31

11.2K 1K 159
                                    

Sudah setengah jam lebih berlalu, Raga menegakan tubuhnya yang semula bersender di sofa. Melihat kekanan dan kekiri, mencari keberadaan Vier tetapi tak kunjung juga ditemukan. Seberapa lama ia tertidur?

Mengambil benda pipih yang tergeletak bebas dimeja. Matannya melotot horor saat melihat jam yang terpampang nyata dilayar handphone dengan mode senyap itu.

ya! memang setelah bertelfonan dengan Thea tadi. Raga langsung menyalakan mode bulan supaya kegiatannya tidak terganggu. Bodoh memang.

Pukul 02:00

"Anjing! bego banget gue." Celanya pada diri sendiri dengan panik. Mencengkram rambutnya kasar saat pening akibat alkohol bersarang dikepala.

Tak mempedulikan diri sendiri, Raga tetap berusaha untuk bangkit. Mengambil jaket yang terselampir disofa, dan juga kunci motor yang berada diatas meja.

"Nanti kalau Thea marah gimana?" Gumamnya sendu. Bibirnya tanpa sadar melengkung kebawah.

Dengan terhuyung, Raga berlari secepat mungkin tak mempedulikan umpatan beberapa orang saat ia tak sengaja bertubrukan dengan mereka.

Bahkan sangking paniknya. Raga lupa jika tadi ia kesini bersama Vier, si sahabat kecil.

Menaiki motor dengan kecepatan diatas rata-rata. Menjadi bukti nyata, sangking cepatnya laju motor itu membuat bagian bawah jaket levis Raga terbang kebelakang.  Dinginya malam benar-benar menembus sampai ke inti kulitnya.

"Ya Allah. Astaghfirullah. Tolong Raga Ya Allah. Buat Thea amnesia biar nanti Raga nggak dimarahin sama dia."

Jika Vier melihat kepanikan Raga saat ini. Mungkin cowok itu bakalan menjadi orang dengan tawa paling menggelegar.

Ngomong-ngomong soal Vier. Setelah selesai memberi pelajaran terhadap Helen. Vier langsung menuju ketempat semula Raga berada, namun kosong.

Tersenyum miring. Pada dasarnya lelaki itu mudah membaca situasi. "Gue tunggu pukulannya, Ga."

*****

Setibannya dirumah. Mengetahui pintu utama yang tidak dikunci membuat rasa kesal raga meletup. Padahal kan tadi dia sudah menyuruh Thea untuk mengunci pintu. Kenapa malah abai?

Apa perempuan itu tidak tahu bahwa dari sekian persen musuh Raga menargetkan nyawanya?

Menghalau fikiran buruk itu. Raga dengan otomatis berlari menuju kamarnya bersama Thea.

"Dikunci?" Ucapnya dengan ngos-ngosan saat mencoba membuka pintu tetapi tidak bisa terbuka.

"Sayang! bukain pintunya. Aku bawain sesuatu ini." Sedikit berteriak, Raga berucap. Seakan peka situasi, dengan otomatis yang biasanya Lo-Gue kini berubah menjadi Aku-Kamu.

"Tadi aku pulangnya lama karena masih beliin ini buat kamu dulu." Bohong. Raga membelikan sesuatu untuk Thea tadi saat akan menuju club. Menggantungkanya dimotor.

"Sayang~" Rengek Raga sangat panik. Ia menggedor pintu berulang kali dengan tidak sabaran.

Mencoba berfikaran positif. "Apa Thea udah tidur, ya?"

Memerosotkan dirinya bersinggungan dengan pintu. Merogoh saku untuk mengambil handphone.

Menonaktivkan tombol bulan. Satu detik setelahnya puluhan bahkan ratusan nontivikasi muncul. Tak begitu mempedulikan, sudah biasa. Mata lelaki itu malah terfokus pada satu pesan yang dikirim oleh Thea sekitaran jam satu lalu.

Membukanya.

Me amor💌
—Tadi, Gue tungguin lo sampai ketiduran sedangkan lo malah enak-enakan selingkuh di club.
Gue benci pembohong.
Send a picture.

"Anjing." Gumam Raga melihat isi dari foto tersebut. "Vier bangsat!"

Wajahnya memerah sangking marahnya. Vier benar-benar mencari mati dengannya. Gara-gara postingan lelaki itu, Thea jadi salah paham.

Bangkit dengan tergesa. "Sayang~ Maafin aku. Jangan salah paham. Aku nggak se-selingkuh kok."

"Bukain pintunya dulu, ayo? nanti aku jelasin kronologinya." Parau Raga terlihat sangat menyedihkan.

Untuk sesaat, dia merutuki dirinya sendiri karena tidak membuatkan kunci cadangan untuk kamar Thea. Kenapa dia dulu bisa sebodoh itu?

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang