12

18.8K 1.8K 107
                                    

Disepanjang jalan Raga terus mengumpat dalam hati. Ia sebal sangat. Niatnya ingin menjahili Thea eh malah dirinya yang terkena imbasnya. 

"Tanggung jawab lo."

"Ogah." Ucap Thea dengan datar. Padahal Raga tahu bahwa wajah perempuan itu memerah.

"Gara - gara lo ini." Ujar Raga dengan mulut yang dikerucutkan.

"Kok gue. Potong aja tuh aset lo biar gak nyusahin aja kerjaanya." Jawabnya enteng.

"Enak aja. Masa depan kita berdua ini." Raga berucap sambil senyum - senyum entah apa yang berada dipikiranya.

"Halu." Elak Thea. Ia memalingkan muka kearah samping saat tak sengaja melihat Raga dari spion yang juga sedang memandang nya.

"Gue suami lo anjir." Ekhem suami? Raga juga bingung sejak kapan mulutnya jadi ceplas-ceplos begini.

Tak menggubris ucapan Raga. Thea malah memejamkan matanya menikmati udara malam ini.

Raga tetap melanjutkan topik yang tadi. Heran, kenapa ia jadi ngebet banget. "Kita harus segela melouncingkan para bocil - bocil."

"Diem deh, ucapan lo makin ngawur." Thea mulai merasa tak nyaman akibat ulah Raga.

"Ngawur gimana sih?" Tanyanya dengan kesal. "Lo itu istri gue. Hal itu udah jadi kewajiban lo sebagai istri. Lo cukup diam dan nikmati permainan, honey." Lanjutnya yang diakhiri kekehan ringan.

Bulu kuduk Thea tiba - tiba terasa merinding mendengar kekehan berat orang dihadapanya ini. Thea lantas berucap asal, "Gak mau, Lo kere."

Raga melototkan matanya, sungguh ia tak paham jalan pikiran perempuan ini. Padahal uang yang dia punya bahkan tidak bakalan habis walaupun tujuh turunan sekalipun. "Makanya kita harus buat bocil baru dulu."

"Kok jadi ke bocil?" Tanya Thea bingung, alisnya juga turut berkerut.

"Ya karena ntar kalau bocil pertama udah lahir habis itu kita jual buat penunjang kebutuhan kita sehari - hari, habis itu kita bikin lagi terus jual lagi."

Thea dengan reflek menggeplak keras punggung Raga yang berbalut jaket levis. "Mulut lo minta gue cabein, Ga."

Raga terkekeh ringan. "Salah lo sendiri bilang gue kere. Padahal uang gue banyak, banget malah."

Mengembuskan nafas lelah. Cuman Raga saja sih yang tidak mau kalah dan salah. Padahal sebagai lelaki kan seharusnya dia mengalah dengan perempuan, yakan?

"Ngepet ya lo!? Lo aja pengangguran kok punya uang banyak." Thea menuding dengan gaya songong nya.

"Ya Allah gusti kulo nyuwun pangapunten. Gue kerja banting tulang sampek badan gue ikut kebanting - banting gini lo bilang pengangguran? Heran gue, sebenernya fungsi mata lo itu buat apa sih." Raga bahkan menyerocos dengan panjang, ia tidak melupakan sifat dinginnya kan?

Thea mendengus sebal. "Gue gak tau yekan. Gitu aja ngamuk."

"Tapi serius gue beneran kerja, ya. Lo aja yang terlalu cuek sama sekitar sampai gak sadar kalau gue setiap hari dirumah ngurusin berkas - berkas sialan." Kesalnya. Ia memang sekolah sambil bekerja. Selesai acara pernikahann, papanya langsung memberikan satu buah perusahaan besar. Yang ia kelola dari rumah.

"Nyenyenye." Sungguh, Kuping Thea rasanya tuing - tuing mendengar ocehan Raga sendari tadi.

Dengan gemas Raga menarik tangan Thea yang melingkar di pinggang nya. Kemudian menggigit tangan itu

Awsss....

Ringis Thea, apalagi entah Raga sadar atau tidak, gigitanya bahkan cukup keras. "Sakit goblog."

Raga tiba - tiba saja mengebutkan sepeda montornya. Ia lantas berteriak dengan keras. "GAK MAU TAU INTINYA NANTI MALAM HARUS UNBOXING."

Thea reflek memejamkan matanya, ia juga malu saat pengendara lain kini menatap aneh mereka berdua.

Belom cukup sampai disitu, Raga kembali berteriak. "YEAY BOCIL SETAN GUE MAU COMING SOON."

"Anjing lo." Umpat Thea yang sudah kehilangan kesabaran.

"Gue bakalan kerja keras nanti malam, sebagai gantinya lo bakal gak bisa jalan." Raga berganti berucap dengan pelan sekarang. Tetapi suaranya malah berubah menjadi berat.


_________________


Berbeda dengan kehebohan duo sejoli diatas Astrea. Kini didalam mobil berwarna silver itu hanya terdengar olokan dan pertengkaran kecil antara kubu satu, dua, dan tiga.

"Easy, jelas duluan Telur." Jawab Fay dengan percaya diri.

"Goblog, Telur sama ayam ya duluan ayam lah. Kan ayam yang bertelur bukan telur yang berayam." Sanggah Ryllee.

"Ya gak bisa gitu dong. Kan sebelum jadi Ayam itu jadi telur dulu." Fay tetap kekeuh dengan pernyataan nya.

"Udah goblog, ngeyel, hidup lagi." Cibir Rylee. Menurut nya ia lah yang benar dan ia sangat kesal jika jawabannya disalahkan.

Vier memutar bola matanya jengah, ia menyesal tadi mengajak Rylee pulang bersama.

"Cukup, yang goblok itu pertanyaan lo Rylee. Gabut banget lo nanya begituan." Ucapnya sambil melirik Rylee dari kaca tengah yang berada didalam mobil.

"Belain aja terosss." Cibir Rylee.

"Gelod teros." Kini giliran Fay yang mencibir. Lama kelamaan sifat cuek nya juga perlahan memudar.

Bacotan demi bacotan unfaedah terus berlanjut. Hingga dua perempuan yang berada dalam mobil itu tertidur pulas. Mungkin karena kelelahan.

Vier melirik kearah sampingnya, langsung terpampang lah dengan jelas wajah cantik Fay. Ia kemudian menarik dengan pelan kepala Fay untuk disenderkan dibahunya. Satu tangan ia gunakan untuk menyetir dan satunya lagi ia gunakan untuk membelai surai hitam Fay.

Ia terkekeh pelan saat dibenaknaya muncul sebuah ide jahanam. Ia kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Membuka aplikasi kamera. Mengarahkan handphone nya di wajah Fay, untuk ia potret.

Ia terkekeh ringan melihat hasil jepretan nya dengan satu tangan. Kemudian bergumam pelan. "Your so beautiful, baby."

Beralih menatap Rylee dari spion tengah ia malah memutar bola mata jengah. Tetapi tak urung ia juga tetap melakukan aksi jahilnya.

Memutar tubuhnya pelan, agar Fay tak terbangun kemudian memotret wajah konyol Rylee yang sedang tertidur.

Ia tertawa lebar saat melihat hasilnya. Sungguh ini potretan terbaik yang seharusnya dipajang di museum pada akhir tahun. Tapi walaupun foto itu diambil secara candit tak urung melunturkan kecantikan seorang Rylee.

"Awas aja. Koncol lo bolong, Vier." Vier menggeram rendah. Bahkan saat Rylee tertidur pun ia masih sempat - sempatnya menistakan dirinya.

"Gue sebarin aja nih poto di grup sekolah." Gumamnya pelan. "Oh Good idea, boy." Pujinya pada diri sendiri saat dirasa idenya sangat bagus.

________________

Menurut kalian telur ayam sama ayam, masih duluan mana?

Vote and comment

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang