27

9K 923 16
                                    

"VIER!! KEMANA SIH LO BANGKE,"

Sangking kerasnya teriakan Rylle hingga membuatnya menggema. Berbeda dengan lainnya yang santai-santai menikmati waktu yang ditunggu-tunggu yaitu istirahat, ia malah berlari sambil berteriak dari lorong ke lorong bak kesetanan.

Sudah beberapa ruang kelas ia cari tetapi hasilnya nihil, hingga ia sadar ada satu yang belum ia datangi, kantin.

Sesampainya di kantin benar saja, ia melihat Vier yang sedang menikmati makanannya bersama Fay, Thea, dan Raga. Sialan. Ia tadi ada urusan, bukan percuma, urusannya tadi membuahkan hasil.

BRAKKK.....

Menggebrak meja dengan keras, hingga membuat beberapa orang disana terlonjak kaget.

"Dateng-dateng langsung nggebrak meja seenaknya, Lo pikir gak ngaggetin apa?" Protes Fay dengan mulut yang masih penuh dengan bakso.

"Ditelen dulu baru ngomong." Vier berucap tanpa melihat kearah Fay, nada khawatir disana bila diperhatikan baik-baik.

"Jangan banyak omong Lo semua-- bentar gue haus." Tanpa ada kalimat minta yang terlontar, Rylle dengan tidak tau dirinya menyeruput minuman milik Thea.

Hal itupun tak luput dari wajah protes Raga, "Minuman cewek gue!!"

Rylle menoleh dengan wajah menantang tak lupa salah satu alis cewek itu terangkat, "Mau apa? Gak terima Lo?" Ucapnya. Singkatnya Rylle itu kesal dengan mereka semua karena meninggalkan Rylle kekantin duluan.

Masa bodo dengan penilaian orang yang menganggapnya kekanak-kanakan. Toh selagi tak mengurangi harta Rylle, Ia akan bersikap persetan. Rylle just being Rylle.

Tersikap saat ingat tujuanya yang pertama. Mengambil nafas dalam, "Vier ngaku! Lo kan yang bikin anak orang sekarat terus Lo tinggal?! Bego, tolol, gila, banget ya Lo." Percayalah, ia berucap hanya dengan satu kali tarikan nafas.

Sedangkan Vier melotot horor, benar saja firasatnya kemarin bahwa cepat atau lambat pasti semua akan terbongkar. Dan satu lagi, apa-apaan dengan umpatan Rylle barusan? Kenapa cewek itu tidak ada takut-takutnya sih sama dia, padahal tidak ada yang berani berkata demikian sebelumnya.

Tangan Vier terkepal erat disana. Jika yang berkata demikian bukan Rylle pasti sudah habis ditangannya. Sayang seribu sayang yang berucap Rylle jadilah segala protes tak terima hanya mampu tersangkut di tenggorokan saja. Lebih baik ia menahan dirinya dari pada ia berontak kemudian bocil setan satu itu ngambek dan tak mau lagi bertemu dengannya.

"Bukan gue!" Bahkan saat berbohong pun Vier tetap dengan wajah tenang.

"Bacot setan! Jujur aja gue udah tau semuanya."

Vier menolah kearah Raga untuk meminta bantuan, sedangkan Raga? Ia hanya mengangkat bahu acuh sambil terus menyantap makanan didepanya.

"Vier? Bukanya kemarin Lo kerumah gue buat minta ba-- Aghhh." Dengan spontan Vier menginjak kaki Raga dari bawah meja. Hal itu juga yang membuat Raga mengaduh kencang.

"Bego," Vier berucap kepada Raga tanpa suara.

"Ba apa?" Tanya Rylle tak sabaran. Dasar pembuat onar.

"Ba-Batu ya Vier kemarin kerumah gue buat cari batu, mana bisa dia buat orang sekarat'kan?"

"Bego, nyesel gue minta bantuan dia." Gumam Vier sangat pelan. "Iya gue kemarin kerumah Raga buat cari ba-batu." Sial, sial, terpaksa dia berbicara seperti itu karna jika nanti ia berbeda pendapat dengan Raga maka akan sangat mencurigakan.

"Batu buat apa njir. Jangan-jangan lo mau ngedukun atau mau nimbukin rumah orang nih? Astaga Lo sebenernya ada masalah apa sih." Terlihat raut wajah lelah saat berucap demikian.

"Sebenernya Vier kemarin kebelet karena dia males bab akhirnya dia nyari batu buat ditaruh disaku."

Hal itupun tentu mendapatkan gelak tawa dari Rylle, Fay, dan Thea. Sedangkan Vier? Ia menundukan wajahnya yang sudah memerah karena malu. Ingat ini! Ia akan memberi Raga perhitungan.

"Kalian kenapa ketawa? Benerkan sayang? Vier kemarin kerumah kita?" Thea yang sudah lemes karena tertawa pun hanya mengangguk dengan sisa tenaga.

Merasa argumennya kalah telak. Rylle Kembali protes, "Fay Lo beneran no comment? Lo ada sangkut pautnya sama ini loh."

Rylle mengangkat bahunya acuh, "Bodo amat sih. Yang penting dia nggak jadi mati kan? Ah ralat walaupun mati gue nggak peduli juga."

Rylle melotot tak percaya, What the fuck jadi terus buat apa dirinya dari tadi ngamuk bak orang gila jika orang yang jadi rebutan saja bersikap biasa.

Mendengar kalimat itu, Vier tentu tersenyum miring. Sangat senang, memang gadisnya tak pernah mengecewakan.

"Bacot lah! Anjing Lo semua gue ngambek." Setelah mengucapkan kalimat itu, Rylle langsung pergi dari kantin dengan kaki yang dibentak-bentakan.

_____________

Tembusin 50 comment dong.

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang