Awal

22.2K 1.8K 21
                                    

Seorang gadis bersurai coklat kemerahan dengan balutan gaun putih lusuh yang dipenuhi bercak darah bekas cambukan hanya bisa pasrah dan mengikuti tarikan kasar prajurit pada rantai yang membelenggu dirinya.

Prajurit itu menyeretnya ke sebuah aula besar yang menjadi tempat eksekusi karena banyak berbuat kejahatan semasa hidupnya.

Samar-samar gadis itu mendengar bisik-bisik orang yang berkerumun menyaksikan pengeksekusian nya.

'Kasian sekali dia tapi dia harus membayar kejahatannya pada Lady Unna yang baik dan polos'

'Gadis tak tahu malu menyakiti Lady Unna yang polos'

'Kenapa Lady Unna begitu sedih melihat penyihir jahat itu?'

'Tentu saja karena sang Lady begitu baik hati'

'Seharusnya gadis penuh dosa itu dihukum sedari dulu!'

'Gadis tidak berguna mati saja!

Kedua mata gadis itu tidak henti-hentinya mengeluarkan cairan bening. Tubuhnya bergetar, luka-luka dan rasa sakit ditubuhnya tidak sebanding dengan rasa sakit kekecewaan dalam hatinya.

Gadis itu hanya bisa menangis sembari menggeleng dan berkata ia sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun.'

Teman yang ia percaya memanfaatkan dan menjebaknya!

Kedua iris berwarna hijau emerald itu tanpa sengaja bertemu dengan kedua iris berwarna biru milik seseorang yang sangat ia kenali, itu adalah iris mata adiknya.

Sang adik tengah menangis meratapi nasib tragis kakaknya.

"Adik maafkan kakak! Maafkan kakakmu yang bodoh ini!" lirih gadis itu menundukkan kepalanya karena tak sanggup melihat kesedihan adik tersayangnya.

"Cepat lakukan eksekusi penebusan dosa nya!" perintah pria tampan bersurai perak dan beriris abu-abu yang tengah berdiri memeluk seorang gadis cantik bersurai pink dengan iris yang senada.

Pria itu berekspresi dingin dan menatap tajam gadis yang akan dieksekusi karena mencelakai orang yang dicintainya. Sementara gadis bersurai pink itu sekilas memberikan tatapan mencemooh pada gadis tanpa diketahui orang lain. Kemudian kembali memberikan tatapan sedih dan memilukan.

Tubuh ringkih penuh luka itu kembali diseret paksa menuju tempat alat eksekusi. Rasa perih dan nyeri menjalar di seluruh gadis itu membuatnya hanya bisa terdiam dalam posisi terduduk di atas tanah dengan tak berdaya.

"Sekarang penggal kepalanya!" perintah pria itu.

"Baik, Yang Mulia"

Algojo kemudian mengayunkan kapak besarnya ke leher gadis itu.

Ctak

Seketika kepala gadis itu terpisah tubuhnya.

Terdengar jeritan kesedihan diantara sorak bahagia semua orang.

"Kakakku tidak bersalah!" jerit seorang gadis tapi tidak seorang pun yang menghiraukannya.

Cahaya purnama bersinar menyorot gadis yang terus menjerit memanggil kakaknya yang telah tiada sembari menggenggam erat pagar besi yg membatasinya dengan tubuh sang kakak.

***

Avoid DeathOnde as histórias ganham vida. Descobre agora