Kemungkinan Yang Mencemaskan

6.8K 857 30
                                    

Begitu Bhiru keluar dari ruangan bosnya dengan wajah rumit, Kumala dan Jono bergegas menghampirinya karena penasaran dengan apa yang sejak tadi mereka perhatikan dari luar. Memperhatikan Bhiru dan Pak Ranu yang tampak sedang bersitegang dan sama-sama sedang mempertahankan pendirian mereka dengan keras. Bahkan mereka merasa kagum dengan Bhiru yang belakangan ini begitu mudah menentang pak Ranu tanpa takut sedikit pun.

"Eh gimana ceritanya, Bhi? Kenapa kamu sama pak Ranu kelihatan kayak lagi cekcok soal rumahtangga tadi?" Jono dengan mulut usilnya mencecar tanpa filter pada Bhiru yang wajahnya tampak semakin masam setelah mendengar pertanyaan usilnya.

"Enak saja perkara rumahtangga! Kalau nggak ingat masih butuh duit tadi udah aku balik meja kerjanya!" Bhiru menyembur Jono dengan omelannya dan Jono cuma bisa cengengesan.

"Sabar, Bhi..." Kumala mengusap punggung Bhiru untuk menenangkan.

"Rasa sabarku sudah sampai segini nih." Bhiru menunjuk pangkal lehernya yang menjadi batasan kesabarannya dengan kesal. "Untung saja aku masih bisa kontrol diri, Kum. Sehingga aku masih bisa berkata-kata mutiara yang indah dan halus menghadapinya. Kalo nggak, sudah dari tadi meja sama kursinya aku bikin terbalik. Habis nyebelin banget jadi bos. Resek amat. Perkara aku jomblo kek, perkara aku lagi dekat lagi dengan teman lama kek malah dijadikan masalah rumit. Bakalan ganggu kepentingan perusahaan lah! Heran! Hal begini saja dipermasalahkan?"

"Segitunya, Bhi?" Jono dan Kumala kompak heran karena Pak Ranu segitu perhatiannya pada urusan pribadi Bhiru.

"Menurut kalian aku ada dalam posisi yang salah, nggak?"

Jono dan Kumala kompak menggeleng prihatin.

"Tuh kan? Otak kalian ternyata lebih waras dari dia," gerutunya sambil melenggang menuju pintu keluar ruangan.

"Mau kemana, Bhi?" seru Kumala bertanya.

"Aku mau keluar sebentar cari udara segar." Bhiru menyahut sambil terus melenggang. Ia berencana menuju rooftop.

Malamnya, Jono dan Kumala yang masih penasaran dengan cerita Bhiru soal bosnya yang seenak perutnya mempermasalahkan hubungannya dengan Pandu, sengaja mengajak Bhiru makan malam bersama. Bhiru harus membayar rasa penasaran mereka.

"Kenapa kesan yang aku tangkap dari sikap pak Ranu ke kamu itu seperti posesif ya?" Jono menerka setelah mendengarkan keseluruhan cerita Bhiru mengenai permasalahan yang dijadikan bahan perdebatannya dengan pak Ranu tadi pagi.

Sementara Kumala yang setuju dengan pendapat Bhiru hanya mengangguk-angguk mengerti.

Yang mana pendapat Jono membuat Bhiru mulai tak tahan menyimpan sendiri kisahnya selama di Surabaya dan akhirnya kelepasan bercerita soal connecting door di kamar hotel saat ia dan pak Ranu menginap di sana selama dua hari.

Dan Jono yang jelas paling heboh. Seolah-olah itu adalah hal baru yang baru ia ketahui mengenai pak Ranu.

"Demi apa?! Aku nggak salah dengar kan?" Jono saling berpandangan dengan Kumala, tampak tidak percaya jika pak Ranu melakukannya. Menyewa dua kamar hotel dengan connecting door saat bersama Bhiru, menurut Jono itu bisa dibilang di luar kebiasaan pak Ranu. Bahkan bisa dibilang aneh.

"Bukannya kalo kalian pergi ke luar kota, pak Ranu juga begitu, Jon?" Kumala mempertanyakannya. Bahkan Bhiru sampai menggigit sumpitnya, serius mendengarkan jawaban Jono baik-baik.

"Nggak pernah," jawab Jono tegas. "Nggak pernah sama sekali, karena biasanya kita satu kamar. Bahkan waktu ke Bangkok. Kamu ingat kan Bhi?"

Bhiru mengangguk cepat. Saat itu meski kamar mereka bersebelahan tapi tidak ada pintu penghubungnya.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICWhere stories live. Discover now