14

16.7K 1.5K 12
                                    

Keesokan harinya, kelima manusia dengan berperawakan sempurna benar - benar melaksanakan rencana nya, orang kaya memang beda, tak banyak wacana.

Ryllee tersenyum sangat cerah membuat Fay dan Thea memutar bola matanya malas.  Sedangkan Raga dan Vier membututi ketiga cewek itu dengan wajah datarnya, sesekali ia melirik tajam seseorang yang dengan sengaja menatap cewek-cewek itu dengan kagum.

Tiba-tiba saja Ryllee memutar balikan badanya, lalu ia menodongkan kedua tanganya kepada Raga dan Vier.

Raga dan Vier saling pandang kemudian mengerutkan alisnya, sungguh ia tak paham.

"Tepatin janji dong." Ucap Ryllee dengan sebal. Mengkode kedua cowok itu, menggesekan jempol dan jari telunjuknya berulang kali.

Kedua cowok itu yang sudah paham, tanpa basa-basi mereka merogoh sakunya lalu mengambil kartu berwarna hitam masing-masing. Menyodorkan kepada Ryllee.

Otomatis mata Ryllee berbinar kagum. Ia langsung menyaut kartu itu dengan semangat.

Fay hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Tak habis pikir dengan anak itu, padahal Ryllee juga tak kalah sultan. Tetapi anak itu malah suka gratisan.

Plakkkkk......

Thea dengan gemas menggeplak jidat Ryllee, sungguh ini memalukan. "Beban circle."

Ryllee hanya melirik Thea sekilas kemudian mengerutkan mulutnya. Ia berbalik badan dan berlari dengan girang. Sungguh, ia pastikan akan menguras habis nominal dalam 2 kartu ini. Walaupun ia lebih yakin kalau tak bakalan habis sih.

Raga, Thea, Vier, Fay mengikuti Ryllee dengan mata elangnya. Mereka seperti memomong bocah ingusan yang benar-benar butuh pengawasan.

_____________

"Apaansih." Sungut Thea tak suka, ia memandang sengit Raga.

Tak mempedulikan ucapan cewek itu, Raga dengan sengaja menulikan pendengaranya dan tetap melanjutkan aktivitasnya, yaitu menukar makananya dengan makanan Thea.

"Anak kecil gak boleh makan yang pedes-pedes."

"Enak aja, Gue udah besar ya."

"Apanya yang besar?"

Dengan spontan Vier menutup kuping Fay, yang berada disampingnya. Ia takut pembicaraan itu akan berlanjut kehal-hal yang berbau negatif.

"Astaghfirullahaladim, 18+" ucap Ryllee dengan agak keras. Ia Menutupi wajahnya.

"Yang ditutupin kuping goblog." Ucap Thea, sebenarnya ia malu saat pengunjung mall yang berada dikantin menoleh kearah mereka.
Sedangkan Rylee hanya tersenyum lebar.

Vier menarik tanganya dari kuping Fay, ia melototi Raga tajam. Sedangkan yang dipelototi malah melototi balik. Bukan menakutkan mereka malah kelihatan kiyowo.

"Gue mau makan pedes." Ucap Thea, ia menunjuk makanannya yang tadi sempat ditukar oleh Raga.

Fokus Raga teralihkan, ia menoleh giliran menatap Thea. "Nanti perut lo sakit."

"Apasih, tadi lo udah maksa-maksa buat bayarin semua belanjaan gue ya!" Ia melotot garang kepada Raga.

"Kewajiban suami."

Hening.

"Hah?" Beo Thea. Menurutnya itu adalah hal yang mustahil keluar dari mulut Raga.

"Salah ya?" Tanya Raga.

Thea berdehem singkat, matannya mengedar lalu ia bersyukur karena mendapatkan sebuah ide untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Oke, Gue gak bakalan makan pedes." Ucap Thea dijeda. "Tapi Gue mau itu."

Thea berucap sambil menunjuk boneka kecil berbentuk kucing yang berada disalah satu pelukan seseorang yang sedang duduk disalah satu meja, menunggu makananya sampai.

Tanpa bantahan, Raga lantas berdiri dan menghampiri seseorang yang mempunyai boneka itu, untung saja mejanya tak jauh dari meja Raga dan yang lain berada. Jadi ia dapat dengan mudah mengabulkan permintaan gadisnya, jujur ia takut jikalau Thea berubah pikiran dengan cepat.

Tepat didepan orang itu Raga dengan tidak sopanya mengambil dengan kasar boneka yang berada diperlukan orang itu. Tanpa mengucapkan apapun Raga berbalik badan, berjalan kearah Thea.

Sebelum berbalik tak lupa tanganya menggebak meja. Stop, menggembrak bukan sembarang menggebrak tetapi ia meninggalkan uang berwarna merah beberapa lembar.

Orang itu ingin protes, tapi diurungkan. Karena takut, Aura yag dikeluarkan Raga cukup menekanya. Ia menelan ludah kasar, dengan gesit ia mengambil beberapa lembar uang itu dan langsung berlali terbirit-birit keluar dari Kantin.

Raga menyodorkan boneka itu kearah Thea. Thea melongo sendiri dibuatnya, ia tak mengira ternyata Raga bakalan bertindak sejauh itu.

Thea menerima boneka itu dengan kaku, sedangkan Raga, ia kembali menduduki tempatnya yang semula.

"Awww soswittt." Goda Rylee dengan menarik turunkan alisnya.

Thea yang sudah another level kesal dengan kejahilan Ryllee, dengan sengaja ia menendang kaki Rylee dari bawah meja. Membuatnya meringis kesakitan.

"Wlee." Ejek Thea sambil menjulurkan lidahnya kearah Ryllee.

"Anak ng-" ucapan Rylee terpotong oleh ucapan Vier. "Habis ini kita kemana?"

"Bar."

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang