23

10.8K 1K 6
                                    

Pintu ruangan itu ditutup dengan kasar oleh seseorang. Ruangan yang sangat ditakuti oleh seluruh penjuru sekolah, tanpa terkecuali.

Vier melangkah terlebih dahulu, disusul oleh dua orang dibelakangnya dengan kepala yang stay tertunduk. Tangan mereka bahkan masih berketar disertai keringat dingin yang bercucuran.

Sungguh ini adalah pengalaman yang menyeramkan. Bahkan kilasan bagaimana tadi mereka diintrogasi ditempat terkutuk itu masih sangat jelas terpampang diingatan mereka.

Bila disuruh memilih. Mereka lebih baik dihukum dan introgasi oleh guru bimbingan konseling saja atau bahkan kelapa sekolah tidak masalah, dari pada harus Vier yang turun tangan langsung, itu sangat menyeramkan.

Aura cowok itu beberapa kali lipat lebih ngeri saat sudah masuk diruangan introgasi laknat itu.

Terdengar herelaan nafas lega dari mulut mereka, saat mendongak sudah tidak terlihat lagi punggung tegap milik Vier.

Si siswi menoleh, "Satu kali ini aja. Nggak bakal ngulang gue."

Cowok yang diajak bicarapun mengangguk, "Bukan Lo aja! Gue juga kapok." Ucapnya menyamakan diri. Maklum, sefrekuensi melakukan kesalahan yang sama.

"Gak bakal deh gue senggol-senggol lagi Fay." Ucap siswi itu sambil bergidik ngeri membayangkan bagaimana tegangnya tadi diruangan itu.

Sedangkan yang sendari tadi dibicarakan malah bukanya langsung keruang osis menghampiri Fay. Vier malah pergi ke suatu tempat untuk mengambil sesuatu. Siap-siap aja deh kena amuk singa betina.

Vier tetap berjalan dengan raut muka datarnya. Sepatunya menggema disetiap koridor sepi itu, karena semua murid-murid sudah pulang kerumah masing-masing. Hanya ada beberapa siswa yang masih ada disini, mungkin masih ada keperluan yang belum terselesaikan.

Masuk keruangan keruangan itu tanpa basa-basi, setelah selesai pun ia langsung keluar menuju ruangan osis.

Saat akan masuk keruangan, Vier mendengar samar orang didalam sana mencak-mencak dan mendumel tanpa henti.

"Awas aja Lo Vier, kalau sampai ninggalin gue pulang. Gue aduin ke Rylle."

Vier yang mendengar samar kalimat itupun tersenyum sesaat. Kemudian dengan jailnya ia menendang pintu dengan kasar. Membuat bunyi yang dikeluarkannya cukup keras.

Brakk...

"ANJING." Seru Fay kaget.

Vier berdehem sekilas, mencoba meredam tawanya yang hampir meledak. Ia berjalan menghampiri Fay dengan raut wajah tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Tas Lo," Ucap cowok itu sambil mengulurkan tanganya kearah Fay.

"Ngapain Lo bawa segala?"

"Emang Lo gak pulang?"

"Ya nggak lah! Belum waktunya'kan." Fay berucap dengan nada nyolotnya.

Vier kemudian mengangkat tanganya, menunjuk jam yang berada didinding itu. "Liat jam berapa."

Fay pun mengikuti arah tunjuk Vier, setelah itu terlihat matanya melotot horor. "Gila! Udah jam segini, Kenapa Lo nggak bilang sih?!"

"Sengaja." Balas Vier tanpa beban.

"Tadi kan kalau Lo bilang, gue bisa pulang sendirian." Jedanya, kemudian matanya memincing kearah Vier. "Bilang aja Lo takut kan disini sendirian? Jadi Lo nyari temen dan kebetulan ada gue? Udahlah jujur aja."

"Gak. Gue tahan Lo disini biar bisa pulang bareng gue." Ucapnya cepat dan sedikit lirih. Maklum lah gengsi.

Ingat, GENGSI.

"Hah apa?!" Ucap Fay sambil memiringkan kepalanya.

Mencoba mengalihkan pembicaraan, "Udahlah! Lo mau pulang atau tetap disini?"

"Ya pulang lah," Sela Fay cepat. Sat ingat akan sesuatu Fay pun menunjuk kearah meja, "Itu handphone Lo, Tenang, Nggak gue otak-atik sama sekali."

Ucap cewek itu menutupi kegugupannya, ia sebenarnya kepo dengan maksud dari pesan yang dikirim Raga itu. Tapi bertanya bukanlah solusinya.

Vier untung saja tak menangkap gerak-gerik cewek didepanya itu. Ia Kemudian membrungkrung untuk mengambil benda pipih berwarna hitamnya.

"Ayo!" Seru Fay sambil berjalan duluan.

Sesampainya diluar, ia melihat kearah halaman sekolah yang ternyata sudah sepi, seketika bulu kuduknya berdiri.

'Ini supir gue kemana sih?!' batin cewek itu menjerit.

Ia kemudian menoleh kearah samping dan ternyata sudah tidak ada orang lantaran Vier sudah berjalan lebih dulu kearah mobilnya.

"Ck nggak peka banget!"

Fay tak kehabisan akal. Ia pun mencari handphone yang berada di tasnya, mencoba menghubungi sang supir.

Sudah beberapa kali panggilan masuk yang ia lakukan tak kunjung juga ada jawaban.

Dubrak...

"Anjir." Kagetnya. Saat tiba-tiba terdengar bunyi keras dari arah salah satu kelas yang konon katanya angker.

Mencoba menetralkan nafanya. Ia sudah melambaikan tangan kearah kamera. Mengubur kegala rasa gengsinya ia pun menghampiri Vier yang sudah masuk kedalam mobil.

'Nggak papa Fay! Cuman sekali aja kok demi bertahan hidup' batin cewek itu menyemangati diri.

Vier yang didalam mobil itu pun tersenyum penuh kemenangan saat rencananya berhasil. Ia melihat Fay dari arah spion yang berjalan menghampiri mobilnya.

Tok tok...

Terdengar bunyi ketukan dari balik kaca mobil. Vier membuka kaca mobil. Kemudian dengan akting sok nya ia menampilkan wajah bingung.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Emmm....."

"Apa?" Ucap Vier tak sabaran.

"Gue boleh bareng Lo nggak? Supir gue nggak bisa dihubungi." Setelah mengucapkan kalimat yang sangat cepat itu, Fay menghembuskan nafas kasar.

Terlihat smirk kan samar dari mulut Vier, yaps! Semua sesuai dengan rencananya.

"Oh." Masih belum cukup, Vier kembali dengan aksinya.

"Jadi gimana? Lo mau barengi gue gak?" Ucap Fay, kekesalannya sudah melampaui batas.

"Gimana ya enaknya," Balas Vier seolah-olah berfikir. Ia masih merasa belum cukup puas menjahili cewek itu. Biarin saja! Ia masih kesal karena perkataan Rylle beberapa waktu lalu yang katanya Fay sedang dekat dengan seseorang.

Ia tak terima dong! Karena Fay hanya boleh dekat dengan dirinya saja.

Saat sadar dirinya sedang dimainkan. Fay pun membuka pintu mobil Vier tanpa basa-basi. Kemudian mendudukan diri disamping Vier.

Terdengar suara tawa Vier yang pecah. Seketika ia lupa akan kilasan kekesalannya tadi.

"Ayo cepet pulang! Gue mau keluar sama cowok gue yang kemarin nih, keburu telat!"

Seketika tawa Vier langsung lenyap. Ia menoleh horor kearah Fay dengan pandangan tak terima. Sedetik kemudian, mobil itu berjalan dengan kecepatan diatas rata-rata.


PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang