07

23.6K 2.1K 28
                                    

Rylee dan Raga sudah seperti anak itik yang mengikuti ibunya. Mereka berjalan dibelakang Thea mengikuti kemanapun Thea pergi. Sesekali Rylee dan Thea bertengkar. Bahkan mereka juga menjahili Thea. Contohnya seperti saat ini, mereka menarik - narik kerah baju Thea.

"Kalian kenapa sih?" Sebal Thea. Dia sudah mencoba sabar dan tak menggubris kala orang dibelakangnya itu berbuat ulah. Tapi sekarang stok kesabaranya sudah cukup habis.

Tak ada jawaban dari Raga dan Rylee yang terdengar malah suara cekikikan kecil dari mereka berdua.

Yang satu mafia yang satu antagonis berbahaya, kenapa malah sekarang kelakuanya kek balita.  Batin Thea.

Thea membalikan badanya. Menatap Rylee dan Raga tajam. Tangan Thea terangkat, menarik kuping Mereka.

"Awww."

"Ishhhh sakit."

Rintihan mereka kala Thea menarik kupingnya. Thea membawanya agak menjauh dari keramaian. Mendudukan mereka diKursi panjang lantas melepaskan jeweranya. Dirinya sudah cukup malu dari tadi jadi objek perhatian.

"Kenapa diem?! Cepet ngomong!" Perintah Thea. Kenapa sih mereka ini sudah dikasih ruang bicara kok sekarang malah diam saja.

"Lo, Ryllee. Katanya tadi lo berangkat sama Fay. Terus sekarang dia kemana?"

"Dia sama Vier. Gue tadi di-cancel." Jawab Ryllee dengan nada sedikit bergetar.

Thea mengela nafas panjang. Dirinya baru ingat dikehidupanya dulu, Anak itu juga begini. Dia sangat takut terhadap Thea dikehidupanya yang dulu. Thea pikir bahwa kebiasaanya itu bisa hilang saat Thea mulai merubah perilakuanya menjadi lebih hangat terhadap sekitar. Tapi ternyata ia salah, Aura yang dikeluarkannya masih mendominasi.

Beralih menatap Raga. "Lo juga, apa bagusnya begitu tadi? Dapet apa lo kayak gitu? Lo ganggu tau gak."

"Ndakkk, Ndak gangu." Sela raga cepat, tetapi dirinya masih tetap mengalihkan pandanganya dari Thea.

Ini juga, kenapa nada biacaranya sama kosakatanya jadi kayak gitu.

"Diulangin gak?" Tanya Thea yang dibalas gelengan kompak dari mereka berdua.

"Good, yaudah cepet bangun. Ikut gue gak."
Rylee dan Raga dengan cepat bangun dan saling menggandeng tangan Thea. Berawal dari Raga yang menarik tubuh Thea hingga dekat denganya berlanjut saat Rylle yang tak mau kalah dari Raga.

Capek? Tentu. Thea sudah seperti mengasuk dua bayi saja. "Ternyata belum kapok kalian." Ucap Thea sambil terkekeh kecil.

Membuat bulu kuduk Rylee dan Raga merinding. Mereka tau ini pertanda bahaya!

Mereka berdua saling melirik kemudian tersenyum misterius.

1...

2...

3...

"KABURRRR." Teriak Rylee menggelegar. Dirinya lari terbirit-birit.

Raga juga melakukan hal yang sama. Dari pada kena amuk sang nyonya besar. Lebih baik dirinya kabur saja. Benar bukan?#

____

Acara pentas dan penampilan bakat akan segera dimulai, Tapi Raga belum juga melihat keberadaan Thea. Sekarang dia menyesal tadi telah kabur darinya.

Entah mengapa, dirinya juga tak tahu sebabnya. Ia uring - uringan sendiri dari tadi. "Dimana sih si Cupu." Monolognya.

Rahangnya mengeras saat melihat disebrang sana ia menangkap sosok yang dicarinya sedang asik berbincang dan sesekali bercanda tawa dengan lawan jenisnya.

"Habis glow up langsung nyari cabang, sial"  Batinya.

Raga berjalan dengan tergesa - gesa menghampiri Thea. Dirinya tiba - tiba saja mendorong brutal tubuh laki - laki yang berbincang dengan Thea tadi. Membuat laki - laki itu terhuyung kebelakang.

"ANJING." umpat Raga.

Panggil saja namanya, Adit. Adit menyeka sudut bibirnya dengan kasar lantas langsung berdiri.

"Gila ya lo. Orang gak ngapa - ngapain malah lo tonjok." Ucap Thea menatap tajam Raga. Yang dibalas oleh sang empu tak kalah tajam.

"Lo yang ngapain disini berduaan sama si Cupu. Sopan kayak gitu ha? Mikir, gue dari tadi nyariin lo." Cerewet Raga sambil menunjuk Adit.

"Lo yang ninggalin gue kalik." Balas Thea tak mau kalah.

"Alesan. Bilang aja lo mau adu mekanik sama si Cupu kan?" Ucap Raga sewot. "Gak pantes Cupu sama Cupu, pantesnya tuh Cupu sama Suhu kek gue." Lanjutnya dengan bangga.

"Idih sok suhu noh yang bener."

Mata raga melotot kala mendengar hinaan langsung dari mulut perempuan. Dengan gerakan cepat dia menendang selakangan Adit dan langsung membawa Thea pergi dengan cara yang tak wajar. Yaitu mengetiakinya.

"Awhhhhhh..." Ringis Adit. Dirinya tak tau apa - apa kenapa masih kena juga?

Thea memberontak hebat. "Gue gak bisa nafas anjir." Baru kali ini dirinya diperlakukan seperti ini.

"Lo mati gue Party." Ucap Raga konyol. Sedetik ia tertawa renyah menyadari ucapanya.

"Sialan." Umpat Thea dengan kencang. Walaupun umpatannya terasa aneh didengar karena dirinya sulit berbicara dengan posisi seperi ini.

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang