11

19.6K 1.8K 79
                                    

Hingga diakhiran acara Nora terus saja berbicara dan bercerita hal - hal yang tidak penting, hingga membuat orang - orang yang berada disampingnya kesal bukan main. Termasuk Thea dkk dan Raga, Vier.

"Diem deh mulut lo bau tai." Sembur Rylee menohok.

Nora menundukan wajah malu, walaupaun ucapan Rylee belom tentu benar adanya tapi tetap saja dirinya malu. "Maaf." Cicitnya

Tanpa basa - basi Thea melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Mereka semua. Badanya terasa pegal - pegal, ia ingin segera pulang dan beristirahat saja.

Raga yang menyadari kepergian perempuan disampingnya lantas ikut menyusul.

"DASYA, PULANG BARENG GUE!" teriaknya menggelegar, ia pun berlari dengan kencang menyusul Thea.

Masih ditempat tadi. Vier menoleh, kini wajahnya berhadapan pas dengan wajah Fay. "Pulang bareng !" Kalimatnya bukan seperti ajakan melainkan sebuah perintah.

Memutar bola matanya malas, jika kalian kira Fay akan nurut begitu saja? Oh tentu kalian salah. "Gue bareng Ryllee."

Rylee tersenyum lebar mendengar perkataan Fay barusan. Tapi senyuman itu luntur saat netra matanya tak sengaja melihat Vier yang menatapnya tajam.

"Ryllee bareng Nora katanya." Ucap Vier tanpa beban.

Rylee yang mendengar ucapan ngawur Vier memberengut sebal. "Enak aja lo setan. Gue gak pernah bilang begitu ya."

"Bacot."

"Fitnah lebih kejam dari pada Pemerkosaan. Ya walaupun masih kejaman Lo sama Raga sih." Cibirnya. Ia memelankan ucapanya diakhir kata.

"Intinya lo bareng gue." Ia menatap Fay. Tanpa mempedulikan cibiran Ryllee.

"Apasih maksa. Lo udah sama gue ya tadi. Sekarang giliran gue pulang sama temen gue." Kesal Fay. Demi apapun ia paling tak suka jika dipaksa.

"Berangkat bareng, pulang ya bareng." Paksa Vier. Ia keras kepala dan tetap pada pendiriannya.

"Udah deh Jangan maksa. Lo pulang sendiri aja." Ujar Fay.

"Gak." Vier tetap kekeuh pada pendiriannya.

"Emang lo gak ngurusin ini semua?" Ucap Fay sambil memandang sekitar nya yang sehabis dibuat bazar. Sejujurnya ia bingung dengan tugas Vier. Sebenernya ia diangkat menjadi ketua osis itu untuk apa sih? Buat pajangan?

Vier hanya membalas nya dengan gelengan saja.

"Nurut aja." Ucap Rylee tanpa suara. Fay menggeleng. Tapi berkat pelototan maut dari kanjeng ratu Rylee ia akhirnya mengangguk dengan terpaksa. Fay tau jika Rylee sudah punya rencana. Ia sekarang hanya berdoa semoga rencananya tak memalukan.

Ia mengerutkan alisnya bingung. Kemudian melirik Fay lalu berganti Melirik Rylee. Ia tersenyum miring saat mengetahui dua perempuan itu merencanakan sesuatu.

"Oke pulang bareng lo." Final Fay dengan wajah yang sedikit terlihat kesal.

Ia pun berjalan keparkiran dengan Vier. Rylee dan Nora yang membuntuti nya dari belakang. Entah siapa yang mengajak Nora, ia dari tadi juga mengikutinya.

Rylee menjawil - jawil lengan Fay. Fay yang paham akan kode dari Rylee pun segera melancarkan aksinya.

Ia menghitung dalam hati. Hingga sampai hitungan ke tiga, ia mengambil ancang - ancang untuk kabur. Jika Rylee bukan sohibnya udah pasti ia tak akan sudi menuruti rencana bodohnya.

"Eitsss No baby." Dengan cepat Vier mencekal tangan Fay. Menyebabkan perempuan itu tak bisa kabur darinya.

"RYLEE." teriak Fay. Rylee sudah lari terbirit-birit, sebelum semakin jauh. Ia berinisiatif untuk memanggil nya saja. Untungnya ia teman yang baik.

Rylee menoleh. "Apa anjing?!" Ucapnya sedikit berteriak.

"Liat." Ucapnya sambil memperlihatkan tanganya yang entah sejak kapan sudah diikat dengan kain oleh Vier. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah Vier mendapatkan sebuah kain itu dari mana?

"Govvlog." Rylee berucap dengan menepuk jidatnya keras. Ia mendengus sebal saat melihat Vier menampilkan wajah bodohnya dan yang paling menyebalkan lainya adalah Nora yang diam seperti patung dan memandang mereka bingung.

Mau tak mau ia membalikan badan untuk kembali menghampiri mereka. Rencananya gagal total. Padahal dikehidupanya dulu ia menjadi pengintai handal.

Vier menarik tangan Fay dengan tali dengan cepat.

"Emang gue kambing apa." Sebal Fay. Dikehidupan ini ia seperti tak ada harganya.

Vier berteriak dengan menggelegar. "LO BARENG GUE GAK BOCIL SETAN? KALAU  LAMA GUE TINGGAL NTAR LO PULANGNYA  JALAN." Perkataan nya itu jelas diperuntukkan untuk sikalem Rylee.

Rylle panik bukan main karena tadi ia berangkat kesini naik taksi. Dari pada mencari taksi malam - malam lebih baik ia numpang. Ia dengan jahilnya menggeplak kepala Nora dulu sebelum berlari menyusul Fay dan vier. "Jangan ikut!"

"GUE DOAIN KONCOL LO BOLONG. MAMPUS LO VIER." Teriaknya disela - sela lari.

_______________


Sedangkan dilain tempat. Raga dan Thea sedang berboncengan mesra mengendarai sepeda motor hasil curian.

Tadi mereka berangkat kebazar menaiki mobil Raga. Thea ingin pulang sendiri tetapi Raga ngotot ingin pulang bersama nya. Akhirnya Thea berniat mengerjai Raga dengan embel - embel mau pulang denganya asal harus menaiki sepeda motor Astrea.

Raga sempat protes tapi tetap berusaha menuruti perintah Thea Sicupu yang berstatus istrinya itu. Bila meminjam pasti sangat sulit, Apalagi rata - rata para siswa disini menarik mobil atau motor metik. Pasti susah mencari pedah Astrea.

Berkat kelicikan Raga, ia berhasil meminjam pedah Astrea berwarna putih dari salah satu siswa cupu, ia adalah adit.
Bukan meminjam sih tapi memaksa dan mengancam untuk dipinjami.

"Bahagia kan lo." Ucap Raga dengan nyolot. Ia melihat Thea dari spion.

"B aja tuh." Ucap Thea berusaha biasa saja padahal ia sangat senang dapat menaiki sepeda Astrea impian nya. Karna dulu waktu ia masih menjadi mafia dikehidupanya yang lama ia hanya menaiki mobil anti bom saja demi keselamatan nya.

Dengan sengaja lantaran kesal. Raga mengerem motor secara mendadak menyebabkan tubuh Thea menubruk punggungnya.

Thea menggeplak punggung Raga dengan keras. "Modus lo."

"Aaaaaa bangun." Ucap Raga sedikit berteriak. Wajahnya pun berubah menjadi masam. Ia bingung setengah mati saat sesuatu dibawahnya malah terbangun.

Dasar murahan! Gitu doang masa udah bangun.

_________________

Spam emot '😭'👉

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang