47

1.7K 201 13
                                    


"Ayden?"

Chasania menatap pemuda bersurai perak dengan perasaan campur aduk. Takut sedih senang juga sedikit kerinduan yang melanda hatinya. Entah mengapa bisa dirinya merasakan emosi lain bukan hanya takut.

"Kau mengenaliku?" tanya pemuda itu.

Chasania merasa tidak asing dengan kedua pemuda itu terlebih pemuda bersurai perak. Rasanya Chasania telah mengenalnya lama.

Padahal pemuda bersurai perak itu adalah pencabut nyawa Lovela dalam novel. Chasania ingat itu karena hanya kekasih lady Unna yang mempunyai Surai perak dengan iris abu-abunya.

Mengapa dia harus bertemu dengan pencabut nyawanya?

Bukankah dia sudah menghindari alur novelnya?

Tanpa sadar Chasania terus menatap pemuda bersurai perak itu. Sedangkan orang yang ditatap malah tersenyum.

"Apakah kekasihku terlalu rindu sampai terus menatapku?" batin pemuda bersurai perak yang ternyata didengar Archduke. Hal itu membuat Arcduke kesal.

"Adikku?" panggil Archduke Sandcastle membuat Chasania mengalihkan pandangannya.

"Jangan menatapnya. Dia itu orang jahat dan kau harus menjauhinya"

Chasania mengangguk setuju dengan perkataan Archduke Sandcastle. Sejak awal masuk ke novel ini dia sudah berusaha menjauhi para pemeran utama. Dan juga dia merasa aman dan nyaman berada di dekat Archduke Sandcastle.

"Jadi apakah benar kita saudara?" tanya Chasania memastikan.

"Benar. Aku adalah kakakmu, Chandra Lazarus Sandcastle. Lalu adikku ini adalah Chasania Lovela Aurora, benarkan?"

Chasania mengangguk lalu bertanya, "Chyna juga?"

"Chyna adik kita, tapi dari saudari ibu juga saudara ayah" jawab Chandra, Archduke Sandcastle.

"Saudari ibu juga saudara ayah, apa maksudnya?"

"Ibu kita memiliki saudari kembar dan juga ayah memiliki saudara kembar. Saudari ibu menikah dengan kakak kembar ayah. Lalu mereka mempunyai Chyna jadi secara biologis kita bertiga adalah saudara" jelas Archduke Chandra.

Chasania terdiam mendengarkan penjelasan dari Archduke Chandra. Ternyata benar dirinya dan Chyna bukan saudara kandung, ah lebih tepatnya Lovela.

Archduke Chandra kembali melanjutkan, "tak lama setelah kau lahir terjadi penyerangan. Untuk membuatmu aman ibunda meminta bibi yang sedang mengandung untuk membawamu pergi jauh. Keluarga kita kalah dan terjebak dalam ilusi hutan sampai tidak ada yang berani membantu k-"

"Kerajaan Emerald?" tanya Chasania memotong ucapan Archduke Chandra.

"Benar, adikku. Kerajaan-kerajaan lain tidak ada yang bersedia membantu kerajaan kita yang telah menyatu dengan hutan lebat. Bertahun-tahun lamanya kerajaan Emerald memulihkan keadaan, semuanya mulai membaik seperti semula hanya saja perisai ilusi belum bisa dipecahkan. Hal itu membuat sebagian besar wilayah kerajaan Emerald masih menjadi hutan" jawab Archduke Chandra.

"Lalu mengapa kau menjadi Archduke Sandcastle?" tanya Chasania lagi.

"Saat kau lahir aku masih berusia 3 tahun dan berhasil diamankan karena memang bukan aku incaran mereka. Sejak kecil aku selalu haus pengetahuan sampai sering kabur dari istana dan puncaknya aku kabur sampai ke perbatasan perisai"

"Perisai seperti kaca yang membuatku bisa melihat keadaan sekitar yang masih sama yaitu hutan lebat. Berkali-kali aku mencoba menembus perisai tapi aku selalu terpental"

"Hahaha kau bodoh haha~" tawa seorang anak laki-laki kecil bersurai perak yang membuatku menghentikan perbuatanku.

Aku menatapnya kesal. Bagaimana bisa anak itu diluar perisai sementara aku tak bisa keluar dari perisai transparan itu

"Kau ingin keluar?" tanya anaknya itu membuatku mengangguk. Anak itu mengulurkan tangannya dan ajaibnya bisa menembus perisai.

"Pegang tanganku dan kau bisa keluar"

Akhirnya aku bisa keluar perisai dan melihat keadaan di luar hutan. Suasana yang sama seperti di kerajaan Emerald tapi lebih leluasa rasanya. Anak laki-laki itu kemudian menjadi temanku satu-satunya dan sering menungguku di depan perisai"

Singkat cerita saat umurku 15 tahun, kami menolong dua pria tua yang bersahabat. Kedua pria tua itu ternyata Archduke dan seorang Duke, mereka mengangkat kami menjadi anak mereka. Tak berselang lama, kami dinaikan tahta karena mereka meninggal. Begitulah" jelas  Archduke Chandra.

"Beruntungnya dirimu, tidak sepertiku" balas Chasania tersenyum.

Sebenarnya Chasania tidak peduli dengan kehidupan asli Lovela. Tapi dirinya merasakan kesedihan saat mendengar cerita Chandra, mungkinkah karena posisinya sama seperti dirinya yang tidak dipedulikan kedua orangtuanya.

Kehidupan Lovela bisa dibilang lebih baik darinya. Lovela memiliki Chyna dan paman bibinya, sementara dirinya hanya sendirian. Meskipun segala kebutuhannya dipenuhi tapi tidak bisa mengisi kekosongan hatinya. Dia hanya menginginkan kehadiran kedua orangtuanya bukan uang-uang itu. Rasanya lebih baik hidup sederhana tapi bisa merasakan kasih sayang orangtuanya.

"Bagaimana keadaan paman dan bibi?" tanya Archduke Chandra mengalihkan pikiran Chasania. Beberapa kali dirinya bertemu sang adik tapi tidak melihat paman dan bibinya.

"Ayah dan ibu menghilang dua tahun lalu" balas Chasania.

"Bagaimana bisa?" tanya Archduke Chandra kaget.

"Entahlah, aku sedikit melupakan kejadiannya" jawab Chasania seadanya.

"Jangan bersedih, sekarang kau mempunyai aku. Kau bisa membagi apapun kepadaku"

Archduke Chandra merangkul Chasania membuat Chasania mengangguk dan tersenyum.

"Kepadaku juga" tambah pemuda bersurai perak.

"Jangan menyentuh adikku!" Tegas Archduke Chandra saat pemuda bersurai perak akan merangkul Chasania.

"Kau pelit sekali"

"Adikku tidak ingin berdekatan denganmu, benarkan Chasa?" Chasania mengangguk menanggapi pertanyaan Archduke Chandra.

Duke Claucous atau bernama lengkap Brayden Mathias Claucous adalah teman satu-satunya Archduke Sandcastle.

"Tapi tunggu, mengapa kau memanggilnya Ayden?" tanya Archduke Chandra penasaran. Hanya dirinya yang diperbolehkan memanggil nama itu selama ini.

"Entahlah" jawab Chasania. Rasanya dia tidak takut karena memiliki Archduke yang menyayanginya. Dia juga tidak merasakan sinyal bahaya dari Duke Claucous.

"Nanti kita bicara lagi kak, sekarang makan dulu"

Chandra menuruti perkataan Chasania. Dia menikmati makanan yang pasti buatan adiknya.

"Kau masih saja suka memasak dan akhirnya aku bisa menikmati setiap makanan buatanmu"

Archduke Chandra dan Chasania menatap Duke Brayden dengan tatapan aneh.

"Tidak usah kaget sayang, apakah kau tidak merindukan kekasihmu ini?" tanya Duke Brayden membuat Chasania menyerngit.

"Kekasih? Mungkin Duke salah orang" balas Chasania tersenyum sopan. Apakah Duke satu ini tidak bisa membedakan dirinya dengan sang Lady protagonis.

"ROTI UBI MILIKKU BERISI SELAI COKLAT!!" teriakan Archduke Chandra memutuskan pembicaraan Chasania dan Duke Brayden.

"Ayok kita minta lagi kak, satu roti milikku juga berisi selai coklat" ajak Chasania setelah menyobek roti goreng ubi miliknya.

"Kasihan sekali kau tidak beruntung" ejek Archduke Chandra saat Duke Brayden menyobek kedua rotinya tapi tidak berisi selai coklat.

"Tidak apa, ini tetap sangat lezat karena buatan Chasa" balas Duke Brayden membuat Archduke Chandra kesal. Archduke mengambil makanan miliknya dan Chasania.

"Kita minta roti lagi dan tidak perlu kembali kesini adik"

"Baik kakak"


































100 vote untuk part selanjutnya
Thank you ✨

Avoid DeathDove le storie prendono vita. Scoprilo ora