiru akan rumah-rumah para bangsawan Eropa.

"Wow, rumah keponakan bapak besar banget ya?" Bhiru terperangah mengagumi rumah besar di depannya.

Mereka berdua sedang menunggu pintu gerbang dibuka.

Tak berapa lama, pintu gerbang mulai terbuka otomatis. Ranu menginjak gas mobilnya masuk ke dalam halaman rumah.

Berjalan mengekor di belakang pak Ranu yang menjulang tinggi, membuat Bhiru leluasa mengagumi isi rumah besar milik keponakan atasannya. Rumah besar yang tampak elegan dan berkelas.

BUG!

Keningnya tiba-tiba menabrak punggung bosnya yang tiba-tiba saja berhenti.

"Kenapa kamu tabrak saya?" Pak Ranu menoleh sambil melirik tajam ke belakang di mana Bhiru sedang mengusap-usap keningnya yang ditutupi poni rambutnya.

"Harusnya saya yang nanya. Kenapa bapak berhenti dan bikin saya kejedot?" Bhiru protes sambil mengusap keningnya hingga poninya jadi berantakan.

"Dia siapa, Nu?" seorang wanita paruh baya yang tetap tampak anggun meski hanya mengenakan daster batik bertanya dengan penasaran. Melihat Ranu pulang membawa seorang gadis mungil, manis, lucu tapi pemarah.

"Dia stafku di kantor, Kak." Ranu bergeser agar sosok Bhiru yang berada di belakangnya lebih jelas terlihat di mata wanita paruh baya yang ia sebut Kakak.

"Malam, bu. Saya Bhiru staf pak Ranu." Bhiru dengan canggung memperkenalkan dirinya. Hingga ia lupa caranya tersenyum.

Mendengar pengakuan Ranu dan Bhiru, wanita itu tampak lega.

"Aku kirain siapa..." Kakak Pak Ranu mengusap dadanya, tampak lega. "Saya Embun, Kakak sepupu Ranu." Wanita itu dengan ramah mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Bhiru.

"Memang tadi Kak Embun kira dia siapa?" Ranu bertanya dengan nada menggoda sambil merangkul pundak Kakaknya. "Selingkuhanku?" lanjut Ranu sontak membuat mata kecil Bhiru terbelalak.

"Iya tadi, Kakak pikir begitu." Wanita itu tertawa geli. "Kasihan Kania kalau kamu beneran selingkuh," ujarnya sambil menatap Bhiru dengan seksama.

"Bhiru manis ya, Nu," ujar Embun sambil mengerling usil pada Ranu. Membuat pipi Bhiru merona karena tersipu malu mendengar pujian Kakaknya pak Ranu.

"Bhiru ini calon guru les bahasa Jepang si Archa, Kak," Ranu akhirnya menerangkan agar Kakaknya tidak terus menggodanya.

"Oalah, ternyata gitu toh maksudnya. Mari silahkan duduk." Embun yang semakin ramah lantas menarik Bhiru agar duduk di sofa. Setelahnya ia menuju ruangan lain. Sepertinya untuk memanggil Archa, nama keponakan Ranu yang akan menjadi muridnya.

Menanti keponakan Ranu bernama Archa datang, Bhiru beralih menatap bosnya yang tiba-tiba saja ikut bergabung duduk di sampingnya. Menengadahkan kepalanya di sandaran sofa lalu memejamkan kedua matanya. Seolah-olah Bhiru tidak ada.

Kini mereka hanya berdua saja di ruangan tamu yang sangat luas. Bhiru menarik nafas panjang pelan-pelan. Duduk berdua dengan jarak sedekat ini dengan bosnya itu, membuat Bhiru merasa canggung. Ini kali pertamanya ia dalam situasi seperti ini.

Lalu mata Bhiru menatap dua buah single sofa yang kosong di depan mereka. Ketimbang membiarkan dua buah sofa itu menganggur, kenapa bosnya ini lebih memilih duduk di sebelahnya?

Akan lebih baik jika tujuannya untuk mengajak Bhiru mengobrol. Bukannya diam seperti patung dengan posisi menggiurkan seperti ini. Membuat tenggorokan Bhiru sampai kesusahan menelan ludah.

Bosnya itu, Ranu Tama punya wajah tampan dengan alis tebal yang menaungi dua mata tajamnya, bulu mata yang ternyata lebat, tulang hidung tinggi mancung, bibir tipis dan rahang penuh berewok yang membuatnya tampak seperti pria-pria maskulin dalam iklan produk celana dalam.

Parahnya, pak Ranu yang duduk dengan posisi kaki disilang, tangan bersedekap dengan wajah menengadah dan mata terpejam seperti itu malah membuat fantasi Bhiru mendadak liar. Membayangkan seorang gadis yang mirip seperti dirinya datang dari belakang lalu menunduk untuk mencium bibir tipis itu.

Mmmmuaaach! Mmmmuaaach!

Bhiru mengipasi wajahnya yang tiba-tiba kegerahan dengan kedua telapak tangannya. Bhiru menyesal telah membiarkan fantasi liarnya muncul.

Kira-kira lima belas menit kemudian, seorang gadis kecil manis nan imut mengenakan wig rambut panjang berwarna putih dan gaun tidur tanpa lengan berwarna putih berenda sebetis datang menghampirinya. Tersenyum lebar dengan kedua mata tenggelam pada Bhiru yang tampak menatapnya dengan sangat heran.

"Halloooo, aku Archa. Kakak siapa namanya?" gadis bernama Archa itu menyapa Bhiru dengan super ramah dan tanpa malu-malu. Mengulurkan tangan putihnya untuk menyalami Bhiru.

"Bhiru." Bhiru menyambut uluran tangan Archa dengan bibir terperangah sedikit karena heran. Diam-diam Bhiru menaksir berapa usia gadis kecil itu. Sepuluh tahun atau dua belas tahun usianya?

Ranu membuka matanya dan tampak biasa saja mengamati penampilan keponakannya yang selalu berganti-ganti dan aneh.

"Kali ini kamu jadi apa Cha?" tanya Ranu dengan penasaran.

"Menmaaaa!" jawab Archa sambil berputar agar gaun tidurnya mengembang dengan cantik. Mengingatkan Bhiru akan tokoh hantu anak perempuan dalam judul anime yang pernah ia tonton beberapa tahun lalu.

"Ano Hi Mita Hana no Namae o Bokutachi wa Mada Shiranai," Bhiru menyebut judul anime itu, membuat Archa berhenti berputar dan menatapnya dengan berbinar-binar.

"Kakak, ternyata wibu juga?!" tanya Archa dengan semangat.

Bhiru menggelengkan kepalanya dengan geli. Ia memang menyukai bahasa Jepang hingga mengambil jurusan itu saat kuliah. Namun ia tidak bisa disebut wibu—sekumpulan orang yang mencintai hal-hal yang berbau Jepang secara berlebihan. Para wibu biasanya akan sangat fanatik dalam menyukai lagu-lagunya, dorama, manga atau komik Jepang hingga ke hal-hal lainnya yang berbau budaya Jepang.

"Yaaaah...kirain wibu juga," Archa berujar dengan kecewa. "Andai kakak wibu juga, aku dan Oom Ranu bakal punya tambahan member," tambah Archa membuat kedua alis Bhiru terangkat kaget lalu menatap bosnya yang malah memasang poker face mendengar pernyataan keponakannya.

Apakah maksud Archa, Oomnya itu wibu juga?

"Bapak, ternyata wibu?" Bhiru bertanya dengan nada usil.

Alih-alih menjawab pertanyaan bernada sindiran dari Bhiru, Ranu malah mengalihkan pembicaraan, "Archa tolong kamu duduk, kita akan mulai bahas soal jadwal les kamu."

Keterangan:

- Gomen ne Jenaru-chan, shikata ga nai yo = maaf ya Jenar, apa boleh buat.

- "Ano Hi Mita Hana no Namae o Bokutachi wa Mada Shiranai " yang penasaran dengan anime ini silahkan tengok di Youtube ^^

LOVE WITH [ OUT ] LOGICWhere stories live. Discover now