17

13.1K 1.3K 12
                                    

Kali ini Vier dan Raga berjalan dibelakang. Seperti ibu yang sedang mengawasi anaknya. Sedangkan Fay, Thea, Ryllee berjalan didepan, berjoget, seperti tak ada beban.

Untuk mengajak mereka pulang bahkan Vier dan Raga membutuhkan waktu beberapa menit. Dengan kelihaian omongan Raga, dan juga iming - iming ice cream akhirnya mereka mau juga diajak untuk pulang.

"Masuk cepet!!" Raga memerintah mereka masuk mobil dengan nada sok garangnya.

Vier hanya diam tak bersuara, sembari melangkahkan kakinya menuju bangku kemudi. Dirasa semuanya sudah memasuki mobil, Vier melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.

Raga yang sendari tadi bermain ponselnya lantas menoleh kebelakang, karena tak mendengarkan ocehan ketiga gadis itu lagi.

"Anjir tidur," Celutuk Raga.

"Biarin aja dari pada bangun, meresahkan." Vier akui jika ketiga gadis itu bangun memang sangat meresahkan, membuatnya harus sabar lahir batin.

"Apalagi kelakuan mereka yang dibar tadi Hahaha." Ucap Raga sembari mengingat lalu tertawa.

Vier juga ikut terkekeh walau tak begitu brutal seperti Raga. Ia cukup senang tanpa mereka sadari hubungan mereka sedikit demi sedikit mulai membaik.

"Ini dianter kemana,"

"Pulang."

"Gue tau, maksud gue pulang kemana."

"Pulang kerumah masing-masing lah, tapi Thea anterin kemansion gue aja."

________________

Setelah tadi malam sepasang suami istri itu menghabiskan waktu untuk clubing, kini mereka malah tergesa karena bangun kesiangan.

"Ini gara-gara lo nih, kenapa nggak bangunin gue sih?!" Kesal Thea kepada suaminya.

Sedangkan Raga? Dia hanya diam sembari memutar bola matanya malas. Pada umumnya jika kesiangan yang patut disalahkan adalah seorang istri? Tapi kenapa disini yang disalahkan malah dirinya.

Tanpa membalas ucapan Thea, Raga tetap melanjutkan kemudinya dengan kecepatan diatas rata-rata.

Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka sampai didepan gerbang kebanggaan sekolahnya. Terlihat disana terdapat dua orang cewek yang merengek kepada satpam untuk dibukakan gerbang. Siapa lagi kalau bukan Fay dan Rylee.

Melihat Thea yang akan turun keluar dengan kesal, Raga pun mencekal tanganya.

"Apasih?" Sungut Thea. Matanya melotot sok garang.

Raga merogoh sakunya, mengambil dompet, lalu memberikan selembar uang berwarna merah kepada Thea. "Buat jajan,"

Walaupun ekspresi Thea datar dan kesal, tetapi tanganya tak urung telulur untuk mengabil alih uang itu. Sebenarnya dia gengsi tetapi ia kubur perasaan gengsi itu dalam-dalam, dari pada dirinya kelaparan, kan?

Bibir Raga berkedut, sekuat mungkin ia menahan senyuman. Tanganya kembali telulur untuk menepuk pelan pucuk kepala Thea. Sembari berujar, "Belajar yang pintar, anak manis."

Brakkk....

Thea menutup pintu mobil dengan keras. Demi apapun jantungnya berdetak dua kali lebih cepat sekarang ini. Wajah hingga kekupingnya bersemu merah.

Thea mencoba bersikap tenang, saat dirinya sudah sampai didekat Rylle dan Fay. Thea menepuk pundak mereka berdua.

Rylle menoleh begitupun Fay, kemudian Rylle berseru dengan hebohnya, "Lo juga telat?"

Thea mengangguk ringan sebagai jawaban. "Udah dari tadi kalian datengnya?" Thea miris melihat sohibnya tadi seperti gelandangan yang nemplok digerbang. Bahkan Rylle dengan tidak tahu malunya tadi gelantungan di gerbang.

Fay mengangguk lesu, "Iya, udah lima menit yang lalu,"

Thea menggeplak keningnya kasar, "Itu mah barusan setan." Ia menyesal tadi telah khawatir. Sedangkan Fay? Ia malah menyengir kikuk.

"Raga?! Kenapa lo juga telat sih. Kan kalau gini jadinya, Nama circle kita tercoreng. Soalnya anggotanya problematik semua." Rylle bersidekap dada. Ia menatap Raga yang baru saja menghampiri mereka dengan tajam.

Raga yang mendapat serangan mendadak seperti itu hanya diam sembari melafatkan kalimat 'sabar' dalam hatinya.

Raga tak menghiraukan, soalnya kalau ia tanggapi nantinya tak akan ada habisnya. "Udah nyoba kalian sogok pak satpamnya?"

Fay dan Rylle mengangguk serentak. Melihat itu alis Raga berkerut sempurna. Biasanya waktu telat, dirinya juga menyogok pak satpam dan langsung dibukain gerbang. Kenapa sekarang tidak.

"Beneran? Emang kalian nyogoknya pakai apa?" Ucap Raga mencoba memastikan, semoga saja apa yang ia pikirkan tidak benar.

"Permen lolipop," Ucap Rylle dengan tak berdosanya sembari mengangkat lolipop ditanganya.

"Astaghfirullah," Geram Raga dan Thea secara bersamaan. Bisa gila kalau gini mereka.

"Padahal kan lolipop enak. Eh malah pak joko nggak mau sambil ngomel-ngomel. Terus gue kesel kan jadinya habis itu Pak joko gue kata-katain sambil nyebut dia tanpa embel embel 'Pak', Terus dia ngambek deh sekarang." Ucap Rylle sambil sok menerawang kejadian tadi.

"Yakan, Fay?" Lanjutnya. Kemudian dibalas anggukan polos oleh Fay.

Thea dan Raga otomatis mengelus dada sabar sambil memandang jengah kegoblokan dua orang itu yang terlihat HD.

"Ekhem," Bunyi deheman keras dari arah dalam gerbang, membuat mereka otomatis menghentikan percakapannya dan menoleh kesumber suara.

Rylle menoleh, kemudian matanya berbinar saat melihat siapa orang itu. "Yeah Vier, lo kan temen kita, bukain gerbangnya dong."

Orang itu adalah Vier. Dirinya tak habis pikir dengan teman-temanya itu. Mereka dengan tidak tau dirinya berangkat kesekolah padahal sudah pukul sepuluh siang. Apalagi ditambah sekarang adalah hari senin.

"Kebangetan banget kalian." Hanya itu yang mampu diucapkan Vier. Dirinya benar-benar sudah kehabisan kata-kata.

Dibalik gerbang cowok itu bersendekap. Menatap satu persatu wajah teman-temanya dengan tajam.

"Jangan banyak bacot, bukain cepet!!" Kini Raga yang berucap, matahari sangat terik kali ini, kasian Thea nanti kepanasan.

"Nggak bisa!!"

"Apanya yang nggak bisa? Tinggal bukain elah." Sahut Thea sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas.

Tak tahu diri banget kan? Mereka memanfaatkan dirinya?

Vier terdiam sebentar, kemudian tanganya telulur untuk membuka gerbang, kemudian dirinya menarik pelan lengan Fay membawanya masuk.

"Fay doang yang boleh masuk, kalian tetep diluar!!"

"Bucin lo anjing." Cibir Raga.

"Contoh-contoh titisan Fir'aun." Ucap Rylle, sebelum gerbang itu ditutup sempurna oleh Vier, Rylle dengan sigapnya mendorong sempurna gerbang itu biar terbuka lebar.

"Cepet lari masuk!!" Teriak Rylle kepada Thea dan Raga. Mendengar intruksi itu mereka langsung berlari memasuki gerbang. Setelah dirasa teman-temanya yang dianak tirikan oleh Vier sudah masuk, dirinya pun menyusul sambil berlari.

Sedangkan Vier? Dia melongo ditempatnya. Kelakuan Rylle benar-benar diluar nalar.

"AWAS AJA LO VIER, GUE SOBEKIN BUKU-BUKU LO."

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang