Pesan Aneh Dan Pertemuan Tak Terduga

6.1K 710 21
                                    

Memasuki salah satu kedai seafood yang terletak di salah satu titik pasar dan cukup ramai pembeli, mereka bertiga memesan makanan. Satu porsi besar semangkuk Tom Yum yang bisa dimakan satu RT, tiga porsi omelet kepiting, satu porsi nasi goreng khas Thailand dan tiga jus mangga yang segar dan enak.

Diam-diam Bhiru kagum dengan pak Ranu. Ternyata bosnya pintar juga memilih tempat makan yang enak. Bahkan Jono yang sempat meragukan makanan Thailand sampai tidak tahu malu menambah pesanan meski telah melahap sepiring nasi goreng Thailand dan semangkuk Tom Yum.

"Bapak sebelumnya sudah pernah ke tempat ini?" Bhiru memastikan kecurigaannya sambil menyeruput jus mangganya.

"Ini pertama kalinya." Pak Ranu menjawab sambil menyeka sudut bibirnya dengan tissue. Cara pak Ranu menyeka bibirnya begitu anggun, mengingatkan Bhiru akan sosok pangeran tanpa cela yang pernah ia tonton dalam film barat bertema klasik. Diam-diam Bhiru jadi penasaran seperti apa wajah pak Ranu jika tanpa kumis dan berewok? Sejak awal ia mengenal bosnya hingga detik ini, seperti inilah wajah bosnya. Terlihat sangar dan dingin dengan kumis plus brewok tebalnya.

"Kok bapak bisa tahu tempat ini?" cecar Bhiru sambil keplak punggung tangan Jono yang hendak mengambil sisa omeletnya.

"Kania yang kasih tahu," jawabnya lagi sambil memandang ngeri pada Jono yang kini tengah melahap makanan keduanya, satu porsi mie bebek.

Kepala Bhiru manggut-manggut, seharusnya ia sudah menduganya dari awal.

"Besok pagi kita akan bertemu langsung dengan perwakilan dari Jepang. Kamu harus persiapkan diri dengan baik." Pak Ranu beralih mengingatkan Bhiru perihal meeting besok pagi. Untung saja bosnya itu mengingatkannya, karena yang selalu Bhiru ingat sebelum mereka berangkat ke Bangkok justru pakaian apa yang harus ia kenakan saat meeting dengan orang-orang asing nan penting di perusahaan.

"Sebenarnya besok itu saya mau disuruh ikutan tanding bulutangkis atau meeting sih pak?" Bhiru bermaksud membuat jokes. Lama-lama Bhiru semakin songong saja setelah mulai terbiasa menjadi sekretaris bosnya itu.

"Anggap saja sedang bertanding dan buktikan kalau cabang Jakarta nggak bisa mereka remehkan seperti yang mereka lakukan selama ini," balas pak Ranu menatap Bhiru dengan serius membuat kedua mata monolid Bhiru terbelalak.

"Siap, Pak!" Bhiru menjawab penuh semangat meski ia merasa berdebar-debar karenanya. Pak Ranu benar-benar telah menempatkannya pada situasi genting. Gara-gara Bhiru lumayan fasih berbahasa Jepang, pak Ranu malah meminta Bhiru mendampinginya menjadi presentator sekaligus interpreter.

Lalu peran Jono ikut serta ke Thailand apa? Selain hanya untuk pindah tempat makan, tempat tidur hingga tempat berak?

Bhiru melirik Jono yang telah mengosongkan mangkuk mienya dengan rakus hingga tak tersisa.

"Mungkinkah biar aku nggak pergi berdua saja dengan pak Ranu?" pikir Bhiru kali ini sambil melirik pak Ranu yang tengah membayar makanan mereka.

Setelah selesai makan malam, ketiganya sepakat langsung kembali ke hotel karena mereka harus beristirahat lebih cepat. Terutama Bhiru yang mulutnya berkali-kali menguap lebar setelah makan malam tadi.

Saat berjalan pulang di tengah keramaian orang-orang di pasar, seorang wanita Thailand setengah baya tiba-tiba menabrak bahunya dan memekik, "Oiiiiiii!" dengan nada terdengar manja bagi telinga orang Indonesia.

"Sorry," ucap Bhiru spontan, padahal ia tidak perlu melakukannya karena wanita itulah yang telah menabraknya.

Namun masalahnya ternyata tidak selesai begitu saja setelah Bhiru mengucapkan kata maaf. Wanita itu tiba-tiba memegang tangan Bhiru dengan erat sambil mengatakan sesuatu dalam bahasa Thailand yang tentu saja tidak bisa Bhiru mengerti.

LOVE WITH [ OUT ] LOGICWhere stories live. Discover now