06

24.5K 2.3K 9
                                    

Jam dinding menunjukkan pukul 07.14 malam. Di SMA Negeri Saturnus. Sedang meriah-meriahnya karena diadakanya acara bazar. Untuk acara pensi dan lain lain masih nanti agak malam.

Dialain tempat. Thea menatap Raga garang. Tak lupa tanganya bergacak pinggang.

"Lo apa-apaan sih pake acara baju cuple segala, alay tau."

"Alay apa sih. Ni tuh trend masa kini." ucap raga ikut sewot.

"Trend matamu kayang." ucap Thea. Raga yang mendengar ucapan Thea yang ngawur pun ikut angkat suara. "Heh mulutnya."

Thea tak menghiraukan ucapan bodoh Raga. Dia bergegas pergi untuk memilih baju casualnya.

"Lo ngapain?" Tanya raga.

"Pilih baju lah."

"Ini kan udah gue beliin baju Thea."

"Ya tapi gue ogah pakek."

"Lo harus pake." Jika Thea bersikeras dengan sifat pembangkangnya maka Raga akan bersikeras dengan sifat pemaksaannya.

"Gak. Atau gue ogah berangkat bareng lo?"

"Ck. Yaudah." ucap raga dan langsung pergi meninggalkan Thea dengan wajah kesalnya

-


Dilain tempat. Dengan ogah ogah fay membuka pintu kamarnya. Wajahnya terkejut seketika saat mendapati orang itu berada didepan kamarnya.

"Lo." ucapan fay hanya sampai di tenggorokan saja. Tercekat itulah bahasa mudahnya.

Tanpa banyak cencong orang itu nyelonong masuk ke kamar Fay. Matanya bergerak kesana kemari mengamati ruangan itu.

"Lo gak sopan, vier. Masuk kamar orang sembarangan" ucap fay pada vier

"Keluar." ucap fay sedikit berteriak. Fay menarik Vier dengan sekuat tenaga tetapi Vier tetep stay disana bahkan posisisnya tidak berubah sama sekali.

"Oke, gue capek, sekarang mau lo apa?" ..

"Jemput lo ke bazar." jawab Vier santai

"Ogah, gue berangkat bareng Rylee."

Vier mengerutkan keningnya. "sejak kapan lo kenal rylee?"

"Bukan urusan lo."

Vier mengangguk, bener juga bukan urusanya. Kemudian dia mengalihkan topik pembicaraan, "Gue disuruh nyokab lo buat jemput lo."

"Lah. Nyokap gue emang kemana?"

"Pergi sama nyokap gue."

Fay hanya mangut-mangut. Dia bergegas untuk mandi. Saat keluar dari kamar mandi dia terkejut saat mendapati vier yang masih stay rebahan dikasurnya.

"Lo kok masih disini sih vier."

Vier yang mendengar suara itu lantas bangun dari rebahanya dan duduk. Matanya tanpa sadar menatap fay. Seketika liadahnya kelu. Dia menelan ludah dengan susah payah.

Fay bingung. Kenapa Vier jadi seperti orang sesek nafas seperti itu ya?

Saat tersadar arah pandang vier. Fay menunduk menatap tubuhnya. Wajahnya cengo.

"Aaaa keluar lo vier. Gue lagi handukan. Doang anjir." Ucap fay dengan sedikit berteriak.

Entah kemana hilangnya sifat dingin gadis itu.

Vier terkaget-kaget mendengar teriakan nyaring yang memekakan telinga itu. Dia kemudian berlali keluar dari kamar fay dengan wajah yang memerah.

Sedang fay? Wajahnya juga memerah bahkan lebih merah dari kepiting rebus.

____


Menoleh kenana kekiri mencari jati diri, eh maksudnya mencari para teman - temannya. "Mereka lama banget sih datengnya."

Sudah 10 menit dirinya sampai ditempat acara. Tapi ia sama sekali masih belum menemukan batang hitung dua temanya.

Raga melirik Thea aneh. "Lo ngapain begitu?"

"Lagi nyari Fay sama Rylee." Jawab Thea dengan dongkol.

Raga memandang Thea sebal. Kenapa Thea malah nyari - nyari temen temenya sih? Kan sudah ada dirinya. "Kan ada gue. Ngapain cari mereka sih."

"Idih." Setelah mengucapkan kalimat singkat tapo menohok itu. Thea langsung bergegas pergi meninggalkan Raga.

"THEAA." Teriak Raga menggelegar. Bahkan kini banyak pasang mata yang menatapnya. Ia tak peduli. Yang terpenting sekarang adalah dirinya harus mengejak Thea.

Ya, mengejar!

Berlari dengan cepat untuk menyusul Thea. Pasti belum jauh, Pikirnya.

Melihat Thea yang sudah didepan mata. Raga memelankan langkahnya. Berjalan tepat dibelakang Thea.

Thea yang merasa dibelakangnya ada seseorang pun menoleh. Mendapati Raga yang berjalan dibelakang-nya seperti Seorang Anak anjing yang patuh terhadap ibunya.

"THEAAA." Teriak seseorang.

Thea mengedarkan pandangannya mencoba mencari sumber suara. Nampaklah Rylee sedang melambaikan tanganya serta senyum cerah yang tak luntur dari bibirnya.

Rylee berlari menghampiri Thea. Ia merentangkan kedua tangannya. Saat ingin memeluk Thea. Tangan kekar dari belakang mendorong tubuh Thea kesamping. Menyebabkan tubuh Ryllee hampir terjatuh jika saja Tangan kekar itu tidak sigap menarik kerah bajunya kebelakang.

Ryllee mencoba menyeimbangkan diri. "Huh syukur tadi gak jadi nyungsruk."

"Apasih lo tarik - tarik Thea?!." Sembur Rylee menatap Raga yang malah terlihat santai seperti tak terjadi apa - apa.

"Lo yang apa - apaan peluk - peluk Thea." Ucap Raga tak mau kalah.

Teman masa kecil itu saling menatap tajam satu sama lain. Ya memang setelah obsesi Raga dan vier kepada Nora. Pertemanan mereka hancur sehancur hancurnya. Sejak saat itu juga Rylee yang asli membeci Raga dan Vier. Walaupun yang menempati tubuh Rylee sekarang adalah Dasya, tapi tetap saja Dasya benci terhadap orang dihadapanya ini.

"Gue temenya. Mau apa lo?!" Ucap Rylee menantang

"Tetep aja gak boleh meluk - meluk orang sembarangan."

"Idih kok ngatur, presiden aja gak ngelarang." Cibirnya. "APA?!" Rylee naik pitam saat tadi malah melihat Raga mengejeknya.

"Apa!?" Asal kalian tahu. Raga itu tidak mau kalah.

Thea yang sudah gerampun ikut membuka suara, "Diem."

Kedua orang itu langsung diam ditempat persis seperti patung. Mereka kaget sekaligus ngeblank

"Kalau kalian masih mau bertengkar, silahkan. Dan jangan ikutin gue!"

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang