18

12.3K 1.2K 11
                                    

Tak jauh berbeda dengan cuaca hari ini yang sangat terik dan panas, begitu pula dengan situasi salah satu meja kantin paling ujung yang diisi beberapa siswa, kebetulan nama mereka juga yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan.

Tak ada percakapan apapun disana, mereka hanya diam sembari menikmati pesanannya masing-masing.

Vier yang sudah jenuh dengan situasi seperti ini pun angkat bicara, "Yang keterlaluan itu lo Rylle."

Rylle yang sedang asik menikmati makanannya pun otomatis mendongak, menatap tak terima Vier. "Gininih ciri-ciri orang yang bakalan kena azab, Lo itu salah seharusnya minta maaf dong,"

"Muak gue, Keluar ajalah lo dari geng cibi-cibi kita. Pilih kasih mulu jadi orang." Lanjutnya sembari mengingat kejadian digerbang tadi membuat Rylle jadi kesal.

"Fuck, lo tadi juga udah nyobekin buku gue." Kesal Vier, emosinya benar-benar dipermainkan oleh bocil satu itu.

Bagaimana tidak? Vier pikir tadi Rylle hanya omong kosong doang saat bilang akan menyobeki bukunya, tapi setelah dia kembali kekelas betapa terkejutnya melihat buku-buku catatanya sobek semua.

Alhasil, ia harus kembali mencatat dari awal.

"Eh anjing lo ngomong kasar. Dosa loh," Ucap Rylle. Saat menoleh, tak sengaja melihat Fay, kemudian ide jahil muncul dikepalanya.

Rylle tersenyum miring, "Hayoloh Vier mampus lo, Fay benci cowok yang ngomongnya kasar."

Terlihat, Vier tak mampu menyembunyikan keterkejutanya. Dirinya gelagapan sendiri, "Gue gak peduli!"

Melihat gengsi Vier yang masih melambung tinggi diangkasa, Rylle semakin gencar menggodanya. "Yakin? Ntar diambil orang lo sendiri yang kelimpungan,"

"Yaudah Fay buka hati aja buat si onoh. Yang ini mah udah nggak usah dikejar," Rylle menoleh kearah Fay sambil mengkode. Rylle ingat serpihan ingatan tentang alur novel. Dulu, Fay adalah antagonisnya. Yang dengan bodohnya mengejar cinta Vier sampai mengorbankan segalanya.

Nah, maka dari itu Rylle akan mengubah situasi seoalah-olah Fay sudah move on dari Vier. Mari kita lihat sampai mana benteng Vier mempertahankan gengsinya.

"Maksud lo?" Yaps, kelihatannya Vier juga sudah kepancing setan macam Rylle.

"What?! Lo nggak tahu? Saingan lo nambah bro, yang ini lebih berat. Mana dia gercep lagi, gak kayak lo gengsi doang yang digedein."

Vier paham akan maksud dari ucapan Rylle. Kemudian kepalanya menoleh kearah Fay, lalu berucap dengan nada suara berat.

"Siapa?"

Fay kikuk, ia tak tahu harus menjawab apa. Dalam hati sumpah serapah ia lontarkan untuk Rylle. "Emm—"

"Nah itu tuh," Potong Rylle sambil menunjuk salah satu siswa yang duduk bergerombol dengan teman-temanya.

Pakaianya acak-acakan. Tapi tak menutupi kegantenganya malahan membuatnya bertambah. Diantara teman-temanya memang dirinyalah yang paling menojol.

Fay otomatis menginjak kaki Rylle yang berada dibawah meja dengan kencang. Ia malas dibawa-bawa kerencana bodoh Rylle. Dirinya juga tak terima dengan tudingan Rylle barusan.

Rylle tak menghiraukan injakan kaki Fay, ia mencoba bersikap biasa saja.

"Oh," Setelah melihat cowok itu, Vier berucap dengan santai. Walaupun begitu tak bisa dipungkiri tanganya mengepal dibawah sana.

Rylle gemas sendiri dengan Vier yang masih mencoba mengelabuhinya dengan bersikap santai, padahal rahangnya sudah mengeras sendari tadi saat Rylle mencoba memancingnya.

"Beneran lo Vier? Ntar disini aja kelihatanya biasa eh taunya nanti lo hajar cowok itu sampai mampus."

"Gue sama Raga udah hapal kelakuan lo diluar kepala. Yakan Ga?" Lanjutnya sambil menoleh kearah Raga yang sendari tadi hanya asik dengan dunianya sendiri bersama Thea tentunya. Entah hilang kemana gengsinya anak itu.

Raga yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dan terpaksa menghentikan aktifitasnya yang memainkan rambut Thea. Dirinya yang tidak tahu apa-apa hanya mengangguk saja.

Melihat itu, Rylle memutar bola matanya malas. Bucin Teros. Thea juga mau-mau aja disuruh nyuapin orang macam Raga.

"Gak bakal."

"Awas aja kalau sampai besok ada kabar tentang cowok itu yang kenapa-napa."

"Hmm,"

Setelah deheman itu, dengan muka memerah menahan kesal. Vier langsung pergi meninggalkan kantin entah kemana.

Rylle tertawa terbahak-bahak saat berhasil menjahili Vier, bahkan sampai menintikan air mata. Ia tak tahu saja, apa akibat dari candaanya barusan. Apakah berkahir petaka atau hanya kisah saja?

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang