29

8.7K 939 73
                                    

Setelah dari rumah Rylle, mereka tidak langsung bergegas pulang melainkan pergi menuju kesuatu tempat terlebih dahulu, atas usulan Raga tentunya.

"Gak. Gue langsung balik." Tolak Vier terang-terangan.

"Cupu. Kapan lagi gue ngasih tawaran," Cibir Raga, sudut bibirnya terangkat saat ia merasa berhasil membuat Vier berfikir dua kali untuk menolak ajakanya.

Aktifitas Vier yang akan memakai helmnya terhenti. Menoleh kearah Raga dengan keterdiamannya. Sedetik kemudian kepala cowok itu mengangguk.

"Oke gue ikut." mendengar jawaban Vier, Raga mengangguk kesenangan.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai ketempat tujuan. Mereka tanpa banyak bicara memasuki tempat laknat itu. Beberapa pandangan terfokus pada mereka, namun tak ada yang dihiraukan. Melangkah menuju sofa tebal disamping ruangan.

"Pesen seperlunya, Jangan sampai mabuk."

Terlihat anggukan dari kepala Raga. "Gue juga gak niat mabuk. Gue ngajak kesini cuman buat have fun doang."

Ia menoleh kesana-kemari untuk mencari bertender. Mengayunkan tangan, kode supaya bertender itu menghampirinya.

"Wine!"

Dert dertt.

"Handphone lo." Tunjuk Vier pada benda pipih yang menyala diatas meja.

Otomatis tangan Raga terangkat untuk mengambilnya. Melihat nama yang tertera ternyata Thea. dalam hati ia berfikir tumben sekali perempuan itu menghubunginya terlebih dahulu.

"Gue keluar dulu, Ngangkat telfon." Tanpa menunggu jawaban Vier terlebih dahulu, Raga melangkahkan kakinya pergi.

"Hallo?" Suara itu mengulum lembut dari sebrang sana. tetapi terdapat serak-serak yang tidak terlalu ketara, Raga tebak pasti baru bangun tidur.

"Iya, ada apa sayang?" Raga terkikik, menertawakan ucapanya barusan yang menurutnya konyol.

"Ck, sayang sayang."

Lelaki itu masih terdiam menunggu ucapan perempuan diseberang sana yang seperti akan melanjutkan perkataan.

"Masih dimana?"

Sudut bibir Raga terangkat. Dia tidak salah dengar'kan? apa Thea sedang khawatir terhadapnya?

"Dirumah Rylle." dusta lelaki berambut acak itu. Bisa berabe jika Thea tahu kalau ia sekarang berada di club malam.

"Lo pulangnya masih lama, Ga?"

Mengangguk, Sialnya Raga lupa jikalau Thea tidak bisa melihat anggukannya. "Masih agak maleman dikit."

"Gue ngantuk banget, dari tadi gue tungguin lo nggak pulang-pulang. Mau gue kunci pintunya tapi lupa lo nggak bawa kunci serep."

Mendesah kecewa, Ternyata Thea tak sekhawatir itu terhadapnya, "Udah tidur aja kalau ngantuk. Kunci aja pintunya, masalah gue gampang."

Yah walaupun Raga sedikit kecewa tetapi keselamatan Thea prioritasnya. Meskipun di rumahnya terdapat beberapa satpam tetapi dari pada mengambil resiko lebih baik jaga-jaga sejak dini kan? apalagi musuh Raga sangat banyak diluaran sana.

"Beneran?"

"Iya," Jeda lelaki itu, menyugar rambutnya kebelakang. "Lo mau nitip sesuatu gak?"

"Hoamm—— Nggak. Gue lagi gak ada duit cash buat ganti."

"Bego. Kan ada gue, percuma Lo punya suami kalau gak lo manfaatin."

Terdengar bunyi kekehan nyaring. "Gue manfaatin beneran, reflek miskin mampus Lo, Ga."

"No problem." Balas Raga santai seperti tak ada beban, "Beneran gak nitip apa-apa? Pumpung lagi diluar nih. Lo kan lagi ngidam."

"Pala lo. hamil anak siapa coba?!" Pekiknya tertahan.

"Anak gue lah. kalau anak orang lain udah pasti gue gugurin paksa."

"Dih mana bisa, orang belum pernah begituan." Ungkap Thea tanpa berfikir panjang. Tidak tau saja dia bahwa ucapanya barusan membangunkan macan tidur.

"Ngode hmm?" Raga peka Raga peka, Mana mungkin dirinya lola jika masalah beginian. "Ok otw."

Tut tut. Sambungan itu terputus sepihak. Raga langsung terbahak dibuatnya, menarik kembali benda pipih itu yang semula disamping telinganya.

"Gemes banget bangsat. Pengen gue makan."

Memutar tubuhnya sedikit oleng. Kembali masuk kedalam club. Walaupun begitu tak melunturkan senyum yang mengembang indah diwajahnya. tetapi bagi yang mengenal baik Raga, melihatnya tersenyum justru malah terlihat menyeramkan.

"Ngapain lo senyum-senyum sendiri?" Tanya Vier kepo. Pasalnya aneh sekali lelaki itu sehabis mengangkat telefon sekarang malah senyum-senyum sendiri tanpa sebab.

"Gila gue."

"Dih ngaku," Kekeh Vier. ia membatin kenapa ia mau ya berteman dengan lelaki bego nan sinting dan sialnya sangat Red flag macam Raga.

"Cewek gue gemesin banget, njing." Pekik Raga tertahan. dengan sengaja Raga menimpuk bantal kearah Vier sangking gemasnya. Bahkan wajah Raga memerah karena limit akan kegemasanya sendiri terhadap Thea.

"Apa gue perkosa aja kali?" Raga berucap sambil senyum-senyum tak jelas. Seolah mengatakan ide yang sangat berlian.

"Beneran gila." ungkap Vier beneran tak habis thingking.

___________________

Tembusin 500 Comment!

absen, sektenya siapa aja nih

PRECARIOUS [Womankind]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang