Pulang

6.9K 1K 72
                                    

Duduk menunggu pak Ranu kembali dari mengurus segala administrasi sebelum meninggalkan rumah sakit, Bhiru menyisir rambutnya perlahan-lahan di atas tempat tidurnya sambil mengingat-ingat kejadian saat pak Ranu menciumnya tadi.

Kilasan adegan pak Ranu yang mencium bibirnya, membuat Bhiru jadi senyum-senyum sendiri sampai Kumala dan Jono tiba-tiba datang mengejutkannya.

"Kenapa kamu kaget melihat kita berdua datang?" Kumala heran dengan sikap Bhiru yang begitu kaget melihat kedatangannya bersama Jono.

"Kamu lupa tempo hari kita sudah bilang mau jemput kamu pulang hari ini?" Jono mengingatkan Bhiru.

"Ooh ya aku lupa." Bhiru meringis sambil bola matanya mengawasi ke arah pintu. Ia berharap pak Ranu tidak cepat-cepat kembali setelah membantu mengurus administrasi rumah sakit.

"Mumpung pak Ranu juga lagi cuti, kita jadi bebas jemput kamu kapan saja deh." Kumala merangkul bahu tegang Bhiru dengan wajah senang. Moment pak Ranu cuti memang moment yang paling ditunggu-tunggu oleh para anak buahnya, karena mereka jadi lebih bebas bergerak kemana saja termasuk pergi keluar kemana saja.

"Lagian kalo bukan kita yang jemput, siapa lagi coba?" Jono mendaratkan bokongnya di sofa lalu matanya tertuju pada ransel berwarna hitam yang tergeletak di sampingnya. "Ini ransel kamu, Bhi?" Sambil menepuk-nepuk ransel itu dengan penasaran. Tapi sontak membuat jantung Bhiru seketika nyaris berhenti saat mendengar Jono bertanya soal ransel pak Ranu yang kini sedang dipegang-pegang oleh Jono dengan penuh rasa ingin tahu.

"Hmmm...iya." Bhiru menjawab dengan nada tertahan, tak ingin Jono dan Kumala curiga.

"Ngomong-omong, kamu beneran sudah sehat, Bhi? Kenapa wajah kamu tiba-tiba memucat?" Kumala menyentuh pipi Bhiru yang pikirannya tengah pergi melayang pada pak Ranu.

Bhiru mengangguk kaku. Namun di dalam hatinya ia berharap pak Ranu tertahan lebih lama di loket administrasi, supaya Jono dan Kumala tidak bertemu dengannya.

"Bhi? Kamu kok bengong? Apa yang lagi kamu pikirin? Biaya administrasi rumah sakit? Udah ditanggung BPJS, bukan? Atau ada tambahan lain? Biar aku bantu urus ya?" Kumala yang tampak khawatir malah memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang justru semakin membuat Bhiru tambah panik? Karena sebenarnya pak Ranu lah yang telah mengurus semuanya dan bisa saja saat ini bosnya itu tengah kembali menuju kemari.

"Su―sudah diurus kok. Tenang aja..." Bhiru meringis ngeri, mencoba menutupi perihal sebenarnya.

"Kamu urus sendiri?" Jono sedikit terkejut dan meragukan jawaban Bhiru yang terkesan aneh.

"Iya. Sebelum kalian datang aku sudah minta tolong ke salah satu perawat jaga kok. Perawatnya baik banget deh, tahu kalo aku sendirian, makanya mau bantu urus." Bhiru berusaha memberikan alasan selogis mungkin. Meski pun upayanya tidak berhasil mengubah cara Jono menatapnya.

"Syukurlah kalo semuanya sudah beres." Kumala yang begitu saja mempercayai cerita karangan Bhiru tampak begitu lega.

"Jadi, kita tinggal menunggu apa lagi nih?" Jono yang duduk di sofa, merentangkan kedua tangannya dengan begitu santai.

"Nunggu perawat jaga itu datang mengantarkan surat ijin pulangku dari rumah sakit." Bhiru menjawab sambil mengetik pesan singkat di gawainya untuk pak Ranu.

Pak, ada Jono dan Kumala datang. Plis, bapak jangan kemari dulu!

Tapi baru saja ia selesai mengirimkan pesan itu, ia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya dan Bhiru rasanya ingin pingsan saja ketika melihat pak Ranu nongol di depan pintu lalu saling bertemu tatap dengan Jono dan Kumala secara bergantian.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICWhere stories live. Discover now