28

8.6K 937 6
                                    

Drett drett. Bunyi itu menandakan adanya pesan masuk dari handphone seseorang.

Dan benar saja. Raga dengan spontan menghentikan kegiatannya, mengambil benda pipih itu kemudian membuka nontivikasi yang muncul di layar kunci.

Rylle bocil
-Gue masih ngambek sama lo!

Setelah membaca pesan itu, spontan alis Raga mengerut. dalam hati, ya terus gue harus apa?

Melihat tanda kebingungan dari mimik muka Raga, Thea'pun memutuskan untuk bertanya, "Ada apa?"

Raga mendongak, "Nih," Membalikan handphone nya supaya mengarah kearah Thea.

"Gue masih ngambek sama lo," Guman Thea membaca pesan dari Rylle. Seketika tawa renyah terdengar.

"Kenapa ketawa?"

"Rylle pasti ada maunya, Makanya bilang gitu." Setelah berkata demikian, Ia kembali melanjutkan tawanya. Kelakuan Rylle dari kehidupan dulu terbawa.

"Indah," Tanpa sadar Raga berkata demikian karena terpesona melihat Tawa itu. Menggelengkan kepalanya, bisa gila dia lama-lama. Kembali menunduk, terlihat jari Raga yang kembali berseluncuran lincah dilayar.

Raga
Terus? Gue harus apa?

Rylle
Bujuk gue!! gitu aja nggak
  ngerti. Bego banget.

Raga mengelus dada sabar karena melihat balasan Rylle barusan.

Raga
Ok.
Rylle jangan marah lagi dong,
gue minta maaf karena tadi
ninggalin lo buat kekantin bareng.

Rylle
Gue masih marah.

Raga
Gue harus apa biar lo nggak marah lagi?

Rylle
Beliin gue jajan yang banyak.
  sekalian anterin kerumah gue.
–Lagi mager.

Raga
Idih ogah.
gue gak ada bengsin.

Rylle
Ok Fine.
–Kita unfriend mulai sekarang
  sampai selamanya.

Seketika Raga panik dibuatnya. Bocil itu kalau ngancam suka keterlaluan jadinya kan Raga harus nurut sama dia dari pada kehilangan Sahabat kecilnya? Untung sayang, batin Raga.

Raga
Bacot, gue otw.
mau berapa bungkus?

Rylle
Sekalian chat Vier suruh
  bawain jajan juga buat ngisi
  kulkas gue. lagi kosong soalnya.

Raga
Kenapa gak lo aja?

Rylle
Nomernya gue block
–Ceritanya lagi ngambek soalnya.

Raga menepuk keningnya dengan keras, benar-benar menguji kesabarannya yang setipis tisu Rylle itu.

Raga
Tinggal buka. ribet.

Rylle
Tinggal nurut. gue nggak suruh
  lo ngebacot.

Raga cepat-cepat menutup Rommchat itu. Dari pada kelepasan dan malah Rylle yang jadi korban kekesalanya. Tidak langsung menutup aplikasi, Raga mengetikan pesan untuk Vier.

"Gue mau pergi kerumah Rylle buat beliin dia jajan. boleh?" Tanya Raga kepada Thea yang masih asyik bermain handphone dari tadi. entah apa yang ia lihat.

Thea menoleh, "Ngapain izin?"

"Kan lo istri gu——"

"Terpaksa."

Seketika mata Raga melotot dibuatnya. menatap Thea tajam, mendekat, lalu tanpa sadar ia mencengkram dagu Thea. Kebiasaan lamanya muncul.

"Bilang apa Lo barusan?"

"Terpak——"

Spontan, Raga mencium bibir itu. "Diem. Gue gak suka lo bilang kayak gitu. Awas aja sampai Lo ulangi."

Dengan kaku Thea mengangguk. Ia masih kaget dengan kelakuan Raga barusan.

"Good girl." Jedanya. Raga bangkit, "Gue pergi dulu." Mengusap rambut Thea sekilas lalu berjalan mengambil dompet, kunci, serta jaket yang tergelak sembarangan.

————————

Disepanjang jalan. Raga dan Vier menjadi objek perhatian. Dengan motor besar kebanggaan mereka serta ciri khas masing-masing yang menonjol, Raga dengan jaket levis serta Vier dengn hodienya tak lupa kresek merah besar yang mereka bawa dimotor masing-masing.

Kurang apa lagi effort mereka untuk membujuk bocil kesayangannya. Bahkan mereka membeli setiap dagangan penjual dipinggir jalan.

Hingga terlihat disisi-sisi motor mereka dipenuhi dengan belanjaan.

Sesampainya dirumah Rylle. mereka langsung disambut gadis berpakaian piyama bergambar babi dengan senyum merekah ditengah pintu.

"WAH DAEBAK."

Gadis itu berlari menghampiri Raga dan Vier dengan teriakan yang menggema. disusul beberapa asisten rumah tangga yang ditugaskan untuk membantu membawa jajan yang dibawakan dua cowok tampan itu.

"Kenapa kalian bawa banyak banget?" Tanya Rylle sok polos.

Tak. Dengan gemas Raga menyentil kening Rylle, hal itupun membuat sang empu mengaduh kesakitan.

"Udah jatuh miskin Lo sampai beli makanan aja nggak mampu." Julid Raga, entah mengapa bawaannya ingin jail mulu bila bersama Rylle. Percayalah, dia bersikap demikian hanya kepada bocil setan doang.

"Iya nih nafkahin dong."

"Kemana cowok kebanggaan Lo?" Sindir Vier. Sensinya kepada pacar Rylle masih jauh tinggi dilangit yang biru.

"Istirahat. Gue nggak mau ngerepotin dia, pasti dia capek." Ucapnya dengan ekspresi sendu.

Raga dan Vier dengan pasti melototkan matanya horor. what?! apa yang barusan bocil setan itu bilang.

"Terus lo pikir kita gak kerepotan?"

"Nggak." Jeda Rylle. "Emang kalian merasa gue repotkan?" Ekspresi Rylle berubah dibuat sekecewa mungkin.

"NGGAK," Ucap Raga dan Vier barengan. panik guys panik.

Rylle terkekeh. "Makasih ya jajanya. gue masuk dulu, kalian pulang aja nggak usah repot-repot mampir." Rylle memutar badanya lalu berlali memasuki rumah dengan senyum merekah karena ia sudah mempunyai stok jajan yang banyak.

Rahang Raga terjatuh. "Beneran kita nggak disuruh masuk dulu gitu?"

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang