5

11.5K 1.4K 5
                                    

"Apa saja yang ada dalam keranjang-keranjang itu adik?" tanya Chasania.

Saat ini mereka sedang beristirahat di meja dapur. Terdapat enam keranjang diatas meja, lima dari para bibi dan satu milik Chasania.

"Em roti gandum, susu dan daging panggang yang masih hangat sisanya dua keranjang berisi strawberry, blueberry, peach, apel, anggur, jeruk dan juga lemon" ujar Chyna sambil mengeluarkan satu persatu makanan dari keranjang.

"Dan buah lagi?"

"Iya kakak. Kakak mendapatkan apa? Rasanya aku baru melihat bahan-bahan itu" ucap Chyna penasaran.

"Beberapa jamur, bawang-bawangan serta rimpang rempah-rempah"

"Aku tidak mengerti kakak"

"Mengapa?"

"Karena kita rakyat biasa tidak mengetahui bumbu-bumbu juga cara mengolah makanan"

Chasania mengangguk menyetujui dalam novel dijelaskan bahwa para rakyat biasa hanya bisa mengolah bahan menjadi makanan sederhana seperti roti gandum ini karena ada bangsawan baik hati yang menyebarluaskan resepnya.

Resep-resep masakan di dunia ini tergolong rahasia, hanya bangsawan yang diberikan pendidikan khusus yang bisa memasak dan akan menjadi juru masak.

"Jadi itu alasannya guci-guci masih terisi penuh" gumam Chasania yang didengar Chyna.

"Benar kakak. Kita hanya memakan kentang rebus dan bubur beras dengan garam. Tapi bagaimana bisa kakak mengetahui bumbu-bumbu itu?" tanya Chyna bingung padahal kakaknya dulu tidak tahu apapun. Tapi sekarang bisa memasak dengan mudah.

"Mungkin saat tertidur di pinggir sungai kakak mendapatkan berkah Dewi yang turun dari langit" ujar Chasania berusaha tenang untuk menutupi kebenarannya.

Dengan mudahnya Chyna mengangguk mendengar alasan sang kakak.

"Buah-buah ini terlalu banyak padahal kita juga belum memanen semua buah di ladang"

"Di keringkan? Sudah. Dimanisan? Sudah juga. Dibikin apa ya buat awet?"

"Kakak ingin membuat sesuatu lagi?" tanya Chyna yang melihat kakaknya kembali berbicara sendiri.

"Iya, kakak ingin membuat sesuatu yang tahan lama dari buah-buah ini"

"Oh begitu. Em kakak bolehkah aku memakan apel?" tanya Chyna membuat Chasania mengangguk.

Setelah lama berpikir akhirnya Chasania mengetahui apa yang akan ia buat.

"Selai buah! Ya, aku akan buat selai buah!"

"Adik, apakah kita punya uang?" tanya Chasania.

Saat ini Chasania mengupas kulit buah. Sedangkan Chyna bertugas memotong kecil buah-buahan yang telah dikupas.

"Uang? Apakah maksud kakak uang koin?"

"Ah iya, maksud kakak uang koin" Chasania menggaruk pipinya tak gatal.

"Kita punya sekantung koin emas dalam peti di kamar ibu dan ayah. Tapi kakak tidak mau menggunakannya. Kakak bilang kita tunggu saja dari Count Wishty" jelas Chyna cemberut.

"Count Wishty?"

"Iya kakak, ayah dari Lady Unna. Tapi sejak meminjam uang hasil panen kita mereka tidak ada kabarnya lagi"

"Benarkah?"

"Benar kakak. Aku kesal sekali pada mereka, apalagi lady Unna"

"Kesal kenapa?"

"Tapi kakak harus berjanji terlebih dahulu. Kakak harus berjanji tidak akan marah padaku!" ujar Chyna mengalihkan pandangannya dari sang kakak. Ia takut karena kakaknya selalu marah jika ia menjelekkan lady Unna.

"Janji!" ucap Chasania menyodorkan jari kelingkingnya.

Chyna melihatnya terheran.

"Ini simbol perjanjian adik"

Chasania tersenyum dan mengambil tangan Chyna lalu menautkan kelingking Chyna pada kelingkingnya.

"Lady Unna sering sekali mengambil barang-barang kakak meskipun begitu kakak tidak marah. Bahkan permata langka pemberian ibu juga diambil Lady Unna"

"Benarkah?"

"Benar kakak"

"Lanjutkan ceritanya adik"

"Gaun-gaun kakak hasil rancangan ibu juga diambil Lady Unna. Tak jarang mereka kemari meminta sebagai hasil panen kita. Untungnya sejak lima tahun lalu mereka tidak pernah kemari lagi. Kalau mereka kemari bagaimana kakak? Ayah dan ibu tidak ada, jika mereka mengambil hasil panen kita lagi bagaimana?" tanya Chyna gelisah.

Avoid DeathWhere stories live. Discover now