33

4.7K 642 40
                                    


"ADA APA RAMAI-RAMAI DISINI?!" ujar seorang wanita dengan nada kesal nya yang begitu ketara.

"Oh hai bibi!" ujar Chyna dengan nada cerianya.

"Ada apa kenapa begitu ramai? Apakah ada bencana?" tanya bibi Tere.

"Kami sedang mempromosikan makanan dari kedai kami" balas Chyna sedangkan Chasania sibuk melayani orang-orang yang ingin mencoba makanan berkuah.

"Makanan? WAH MAKANAN! Bolehkah aku mencobanya?" tanya bibi Tere bersemangat melihat banyak makanan bermacam-macam.

Chasania mengeluarkan empat keranjang makanan dan memberikannya kepada bibi Tere, Paman Sam dan Rico Nico. "Ini spesial untuk kalian" ucapnya.

Chasania mengamati orang-orang bertambah banyak mengerubungi mejanya. Mungkin mereka penasaran dengan makanan yang jelas belum pernah mereka lihat. Tak butuh waktu lama makanan yang dibawanya habis tak bersisa bahkan ada beberapa orang yang belum kebagian makanan.

"Aku ingin membeli bahan" bibi Tere mengangguk mengerti dengan ucapan Chasania.

Setelah membereskan barang-barang Chasania dan yang lainnya pergi ke toko bibi Tere. Setelah memesan banyak bahan dia pulang dan membuat stok makanan lagi dibantu Chyna dan para bibi.

Keesokan harinya Chyna dan para bibi disibukkan dengan segala penataan. Chasania berada di pojok paviliun yang diubahnya menjadi dapur kecil dengan sebuah meja menjadi sekat.

Bibi Vio dan bibi Sofia menata makanan dalam etalase serta rak-rak yang diisi berbagai selai dan sirup. Bibi Ferra dan bibi Avie menata beberapa kursi dan meja diluar paviliun. Bibi Hana menata bunga-bunga segar dalam pot kecil dan Chyna memasangkan papan menu yang dilengkapi dengan slogan bertuliskan 'Perut kenyang hati pun senang' dan penukaran kupon.

Tak lama setelah persiapan selesai tiga orang terlihat mendatangi Kedai Dua Saudari.

"Selamat pagi. Silahkan masuk kedai kami memiliki banyak makanan" sapa Chyna ramah. Kebetulan dia yang berada di luar kedai.

"Terima kasih" salah seorang wanita tersenyum pada Chyna.

"Benar saja ukurannya lebih besar dari yang kemarin" seorang pria tersenyum lebar melihat makanan tersusun rapi di etalase.

"Selamat datang! Makanan kedai kami dijamin sehat dan mengenyangkan. Silahkan dilihat-lihat dulu" ujar Chasania keluar dari dapur.

"Kedai ini milik kalian berdua?" seorang wanita bertanya.

"Benar. Kami hanya hidup berdua dan kami tidak punya siapa-siapa. Jadi saya dan adik saya berinisiatif menjual makanan saja untuk menyambung hidup" Chasania berucap dengan nada santainya. Tapi beda dengan orang-orang yang mendengarnya, mereka berempati kepada dua gadis itu.

"Makanan buatanmu begitu berbeda dengan makanan yang biasa kami nikmati. Meski begitu semuanya terasa lezat sekali. Maka dari itu saya mengajak keluarga saya mencicipi makanan lezat yang saya makan kemarin" seorang pria berucap membuat Chasania mengangguk setuju.

"Silahkan dilihat-lihat dulu semuanya. Saya permisi ke dalam sebentar" Chasania berujar kemudian masuk ke dalam rumah.

"Dengan senang hati" balas seorang wanita.

Chyna tersenyum mendengarnya. Dia mengikuti calon para pelanggan dan menjelaskan makanan yang mereka lewati. Tapi dua kali mereka berkeliling tetap saja tidak bisa menentukan pilihan yang tepat. Mereka ingin semuanya.

"Saya tidak dapat menentukan pilihan"

"Rasanya saya menginginkan semua makanan itu"

"Kau benar. Baru kali ini saya tidak bisa menentukan pilihan"

Chasania kembali dan melihat orang-orang itu sedang mengeluh. Dia buru-buru mendekati mereka takutnya ada sesuatu yang tidak baik.

"Ada apa ini?" tanyanya.

"Kami tidak bisa menentukan pilihan padahal kami sangat lapar"

"Oh astaga, ternyata itu. Kalau begitu tunggu di meja depan. Saya akan membawakan makanannya. Adik tolong antarkan"

"Baik kakak"

Chyna mengarahkan orang-orang itu ke meja diluar kedai dan menyajikan teh bunga kepada mereka.

"Bunga?"

"Teh bunga bisa menyegarkan badan dan mengembalikan semangat" ucapnya dengan ceria.

Saat orang-orang itu sedang mencoba teh bunga Chasania datang dengan piring saji besar berisi irisan roti yang ditumpuk dengan selai ditengahnya.

"Untuk sarapan biasanya malas makanan berat jadi aku memilih roti selai buah" Chasania berucap dengan menyajikan makanan di meja.

"Roti nya berbeda dengan roti yang biasa kami makan" seorang anak remaja perempuan memperhatikan makanan didepannya penasaran.

"Ini roti tawar panggang dengan selai buah"

"Roti tawar? Aku pernah mencobanya tapi tidak seperti ini"

"Setiap orang mempunyai cara yang berbeda mengolah makanan mereka"

Orang-orang itu mengangguk setuju dengan perkataan Chasania. Kemudian mencicipi makanan di piring mereka masing-masing.

"Lezat sekali!"

"Manis dan asin, renyah dan lembut serta lezatnya selai yang kau bilang tadi"

"Selai buah. Kalian bisa menambahkan nya ke roti yang biasa kalian makan sehari-hari"

"Bisakah?"

"Bisa. Roti apa saja bisa dan ditambah ke teh juga enak. Apalagi ditambah dengan teh bunga yang harum dan nikmat"

"Benar, kau benar. Perpaduan teh bunga dan roti panggang memang tiada duanya"

Selesai makan mereka membeli banyak makanan dan beberapa toples selai. Mereka pun pulang membawa banyak bawaan dengan meninggalkan koin koinnya di kedai itu.

"Sudah pergi?" tanya bibi Hana yang baru saja keluar dari rumah diikuti bibi yang lainnya.

"Kenapa saat melihat orang-orang itu kalian langsung bersembunyi?" tanya Chasania penasaran karena tadi para bibi berlarian ke dalam rumah saat melihat orang-orang itu.

"Mereka sekeluarga adalah Marquess Dominic yang selalu menyamar sebagai rakyat biasa hanya untuk berbaur dengan masyarakat. Meskipun rumor yang beredar Marquess Dominic orang yang kasar dan tidak suka bergaul" jelas bibi Vio.

"Jadi rumor itu berbanding terbalik dari aslinya. Lalu mengapa kalian bersembunyi?" tanya Chasania lagi.

"Mereka pasti mengenali kami karena kami pernah menolongnya dahulu. Dan seperti biasa dia akan banyak berterimakasih dan bercerita tentang kehidupannya setelah kami selamatkan. Kami bosan mendengarnya" ujar bibi Sofia diangguki bibi yang lainnya.

Chasania mengangguk mengerti. Sepertinya dia akan mendapatkan perlindungan jika bisa mengambil hati keluarga Marquess Dominic. Bisa saja suatu waktu Count Wishty datang dan mengacaukannya semuanya.

Tak lama kemudian banyak orang mendatangi Kedai Dua Saudari itu. Chasania dan para bibi sibuk melayani pembeli yang begitu antusias membeli makanan yang Chasania buat. Tak lupa mereka memberikan selembar kupon untuk setiap orang yang datang ke kedai mereka.

Di hari pertama semuanya laris manis. Meskipun harganya sedikit mahal tapi mereka merasakan kepuasan tersendiri. Rasa nikmat yang memenuhi rongga mulut mereka rasanya sebanding dengan koin koin yang mereka keluarkan.



Avoid DeathWhere stories live. Discover now