26

9.8K 936 21
                                    

"Beruntung, Gue langsung nyuruh anak buah. Buat bawa dia kerumah sakit,"

"Kalau gak. Beneran mati itu orang!" Lanjut Raga.

Setelah sendari tadi menutup mulutnya rapat, Vier kini angkat suara. "Jangan bocorin,"

Sebenarnya hal itu bukan masalah besar bagi Vier, yang ia masalahkan adalah bagaimana nanti nasipnya jika Rylle, Fay, dan Thea, tahu perbuatannya yang bejat itu cuman karena cemburu buta?

"Tergantung," Raga tertawa kemenangan. "Mending Lo jenguk dia sekarang!"

"Gue sibuk."

Raga melotot, definisi brengsek yang sesungguhnya, "Sibuk apaan?! Lo aja leha-leha disini njing."

Vier berdehem singkat, mengabaikan Raga, ia fokus terhadap handphonenya. Hingga suara Raga kembali terdengar,

"Udah, mending Lo pulang. Semua aman,"

"Gue nginep disini." Balas Vier tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.

"Gak ada gak ada. Pulang! Kamar disini semua penuh," Raga berdiri, menghampiri Vier, tanganya mendorong-dorong cowok itu untuk segera keluar dari rumahnya. Sialan, Ia harus segera membujuk istrinya.

"Bego."

Raga pusing sendiri menghadapi orang ini. menghembuskan nafas lelah, "Bacot banget. Sekarang mending Lo bantu gue ngebujuk Thea supaya gak marah lagi!"

"Katanya gak sudi?" Ejek Vier. Tampangnya yang datar itu bahkan berubah menjadi menyebalkan.

Vier seketika merasakan aura yang tak mengenakan disampingnya, "Tapi ada syaratnya?"

"Apa?"

"Gue bantu, tapi Thea buat gue, ya?"

Bugh

Satu pukulan kembali mendarat dengan mulus dipipi Vier, bedanya kali ini lebih kencang. "Gak bakal gue biarin Thea sama cowok brengsek kayak Lo."

Vier memutar bola matanya malas, "Lo lebih brengsek kali bro."

Sebelum Raga kembali melakukan kekerasan kepadanya, lebih dulu mengantisipasi, "Becanda." Datarnya.

"Dia gak chat gue lagi."

Vier merasa tak ada dorongan lagi dari Raga. Ia menoleh, mendapati Raga yang hanya diam dengan wajah kebingungan.

Vier meluruskan, "Rylle."

Raga manggut-manggut. "Sama, dia gak pernah ganggu gue lagi sekarang." Setelah berucap demikian, ia kembali mendudukan dirinya.

"Sialan." Umpat mereka bersamaan. Yang ada dipikiran mereka adalah kekesalan terhadap Rylle. Mereka juga kesal mengingat bocil satu itu sudah punya pacar. Pasti tidak ada yang menjahili mereka lagi. Agh—kurang seru.

"Apa gue masukin rumah sakit aja ya pacarnya, Rylle?" Ide berlian Vier muncul dipermukaan.

Dengan spontan Raga menonjok lengan cowok itu keras, "Nanggung! Bunuh aja sekalian."

Sedetik setelah itu, mereka sama-sama tertawa keras bahkan hingga terdengar kesudut-sudut ruangan. Mengerikan.

_____________

Raga menghembuskan nafas lega setelah berhasil mengusir dengan susah payah bedebah sialan yang sendari tadi mengganggu waktunya dengan sang istri.

Ngomong-ngomong soal istri. Sekarang Raga sedang membawa dirinya kekamar dengan langkah lesu.

Tanpa diduga, ia menampar mulutnya keras. "Gara-gara Lo nih."

Setibanya dikamar, Raga mendorong pintu dengan pelan, terlihatlah Thea sedang senderan dikepala ranjang dengan handphone yang menjadi temanya.

"Sayang~" Panggil Raga.

Thea hanya meliriknya sekilas. Kemudian kembali fokus dengan handphone nya. Raga? Ekspresinya sudah masam sekali. Ia benci diabaikan.

Tak tinggal diam, ia menarik dengan paksa handphone Thea. Bodoh! Niatnya ingin meminta maaf tetapi malah mempersulit. Seharusnya ia lebih bersabar.

"Kalau suami ngomong jangan dicuekin!"

Dengan malas, Thea sedikit mendongak. "Ngapain? Katanya gak sudi deket-deket sama gue."

"Bu-bukan gitu——"

"Ya terus apa?" Sela Thea tak sabaran.

Raga berteriak dalam hati, Agh gimana ini? Dirinya ingin meminta maaf tetapi gengsinya masih setinggi langit, "Ya Lo jangan marah dong. Kan yang salah bukan gue."

Nah yakan. Thea sudah menebak pasti Raga tidak akan mau mengaku salah. "Terus yang salah siapa?"

"Yang salah Vier. Ngapain juga dia kesini, kalau gak ada Vier gue juga gak bakal ngomong gitu. Gue ngomong gitu kan karna ada Vier."

Benar-benar sialan cowok didepanya ini. Tinggal minta maaf aja susah sekali, Thea sebenarnya juga tak terlalu ambil hati dengan kejadian itu. Thea hanya ingin melihat respon Raga saja saat dia marah.

"Gue maafin. Tapi kita bakalan jauhan, jangan deket-deket."

"Gak bisa!" Raga berucap dengan sedikit berteriak.

"Kenapa gak bisa?"

"Karena nanti Lo bakalan sering kangen sama gue."

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang